Summer Home, Eskapisme Asyik di Musim Panas
Like
Summer Home merupakan tema pameran dua tahunan The Colours of Indonesia (TCOI) yang digelar oleh dua belas desainer interior kenamaan Tanah Air, ID12. Mereka adalah Agam Riadi, Anita Boentarman, Ary Juwono, Eko Priharseno, Joke Roos, Prasetio Budhi, Reza Wahyudi, Roland Adam, Sammy Hendramianto, Shirley Gouw, Vivianne Faye, dan Yuni Jie.
Tajuk Summer Home dipilih untuk menciptakan suasana liburan baik di rumah utama maupun di rumah kedua. Memenuhi kebutuhan akan ruang yang lebih leluasa di rumah utama, begitupun dengan menciptakan rumah vakansi yang berfungsi untuk menghabiskan waktu liburan bersama.
Baca juga: Pameran Desain Interior TCOI 2024 Summer Home, Bawa Suasana Liburan Musim Panas
Bukan tanpa sebab tajuk itu dipilih oleh ID12. Desainer interior sekaligus Ketua Panitia TCOI Ary Juwono mengungkapkan sejak pandemi, sebagian besar dari klien saat ini ingin lebih memiliki rumah dengan area terbuka yang lebih banyak, ruang yang lega agar bebas bercengkerama bersama keluarga, serta ruang (space) yang cukup luas untuk menjalankan hobi bersama.
Nilai (value) rumah terpusat pada kebutuhan keluarga. Rumah zaman sekarang lebih akrab dan hangat untuk dinikmati keluarga inti maupun bersama orang-orang terdekat saja. Termasuk, ada sebagian orang yang membangun rumah kedua yang berfungsi sebagai rumah vakansi.
"Demand [permintaan] rumah kedua, rumah berlibur, rumah untuk merefleksikan diri, bersantai, dan sebagainya memang sedang dicari ke teman-teman desainer [ID12] semua," kata Ary.
Pandemi juga mengubah tren desain interior yang lebih mengutamakan rumah dengan banyak area terbuka. Jika dahulu rumah dibangun dengan menciptakan sejumlah ruangan sesuai fungsinya seperti ruang tamu, kamar tidur, dan ruang makan, saat ini banyak hunian didesain dengan menghadirkan ruang-ruang terbuka.
Menurut desainer interior Anita Boentarman, implementasi rumah dengan konsep ruang terbuka dilatarbelakangi dengan nilai hunian saat ini yang berpusat pada kebutuhan keluarga. Dengan ruang terbuka, memungkinkan setiap anggota keluarga untuk tetap bisa menjalani berbagai aktivitasnya masing-masing, namun tetap bisa saling memperhatikan satu sama lain.
"Setiap sudut ruang benar-benar harus dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Boleh jadi ini bentuk pembebasan dari perasaan terkungkung selama menjalankan masa suram pandemi," katanya.
Di samping itu, sebagian orang saat ini juga mulai membangun rumah kedua yang berfungsi sebagai rumah vakansi. Rumah vakansi dibuat untuk menghabiskan waktu liburan bersama, dengan menghadirkan desain interior untuk menciptakan suasana liburan di rumah.
"Ini seperti rumah kedua yang biasanya pengennya mood-nya beda dari rumah pertama. Rumah pertama kan yang tadi itu formal, rumah vakansi biasanya lebih enak," kata Ary.
Suasana pameran Summer Home. (Sumber gambar: The Colours of Indonesia (TCOI)/Instagram)
Ruang-ruang yang dihadirkan hanya punya satu tujuan, yakni mengajak orang-orang untuk bersantai, rileks, bercengkrama, melakukan berbagai hobi, atau kegiatan apapun yang menyenangkan. Jauh dari kesan formal, serta dapat memberi kenyamanan dan ketenteraman. Layaknya sedang berlibur di musim panas, namun di dalam rumah.
Kesan hangat dihadirkan dengan pemilihan dan penggunaan material yang berkesan kasual seperti katun atau linen untuk upholstry. Warna-warna yang dipilih juga memberikan efek natural dan memancarkan kehangatan semacam terakota, krem, hijau, dan warna alami lainnya.
"Summer Home bukan Summer House. Karena kalau home itu lebih kepada feeling, house itu adalah bentuknya. Jadi teman-teman ID 12 sekarang mengeluarkan imajinasi mereka tentang bagaimana sebuah rumah yang nyaman, bukan secara bentuk tapi secara feeling-nya," ucap desainer Eko Priharseno.
Selain menghadirkan rangkaian instalasi desain interior yang mengedepankan suasana liburan yang santai, pameran TCOI kali ini juga memperkenalkan sejumlah inovasi teknologi yang diterapkan ke dalam berbagai ruangan pada hunian.
Eko menyampaikan sejak dua ekshibisi terakhir TCOI, para desainer ID12 telah mengimplementasikan penggunaan inovasi teknologi pada karya-karya mereka, misalnya penggunaan sensor screen dan lighting sensor. Itu semua merupakan hasil kerja sama dari vendor-vendor interior dengan kualitas terbaik.
"Di pameran kali ini pengunjung bisa lihat teknologi sensor pencahayaan, wewangian, dan musik yang akan berubah secara berkala. Ada juga sensor wewangian ruangan yang bisa mengikuti karakter masing-masing pengunjung. Jadi sekarang sudah bukan cuma teknologi secara movement," jelas Eko.
Jika diamati, kedua belas instalasi desain yang hadir di pameran Summer Home dibuat berdasarkan pengalaman personal serta imajinasi para desainer dalam mewujudkan ruang yang nyaman sekaligus berkarakter, mulai dari mengusung tema yang berangkat dari hobi, pengalaman berlibur, eksplorasi desain dan furnitur stylish, hingga ruangan dengan nuansa eklektik.
Terinspirasi dari Hobi
Setidaknya ada tiga desainer yang membuat instalasi ruang terinspirasi dari hobi mereka, yakni Eko Priharseno dengan ruang hobi bernama Blue Note, Joke Roos dengan kamar tidur yang diberi nama Seijaku Suite, serta Agam Riadi yang mempersembahkan foyer dan ruang tamu bernama Aviary.Instalasi ruang hobi Blue Note rancangan Eko Priharseno terinspirasi oleh nama salah satu label rekaman jazz AS yang telah berdiri sejak 1939, dan berfokus pada genre-genre Black Music seperti jazz dan hip hop. Selain itu, biru yang menjadi warna dasar dari ruangan ini diambil lantaran sang desainer suka dengan warna tersebut.
Ruang Hobi "Blue Note" karya desainer Eko Priharseno. (Sumber gambar: The Colours of Indonesia (TCOI)/Instagram)
"Ini ruangan temanya adalah sebuah perjalanan. Jadi kalau saya itu kan suka driving lah. Saya senang driving dan saya senang motret. Semua hobi, musik, driving, motret itu saya jadiin satu di ruangan ini. Jadi emang ruangan ini adalah sebuah gabungan memori dan hobi saya gitu," kata Eko.
Layaknya ruang hobi, instalasi Blue Note dipenuhi oleh perabotan dan barang-barang kolektif seperti buku, koleksi piringan hitam (vinyl), mainan, dan lainnya. Furnitur bergaya vintage dengan ragam bentuk dan material hadir, seperti yang tampak pada laches, modular kabinet, serta elemen dekorasi geometri perpaduan kotak dan bulat yang rupanya merujuk pada bentuk vinyl dan cover-nya.
Semua pengaplikasian itu membuat instalasi ruang ini terasa nostalgic sekaligus modern pada saat yang bersamaan. Seperti fungsinya, ruang hobi Blue Note hadir untuk bersantai sekaligus menikmati kesenangan dan ketertarikan personal.
