Ilustrasi (Sumber gambar: Pexels)

Sering Disebut, Kenali Risiko Pneumonia dan Cara Mengatasinya

21 January 2022   |   19:06 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Istilah pneumonia semakin terkenal di tengah pandemi Covid-19. Pasalnya satu gejala berat virus corona adalah pneumonia yang kerap berujung pada kematian. Penyakit infeksi ini telah merenggut 2,5 juta nyawa pada 2019, termasuk 672.000 anak-anak. 

Oleh karena itu, meningkatkan upaya pencegahan pneumonia dapat mencegah hampir sembilan juta kematian anak akibat pneumonia dan penyakit utama lainnya pada 2030. Namun apa sih pneumonia itu? 

Spesialis Paru di RSUI, dr. Rania Imaniar, menerangkan pneumonia yaitu penyakit yang menyerang paru-paru manusia dan disebabkan oleh berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, dan jamur. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, mulai dari anak-anak hingga dewasa. 

Ada beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena pneumonia, yaitu memiliki riwayat penyakit sebelumnya seperti penyakit kronik seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), asma, gagal jantung serta kondisi yang meningkatkan risiko aspirasi mukus dari mulut dan hidung, dan penyakit yang dapat melemahkan sistem imun tubuh. 

Kata dia, pasien yang telah mengalami splenektomi (pengangkatan limpa) juga memiliki faktor risiko penyakit ini. “Tidak hanya hal tersebut, kebersihan mulut dan gigi yang buruk, kontak erat dengan binatang tertentu seperti burung merpati, menggunakan produk tembakau terutama produk yang dihisap, bepergian ke daerah tertentu, dan usia lebih dari 65 tahun juga menjadi faktor risiko,” tegasnya, Jumat (21/1/2022).

Sementara itu, tanda dan gejala pneumonia dapat berpengaruh ke organ lainnya di seluruh tubuh ataupun hanya dirasakan di satu organ saja. Adapun tanda gejala yang timbul diantaranya sakit kepala, jantung berdebar, mual atau muntah, kulit yang mengalami perubahan warna menjadi biru, dan bahkan bisa menghilangkan nafsu makan serta mempengaruhi mood dari penderita. 

“Dignosis pneumonia bisa dilakukan dari tanda gejala yang timbul tersebut, serta dapat juga dilakukan pemeriksaan fisis seperti foto toraks atau CT scan, kondisi dahak, pemeriksaan darah, pemeriksaan cairan pleura dan bronkoskopi,” jelas Rania.

Lebih lanjut, pengobatan untuk pasien pneumonia dapat dilakukan dilihat dari penyebab dan ada tidaknya komorbid pada pasien tersebut. Setelah diketahui hal itu, maka dapat ditentukan cara pengobatan yang tepat. 

Beberapa pengobatan yang biasa dilakukan oleh pasien pneumonia, yakni melalui pemberian obat (antibiotik, antivirus, antijamur), terapi oksigen, ventilasi mekanis, dan pungsi pleura. 

Bagi pasien yang menjalani rawat jalan atau melakukan perawatan dari rumah, maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan, di antaranya banyak istirahat, makan makanan yang bergizi, minum yang cukup, belajar batuk yang benar, jangan minum alkohol dan konsumsi tembakau. Apabila ada sakit tenggorokan, Rania menyarankan untuk kumur dengan air garam 3-4 kali dalam sehari, dan jangan minum obat tanpa resep dokter. 

“Untuk menghindari faktor risiko, lakukan pemeriksaan gigi teratur, jaga kebersihan, cuci tangan dengan sabun dan air. Lakukan vaksin pneumonia untuk usia 65 tahun ke atas dan usia 19-65 tahun yang menerima terapi kanker, penyakit paru kronik, atau kondisi lain yang dapat melemahkan sistem imun,” imbau Rania. 


Editor: Gita

SEBELUMNYA

Film Before, Now & Then (Nana) Karya Kamila Andini Tayang Perdana di Berlinale

BERIKUTNYA

6 Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Beli Perangkat Penyimpanan Tambahan 

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: