Kolektif Seni Arafura Bawa Pesan Nasionalisme Lewat Karya Interaktif di Pameran Galeri Zen1
12 November 2024 |
13:51 WIB
Ada satu karya yang cukup mencuri perhatian di pameran Indonesia Tanah Airku, Tanah Tumpah Darahku yang berlangsung di galeri Zen1, Menteng, Jakarta Pusat. Berbeda dari lainnya, karya itu tampil cukup unik karena menggabungkan seni dua dimensi dan seni interaktif.
Menggunakan teknologi proyeksi yang tersinkronisasi dengan kamera digital serta program komputer, karya ini memungkinkan publik untuk memilih sendiri gambar mana yang akan terpacak di pameran tersebut.
Berjudul Mengatur Siasat, Mengatur Persepsi, lukisan interaktif tersebut merupakan karya dari kolektif seni asal Bandung, Arafura. Karyanya tersebut merupakan respons dari sketsa Mengatur Siasat”karya S. Sudjojono, yang menjadi tema pameran ini.
Baca juga: Mengungkai Nasionalisme Lewat Rupa Seni di Pameran Indonesia Tanah Airku, Tanah Tumpah Darahku
Co-Founder Arafura Pande Anagha mengatakan S. Sudjojono adalah seniman inspiratif yang karya-karyanya kerap bersinggungan dengan tema nasionalisme, tak terkecuali dalam karya Mengatur Siasat tersebut.
Dalam merespons sketsa karya tersebut, semangat nasionalisme ingin tetap menjadi benang merah yang dibawa dalam karyanya. Namun, ada sedikit hal yang juga coba dipertanyakan ulang olehnya.
Tak bisa dimungkiri, nasionalisme era perjuangan dan era kemerdekaan jelas menjadi sesuatu yang berbeda. Ketika sekarang disandingkan dengan era teknologi, nasionalisme tentu jadi punya pemaknaan yang berbeda pula.
“Spektrumnya mungkin sekarang jadi lebih luas ya soal nasionalisme itu sendiri bagi anak muda sekarang, terutama dengan adanya era teknologi, sekarang ada TikTok, AI, dan sebagainya. Itu coba kami akomodasikan di dalam karya ini,” ucap Pande kepada Hypeabis.id.
Lewat metode interaktif inilah, Arafura mencoba mengajak publik untuk juga mengatur siasat dalam melihat nasionalisme, sekaligus menemukan benang merah dari apa yang ditelah ditanam sebagai dasar dari para pendahulu.
Publik pun dapat meracik sendiri siasat tersebut dengan memilih gambar tertentu di dalam karya tersebut. Gambar atau sketsa yang muncul akan berubah tergantung dari angle yang dipilih oleh audiens dari sebuah gawai.
Lantaran setiap orang bisa meracik sendiri siasatnya, karya ini kemudian juga menawarkan pembacaan menarik, terutama soal bagaimana persepsi pribadi berubah menjadi konsumsi publik dan ditampilkan serta ditampilkan pula di ruang publik.
Dalam karyanya itu, Arafura telah menyiapkan lebih dari 50 kemungkinan sketsa atau animasi yang dihasilkan berdasarkan inspirasi dari S. Sudjojono. Seluruh gambar tersebut menggambarkan gestur orang yang tengah mengatur siasat dalam berbagai kondisi.
Pande mengatakan seluruh gambar yang dihasilkan telah melalui metode riset yang dalam. Sang seniman banyak mengulik sejarah dari sketsa tema pameran, terutama tentang semangat apa yang muncul pada zaman lukisan itu dilahirkan, lalu dibentangkan ke semangat yang muncul hari ini.
Kurator pameran Rizki A Zaelani mengatakan pameran ini mencoba menyelami pemikiran S. Sudjojono, terutama terkait tema nasionalisme yang kental dalam karya-karyanya. Karya-karya yang ditampilkan merupakan respons dari karya sketsa S Sudjojono berjudul Mengatur Siasat.
Di dalam karya sketsa awal tersebut, terdapat coretan berisi tulisan Indonesia Tanah Airku, Tanah Tumpah Darahku, yang kemudian diambil menjadi tajuk pameran ini. Seniman kemudian ditantang untuk menafsirkan ulang karya tersebut.
Dalam menafsirkan ulang karya S. Sudjojono, para seniman dihadapkan pada dua pilihan. Pertama ialah membuat karya dengan tetap memperhatikan struktur dan bentuk dari sketsa S. Sudjojono. Kedua, membayangkan dampak atau sebab dari sketsa Sudjojono.
Ekshibisi yang digelar Galeri Zen1 dan Ginting Institute melibatkan 12 seniman. Mereka adalah Chusin Setiadikara, teja Astawa, Ida Bagus Purwa, Ugo Untoro, S. Dwi Stya Acong, Ronald Apriyan, Oco Santoso, Andang Iskandar, Toni Antonius, Arafura, Awang Behartawan, dan Nuraeni Hendra Gunawan sebagai seniman undangan.
Pameran bersama Indonesia Tanah Airku, Tanah Tumpah Darahku dapat dikunjungi publik mulai 11 November-25 November 2024.
Baca juga: Jakarta Art Love U Fest: Ketika Ekspresi Cinta Diungkai Lewat Bahasa Rupa
Editor: Syaiful Millah
Menggunakan teknologi proyeksi yang tersinkronisasi dengan kamera digital serta program komputer, karya ini memungkinkan publik untuk memilih sendiri gambar mana yang akan terpacak di pameran tersebut.
Berjudul Mengatur Siasat, Mengatur Persepsi, lukisan interaktif tersebut merupakan karya dari kolektif seni asal Bandung, Arafura. Karyanya tersebut merupakan respons dari sketsa Mengatur Siasat”karya S. Sudjojono, yang menjadi tema pameran ini.
Baca juga: Mengungkai Nasionalisme Lewat Rupa Seni di Pameran Indonesia Tanah Airku, Tanah Tumpah Darahku
Co-Founder Arafura Pande Anagha mengatakan S. Sudjojono adalah seniman inspiratif yang karya-karyanya kerap bersinggungan dengan tema nasionalisme, tak terkecuali dalam karya Mengatur Siasat tersebut.
Dalam merespons sketsa karya tersebut, semangat nasionalisme ingin tetap menjadi benang merah yang dibawa dalam karyanya. Namun, ada sedikit hal yang juga coba dipertanyakan ulang olehnya.
Tak bisa dimungkiri, nasionalisme era perjuangan dan era kemerdekaan jelas menjadi sesuatu yang berbeda. Ketika sekarang disandingkan dengan era teknologi, nasionalisme tentu jadi punya pemaknaan yang berbeda pula.
“Spektrumnya mungkin sekarang jadi lebih luas ya soal nasionalisme itu sendiri bagi anak muda sekarang, terutama dengan adanya era teknologi, sekarang ada TikTok, AI, dan sebagainya. Itu coba kami akomodasikan di dalam karya ini,” ucap Pande kepada Hypeabis.id.
Karya “Mengatur Siasat, Mengatur Persepsi” dari Arafura (Sumber gambar: Hypeabis.id/Abdurachman)
Publik pun dapat meracik sendiri siasat tersebut dengan memilih gambar tertentu di dalam karya tersebut. Gambar atau sketsa yang muncul akan berubah tergantung dari angle yang dipilih oleh audiens dari sebuah gawai.
Lantaran setiap orang bisa meracik sendiri siasatnya, karya ini kemudian juga menawarkan pembacaan menarik, terutama soal bagaimana persepsi pribadi berubah menjadi konsumsi publik dan ditampilkan serta ditampilkan pula di ruang publik.
Dalam karyanya itu, Arafura telah menyiapkan lebih dari 50 kemungkinan sketsa atau animasi yang dihasilkan berdasarkan inspirasi dari S. Sudjojono. Seluruh gambar tersebut menggambarkan gestur orang yang tengah mengatur siasat dalam berbagai kondisi.
Pande mengatakan seluruh gambar yang dihasilkan telah melalui metode riset yang dalam. Sang seniman banyak mengulik sejarah dari sketsa tema pameran, terutama tentang semangat apa yang muncul pada zaman lukisan itu dilahirkan, lalu dibentangkan ke semangat yang muncul hari ini.
Kurator pameran Rizki A Zaelani mengatakan pameran ini mencoba menyelami pemikiran S. Sudjojono, terutama terkait tema nasionalisme yang kental dalam karya-karyanya. Karya-karya yang ditampilkan merupakan respons dari karya sketsa S Sudjojono berjudul Mengatur Siasat.
Sketsa awal "Mengatur Siasat" karya S. Sudjojono (Sumber gambar: Hypeabis.id/Abdurachman)
Dalam menafsirkan ulang karya S. Sudjojono, para seniman dihadapkan pada dua pilihan. Pertama ialah membuat karya dengan tetap memperhatikan struktur dan bentuk dari sketsa S. Sudjojono. Kedua, membayangkan dampak atau sebab dari sketsa Sudjojono.
Ekshibisi yang digelar Galeri Zen1 dan Ginting Institute melibatkan 12 seniman. Mereka adalah Chusin Setiadikara, teja Astawa, Ida Bagus Purwa, Ugo Untoro, S. Dwi Stya Acong, Ronald Apriyan, Oco Santoso, Andang Iskandar, Toni Antonius, Arafura, Awang Behartawan, dan Nuraeni Hendra Gunawan sebagai seniman undangan.
Pameran bersama Indonesia Tanah Airku, Tanah Tumpah Darahku dapat dikunjungi publik mulai 11 November-25 November 2024.
Baca juga: Jakarta Art Love U Fest: Ketika Ekspresi Cinta Diungkai Lewat Bahasa Rupa
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.