Sebanyak 71.000 perempuan di Indonesia memutuskan untuk tidak memiliki anak alias childfree. (Sumber gambar: John Diez/Pexels)

BPS: 71.000 Perempuan Indonesia Memutuskan untuk Childfree

13 November 2024   |   15:41 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Sebanyak 71.000 perempuan di Indonesia memutuskan untuk tidak memiliki anak alias childfree. Hal ini terungkap dalam laporan bertajuk Menelusuri Jejak Childfree di Indonesia yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS). Dilaporkan bahwa prevalensi perempuan childfree di Tanah Air saat ini sekitar 8 persen.
 
Laporan itu menemukan bahwa berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2022 terhadap perempuan berusia 15-49 tahun yang pernah kawin tapi belum pernah melahirkan anak dalam keadaan hidup serta tidak menggunakan alat KB, diperoleh sebanyak 71.000 dari mereka tidak ingin memiliki anak. 
 
BPS melaporkan bahwa persentase perempuan childfree di Indonesia cenderung meningkat dalam 4 tahun terakhir. Meskipun prevalensinya sedikit tertekan pada awal pandemi Covid-19, persentasenya kembali menanjak pada tahun-tahun berikutnya. Kebijakan work from home (WFH) disebut cukup memengaruhi keputusan seseorang untuk memiliki anak. 

Baca juga: Mengenal Childfree & Alasan Orang Tak Ingin Punya Anak
 
Tren kenaikan ini pun berkontribusi signifikan terhadap penurunan total fertility rate (TFR) di Indonesia. TFR merupakan rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh perempuan selama masa reproduksinya, yaitu perempuan dalam rentang usia 15-49 tahun. Selama hidupnya, sebagian besar perempuan Indonesia melahirkan dua anak dalam dua dekade terakhir.
 
Laporan itu menyebutkan bahwa tren penurunan TFR merupakan fenomena global yang terjadi hampir di semua negara. Artinya, seiring bertambahnya waktu, semakin sedikit anak yang dilahirkan oleh seorang perempuan semasa hidupnya.
 
Selain keputusan untuk memiliki lebih sedikit anak, tren penurunan TFR juga mengindikasikan semakin banyak perempuan yang menunda untuk memiliki anak, dan bahkan sebagian di antaranya memilih untuk childfree.
 
Pada 2022 misalnya, sekitar 8 orang di Indonesia diketahui memilih hidup childfree di antara 100 perempuan usia produktif yang pernah kawin, tapi belum pernah memiliki anak serta tidak sedang menggunakan alat KB. Jumlah tersebut setara dengan 0,1 persen perempuan berusia 15-49 tahun. Artinya, dari 1000 perempuan dewasa di Indonesia, satu diantaranya telah memutuskan untuk childfree.


Kelompok Perempuan Childfree

Childfree mengacu pada individu dewasa atau pasangan yang memilih untuk tidak memiliki anak, baik secara biologis maupun melalui proses adopsi. Menjalani hidup secara childfree tidak ada kaitannya dengan kesehatan fertilitas seseorang, tetapi murni karena pilihan hidup.
 
Banyak orang memutuskan yang childfree beranggapan bahwa ada harga mahal yang harus dibayar serta banyak aspek sosial, ekonomi, bahkan psikologis yang harus dikorbankan dalam pola asuh (parenting).
 
BPS menemukan bahwa perempuan yang mengejar pendidikan lebih tinggi lebih sering menunda dan bahkan tidak berkeinginan untuk memiliki anak, khususnya mereka yang menempuh studi S2 atau S3.
 
"Meningkatnya persentase perempuan childfree lulusan perguruan tinggi di Indonesia mengindikasikan adanya asosiasi yang kuat antara level pendidikan tinggi, dengan paradigma baru kepemilikan anak," demikian pernyataan tertulis di laporan tersebut. 
 
Kendati demikian, perempuan childfree dengan latar belakang pendidikan SMA ke bawah justru jauh lebih tinggi persentasenya. Menurut Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), level pendidikan sangat berpengaruh terhadap kesempatan kerja, yang selanjutnya akan menentukan status perekonomian seseorang. 

"Jadi, keputusan hidup childfree di Indonesia sepertinya tidak hanya dipengaruhi oleh membaiknya level pendidikan, namun juga dilatari oleh kesulitan ekonomi," tulis BPS.
 
Temuan tersebut didukung oleh fakta keterlibatan para perempuan yang berkomitmen untuk tidak memiliki anak ini di dunia kerja. Data Susenas 2022 menunjukkan bahwa sekitar 57 persen perempuan childfree ternyata tidak terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi. 
 
Dengan demikian, faktor ekonomi menjadi salah satu penentu keputusan hidup tanpa anak. Sementara, para childfree yang sibuk bekerja, sebagian besar dari mereka terlibat aktif di sektor perdagangan. Temuan juga diperkuat dengan data yang menunjukkan lebih dari 80 persen perempuan childfree sudah menempati rumah milik sendiri di tengah menanjaknya harga properti.
 
Adapun, Pulau Jawa merupakan pusat berkembangnya paradigma childfree di Indonesia. Pada 2022, persentase perempuan yang tidak ingin memiliki anak di wilayah ini hampir mencapai 9 persen. 
 
Laporan menyebutkan bahwa sebagian besar dari mereka berdomisili di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Para perempuan childfree dilaporkan cenderung lebih banyak hidup di perkotaan yang kemungkinan dikarenakan masyarakat kota sangat terbuka terhadap modernisasi pola pikir.
 
"Dalam jangka pendek, perempuan childfree dapat dikatakan meringankan beban anggaran pemerintah karena subsidi pendidikan dan kesehatan untuk anak menjadi berkurang. Namun dalam jangka panjang, perempuan childfree ini akan menua tanpa keluarga. Pertanyaannya adalah apakah pemerintah cukup siap memberikan jaminan sosial yang komprehensif untuk mereka," tulis laporan tersebut.

Baca juga: Hypereport: Childfree, Kala Pasangan Suami Istri Memutuskan Tidak Memiliki Anak

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Intip Resep Salad Mentimun yang Viral di TikTok

BERIKUTNYA

Penemuan Kuil Zaman Perunggu Berusia 4.000 Tahun di Kuwait Ungkap Sejarah Peradaban Dilmun

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: