Usaha Cuci Sepatu, Dari Hobi hingga Bisnis yang Menguntungkan
24 October 2024 |
10:20 WIB
Beberapa tahun terakhir, bisnis cuci sepatu makin berkembang. Apa yang dulunya sekadar hobi merawat sepatu kini telah berubah menjadi peluang bisnis yang menjanjikan. Itulah yang dijalankan Muhammad Ivan (28) dan Hari Azhari (28) sejak 2018.
Ivan mengaku awal terjun ke bisnis ini karena kecintaannya pada sneakers. Dia merasa kesulitan ketika harus mencari layanan pencucian sepatu yang sesuai dengan standar perawatan yang diinginkan. “Akhirnya tertarik untuk buka usaha cuci sepatu dengan sistem franchise,” ujar Ivan.
Ari memiliki kisah serupa. Hobi bermain skateboard mendorongnya untuk selalu merawat sepatu yang dipakainya. Bahkan sejak 2012, saat masih SMA, Ari sudah terbiasa menggunakan produk pembersih sepatu. Pengetahuan ini mendorongnya untuk terus belajar tentang perawatan sepatu hingga akhrinya memutuskann bersama Ivan untuk membuka usaha cuci sepatu.
Baca juga: 5 Jenis Sepatu Wanita yang Trendi, dari Stiletto sampai Slip On
Keputusan untuk memulai dengan sistem franchise diakui mereka sebagai langkah awal strategis. "Kita buka franchise dulu karena waktu itu enggak mau ambil risiko besar," jelas Ivan.
Dengan modal awal sekitar 10-20 juta rupiah, mereka sudah bisa mendapatkan semua kebutuhan bisnis, seperti alat pembersih dan cairan kimia.
Namun, selepas itu mereka pun memutuskan untuk membentuk merek sendiri, Shocap Shoes Laundry.
Seperti halnya bisnis lain, usaha cuci sepatu ini juga menghadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangan terbesar datang pada saat pandemi COVID-19.
"Pandemi membuat kami harus meliburkan karyawan dan menghentikan operasional selama 6 bulan,” kata Ivan.
Selain pandemi, Ari menyoroti tantangan terkait edukasi pelanggan. Banyak pelanggan yang beranggapan bahwa sepatu mahal akan awet lebih lama, padahal faktanya semua sepatu, memiliki ukur pakai.
“Semakin sering dipakai dan dicuci, pasti akan ada perubahan baik bentuk maupun warna,” jelasnya.
Cuaca juga menjadi kendala, terutama karena proses pengerjaan masih menggunakan cara tradisional tanpa bantuan mesin otomatis. Namun, Ivan dan Ari tetap berusaha konsisten dalam memberikan layanan. Salah satu strategi pemasaran mereka adalah menyediakan layanan pick-up delivery tanpa minimun order selama jaraknya dalam radius 5 km.
Selain mencuci sepatu, mereka juga menawarkan layanan lain seperti pembersihan tas, repaint, dan reglue sepatu.
Dengan layanan praktis dan harga terjangkau, bisnis ini berhasil meraih omzet yang stabil, berkisar antara Rp20 juta-Rp30 juga per bulan, dengan rata-rata 250 pasang sepatu yang dicuci.
Keberhasilan bisnis ini juga terlihat dari bagaimana mereka mampu bermitra dengan berbagai pihak. Untuk meningkatkan efisiensi operasional, Ivan dan Ari menjalin kerja sama dengan sebuah coffee shop lokal.
Mereka menetapkan titik jemput di coffee shop tersebut, sehingga pelanggan yang ingin mencuci sepatu dapat dengan mudah meninggalkan sepatunya di sana. Selanjutnya, barista dari coffee shop akan mengantarkan sepatu-sepatu tersebut ke toko untuk diproses lebih lanjut.
Strategi ini tidak hanya mempermudah pelanggan, tetapi juga memperluas jangkauan layanan mereka.
Bagi yang ingin merawat sepatu mereka sendiri, Ivan juga memberikan beberapa tips penting. Menurutnya, kebiasaan memakai sepatu sembarangan, seperti menginjak bagian belakang sepatu, bisa merusak struktur sepatu.
“Kalau sepatu yang dipakai setiap hari, direkomendasikan untuk mencuci 1-2 kali seminggu,” kata Ivan. Membersihkan sepatu secara rutin juga dapat membantu menghindari noda membandel yang sulit dihilangkan jika dibiarkan terlalu lama.
Terlihat bahwa bisnis cuci sepatu bukan hanya tentang membersihkan sepatu, tetapi juga tentang memberikan solusi praktis bagi mereka yang tidak punya waktu. Strategi pemasaran yang unik, layanan jemput antar tanpa minimum order, serta kerja sama dengan mitra-mitra strategis, membuat usaha cuci sepatu mereka terus berkembang.
Baca juga: Bisnis Fotografi Freelance Kian Bersinar di Era Media Sosial
Editor: Puput Ady Sukarno
Ivan mengaku awal terjun ke bisnis ini karena kecintaannya pada sneakers. Dia merasa kesulitan ketika harus mencari layanan pencucian sepatu yang sesuai dengan standar perawatan yang diinginkan. “Akhirnya tertarik untuk buka usaha cuci sepatu dengan sistem franchise,” ujar Ivan.
Ari memiliki kisah serupa. Hobi bermain skateboard mendorongnya untuk selalu merawat sepatu yang dipakainya. Bahkan sejak 2012, saat masih SMA, Ari sudah terbiasa menggunakan produk pembersih sepatu. Pengetahuan ini mendorongnya untuk terus belajar tentang perawatan sepatu hingga akhrinya memutuskann bersama Ivan untuk membuka usaha cuci sepatu.
Baca juga: 5 Jenis Sepatu Wanita yang Trendi, dari Stiletto sampai Slip On
Keputusan untuk memulai dengan sistem franchise diakui mereka sebagai langkah awal strategis. "Kita buka franchise dulu karena waktu itu enggak mau ambil risiko besar," jelas Ivan.
Dengan modal awal sekitar 10-20 juta rupiah, mereka sudah bisa mendapatkan semua kebutuhan bisnis, seperti alat pembersih dan cairan kimia.
Namun, selepas itu mereka pun memutuskan untuk membentuk merek sendiri, Shocap Shoes Laundry.
Seperti halnya bisnis lain, usaha cuci sepatu ini juga menghadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangan terbesar datang pada saat pandemi COVID-19.
"Pandemi membuat kami harus meliburkan karyawan dan menghentikan operasional selama 6 bulan,” kata Ivan.
Selain pandemi, Ari menyoroti tantangan terkait edukasi pelanggan. Banyak pelanggan yang beranggapan bahwa sepatu mahal akan awet lebih lama, padahal faktanya semua sepatu, memiliki ukur pakai.
“Semakin sering dipakai dan dicuci, pasti akan ada perubahan baik bentuk maupun warna,” jelasnya.
Cuaca juga menjadi kendala, terutama karena proses pengerjaan masih menggunakan cara tradisional tanpa bantuan mesin otomatis. Namun, Ivan dan Ari tetap berusaha konsisten dalam memberikan layanan. Salah satu strategi pemasaran mereka adalah menyediakan layanan pick-up delivery tanpa minimun order selama jaraknya dalam radius 5 km.
Selain mencuci sepatu, mereka juga menawarkan layanan lain seperti pembersihan tas, repaint, dan reglue sepatu.
Dengan layanan praktis dan harga terjangkau, bisnis ini berhasil meraih omzet yang stabil, berkisar antara Rp20 juta-Rp30 juga per bulan, dengan rata-rata 250 pasang sepatu yang dicuci.
Keberhasilan bisnis ini juga terlihat dari bagaimana mereka mampu bermitra dengan berbagai pihak. Untuk meningkatkan efisiensi operasional, Ivan dan Ari menjalin kerja sama dengan sebuah coffee shop lokal.
Mereka menetapkan titik jemput di coffee shop tersebut, sehingga pelanggan yang ingin mencuci sepatu dapat dengan mudah meninggalkan sepatunya di sana. Selanjutnya, barista dari coffee shop akan mengantarkan sepatu-sepatu tersebut ke toko untuk diproses lebih lanjut.
Strategi ini tidak hanya mempermudah pelanggan, tetapi juga memperluas jangkauan layanan mereka.
Bagi yang ingin merawat sepatu mereka sendiri, Ivan juga memberikan beberapa tips penting. Menurutnya, kebiasaan memakai sepatu sembarangan, seperti menginjak bagian belakang sepatu, bisa merusak struktur sepatu.
“Kalau sepatu yang dipakai setiap hari, direkomendasikan untuk mencuci 1-2 kali seminggu,” kata Ivan. Membersihkan sepatu secara rutin juga dapat membantu menghindari noda membandel yang sulit dihilangkan jika dibiarkan terlalu lama.
Terlihat bahwa bisnis cuci sepatu bukan hanya tentang membersihkan sepatu, tetapi juga tentang memberikan solusi praktis bagi mereka yang tidak punya waktu. Strategi pemasaran yang unik, layanan jemput antar tanpa minimum order, serta kerja sama dengan mitra-mitra strategis, membuat usaha cuci sepatu mereka terus berkembang.
Baca juga: Bisnis Fotografi Freelance Kian Bersinar di Era Media Sosial
Editor: Puput Ady Sukarno
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.