Kamar tidur "Seijaku Suite" karya Joke Roos (kiri) & foyer dan ruang tamu Aviary karya Agam Riadi. (Sumber gambar: The Colours of Indonesia (TCOI)/Instagram)
Dia merancangnya dengan mengusung filosofi Jepang yakni wabi sabi, konsep estetika yang melihat keindahan dalam ketidaksempurnaan, menghargai kesederhanaan, dan menerima bahwa semua hal bersifat sementara. Dengan inspirasi tersebut, hadir lah ruang kamar yang memadukan unsur ketenangan sekaligus dreamy alias seperti dalam mimpi.
Agar semakin terasa seperti sedang dalam gua, Joke juga sengaja meletakkan bebatuan alami dan lanskap bertemakan alam tapi tetap menikberatkan pada suasana yang tenang. Suasana tenang juga kian terasa dengan aplikasi pencahayaan yang didominasi dengan konsep indirect lighting.
"Jadi kalau misalnya habis jalan, hiking atau trekking ke cave [gua], kita kan capek banget tuh. Jadi saya pengen tidur aja yang nyaman supaya besoknya tuh bisa jalan lagi. Nah, saya mikirnya simpel dari situ sih," kata Joke.
Satu lagi desain ruang yang terinspirasi dari hobi sang desainer ialah foyer dan ruang tamu Aviary karya Agam Riadi. Sebagai kolektor batik, Agam Riadi mengaplikasikan secara mumpuni motif-motif batik pesisir Jawa ke dalam karya cipta ruangnya.
Terinspirasi oleh sarung batik vintage Pekalongan tahun 1920-an, ruang ini menampilan perpaduan elegan dari perabotan modern dalam bentuk dan warna yang segar. Motif batik bunga yang elegan tampil di berbagai sudut ruangan, mulai dari wallpaper dinding pada area foyer, dinding pada area ruang tamu, hingga mewujud menjadi motif pada tekstil yang diaplikasikan untuk bantal sofa dan selimut.
Adapun, nama Aviary yang diusung dalam ruangan ini memiliki arti sangkar burung. Ragam unggas di Indonesia juga menjadi inspirasi Agam untuk memperindah ruangannya, yang mewujud pada beberapa patung dan lukisan yang menampilkan burung. Kaya dengan permainan tekstur, pola, dan elemen interior yang dikurasi dengan cermat, ruangan ini dengan hangat merangkul pengunjung dalam nuansa rumah liburan yang hangat sekaligus mewah.
Imajinasi dari Luar Negeri
Selain berangkat dari hobi, sejumlah instalasi ruang yang hadir di Summer Home merupakan wujud dari imajinasi para desainer akan destinasi yang indah di luar negeri. Ketiga desainer yakni Vivianne Faye, Sherly Gouw, dan Yuni Jie, mencoba menghadirkan suasana liburan layaknya di luar negeri pada instalasi ruang mereka.Di pameran Summer Home, desainer Vivianne Faye merancang sebuah ruang spa bernama Antrum yang menyerupai seperti sebuah gua. Nama "Antrum" yang disematkan pada instalasi ruang spa ini berasal dari bahasa Latin yang berarti gua. Inspirasinya berasal dari bangunan-bangunan gua yang ada di Sardinia, Italia.
Laut-laut indah dengan warna biru yang cantik di Italia juga menjadi inspirasi sang desainer dalam membuat instalasinya. Hal itu diwujudkan dalam wallpaper dengan desain laut biru yang tampak menonjol dalam salah satu sudut ruang spa Antrum.
"Jadi di Sardinia itu kan batu-batunya bagus banget, dan lautnya itu biru, blue azure. Banyak tempat spa di sana di dalam ruangan gua yang memang mengandung garam dan digunakan sebagai media penyembuhan juga. Jadi ini suasana spa di Italia," kata desainer yang akrab disapa Vivi ini.
Ruang spa "Antrum" karya Vivianne Faye. (Sumber gambar: The Colours of Indonesia (TCOI)/Instagram)
Suasana dramatis juga ditunjang dengan beberapa elemen lain, mulai dari pencahayaan yang tidak langsung (indirect lighting), wewangian ruangan yang diracik khusus, serta permainan tekstur pada keseluruhan ruangan.
Tekstur tak hanya mewujud pada dinding ataupun plafon, melainkan pada furnitur seperti sofa dengan kain cutting robek-robek, bantal-bantal sofa berbagai motif, serta penggunaan beragam material pada furnitur seperti rak dan meja wastafel.
Pesona suasana keindahan luar negeri juga hadir dalam ruang makan formal bertajuk Mid Summer Night Dream karya desainer Shirley Gouw. Seperti namanya, ruang makan ini terinspirasi dari suasana musim panas (summer) di Pulau Capri, Italia. Sementara dari warna tema, dipilih warna-warna sunset yakni perpaduan antara pinkish, orange, dan coral.
Meski fungsinya sebagai ruang makan formal, namun kesan kaku justru dihindari oleh Shirley. Dalam karyanya kali ini, dia justru menawarkan ide desain interior yang tak biasa. Hal itu pun membawanya mendesain ruang makan formal dengan inspirasi dining under the tent alias menikmati santapan seperti di bawah tenda.
Ide itu direalisasikan dengan menghadirkan ceiling berbentuk seperti tenda yang terbuat dari material canvas, yang telah dilukis secara handmade oleh pelukis asal Surabaya bernama Julie Kuito dari Zinnia Arts. Lukisannya berbentuk balon udara yang dihadirkan untuk menciptakan kesan dreamy, seperti nama instalasi ruang makan ini.
Shirley mengatakan secara konsep, ruangan ini didesain dengan gaya interior semi-klasik dan elegan. Namun, dia juga ingin bereksperimen dengan meletakkan sejumlah furnitur yang justru tidak klasik, melainkan lebih kontemporer namun tetap harmonis dengan keseluruhan desain.
"Saya mau ini seperti sebuah mimpi. Imaginasinya yang main. Jadi, again, waktu people come to my booth, yang ke-trigger adalah mood feeling-nya. Bukan oh ya, it's just a nice room, tapi function as a normal room. Saya enggak mau. Saya mau orang datang tuh kayak imajinasinya keluar. Itu yang saya expect dan harapkan," katanya.
Pantry dan ruang makan kasual "Satsuma" karya Yuni Jie (kiri) & ruang makan formal "Mid Summer Night Dream" karya Shirley Gouw. (Sumber gambar: The Colours of Indonesia (TCOI)/Instagram)
Instalasi ruang ini terdiri dari dua sisi yang mencoba mempertemukan nuansa Timur dan Barat dalam keselarasan sempurna. Pada sisi kirinya, terdapat ruang makan kasual yang desainnya terinspirasi dari gaya arsitektur ala arsitek Jepang, Kengo Kuma.
Salah satu yang menonjol dari ruang makan ini ialah dinding yang juga difungsikan sebagai rak besar yang menciptakan dimensi pada ruangan, sekaligus berfungsi sebagai tempat penyimpanan.
Eksplorasi dimensi juga tampak pada bagian atap ruangan ini yang tampak menghadirkan tekstil berwarna putih, untuk menciptakan bentuk gelombang. Adapun, sang desainer memilih set meja dan kursi makan minimalis berbahan dasar kayu.
Sementara pada sisi kanannya, menampilkan sebuah ruang pantry yang terinspirasi dari suasana musim panas di Italia. Salah satu yang menonjol pada ruangan ini ialah kehadiran niche khas Romawi berwarna biru, yang menampilkan motif jeruk Satsuma. Menariknya, pada kedua sisinya, diisi dengan lampu gantung Jepang, serta beberapa pajangan lain yang membuat tampilannya semakin ceria sekaligus elegan.
"Saya memang ingin memadukan Timur dan Barat, dengan sentuhan Indonesia," kata Yuni Jie.
Pengalaman Vakansi
Lantaran mengusung tema liburan musim panas, beberapa instalasi ruang di Summer Home juga dibuat berangkat dari pengalaman berlibur beberapa desainer. Ada tiga desainer yang berkreasi menciptakan ruang-ruang beragam tema terinspirasi dari perjalanan liburan mereka, yakni Roland Adam, Anita Boentarman, dan Prasetio Budhi.Setiap ruangan didesain dengan inspirasi yang beragam dan unik dari pengalaman berkesan mereka selama vakansi, dan dituangkan dengan interpretasi dan karakter masing-masing yang khas. Ruang-ruang yang dihadirkan seolah mengajak para pengunjung untuk merasakan juga sensasi liburan berkesan yang dialami para desainer.
Ruang makan kasual "The RoTi" karya Roland Adam (kiri) & bar "Tide & Tiki" karya Anita Boentarman. (Sumber gambar: The Colours of Indonesia (TCOI)/Instagram)
Ruang makannya terdiri dari beberapa sudut yang didesain dengan konsep yang berbeda-beda, mulai dari menghadirkan set meja dan kursi makan konvensional, dua Togo Sofa dengan satu meja kecil dengan konsep lesehan, serta sudut kecil yang diisi oleh kursi santai dengan standing lamp yang minimalis. Opsi-opsi ini dirancang untuk menciptakan suasana yang hangat dan ramah, sehingga pengguna bisa benar-benar bersantai.
"Jadi untuk casual dining room saya ini agak berbau Jepang, feeling-nya Zen, agak clean, sedikit minimalis, dan warna-warnanya juga yang hangat," kata Roland Adam.
Perjalanan liburan berkesan juga menginspirasi desainer Anita Boentarman dalam desain ruang bar yang diberi nama Tide and Tiki Bar. Ruang bar ini didesain oleh Anita terinspirasi dari pengalamannya yang terpukau dengan berbagai keindahan pantai-pantai di Indonesia. Hal itu pun mewujud menjadi ruangan dengan nuansa laut biru yang indah.
Nuansa laut biru hadir di hampir seluruh sudut ruangan. Salah satu yang menonjol ialah pola gelombang laut besar berwarna biru dan putih yang hadir pada lantai dan dinding ruang bar. Tampilannya langsung membawa imajinasi menuju pesona laut biru yang memukau dengan gelombang yang menggulung.
Selain itu, elemen dekoratif juga menunjang tema tersebut, yang tampak pada dekoratif gantung di langit-langit ruangan layaknya ikan-ikan di lautan, serta instalasi rajut yang menampilkan bentuk keindahan bawah laut dengan karang dan tetumbuhan berwarna-warni. Kesan elegan juga hadir berkat kehadiran beberapa elemen dekoratif yang disusun di sebuah rak tempel.
"Jadi bar ini mencerminkan kebahagiaan, colorful, dan chill," kata Anita.
Ruang santai luar ruangan "La Lucciola" karya Prasetio Budhi. (Sumber gambar: The Colours of Indonesia (TCOI)/Instagram)
Bukan sekadar ruang santai biasa, La Lucciola menonjolkan sejumlah perabotan dengan beragam bentuk, warna, dan motif yang unik. Mulai dari sofa panjang dengan bantal-bantal berwarna-warni, vas bunga dengan desain dan warna yang cerah, oven pizza klasik yang unik, hingga perabotan dengan bentuk-bentuk yang beragam.
Ruangan La Lucciola menjadi perpaduan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan bersantai, seperti bercengkrama, menikmati santapan di meja makan, ataupun memasak dengan kitchen set minimalis. Penggunaan furnitur dan perabotan yang cerah dan unik ini menciptakan suasana yang menyenangkan sekaligus akrab.
Stylish & Eklektik
Konsep desain dan penggunaan furnitur modern yang stylish juga hadir dalam beberapa instalasi ruang di Summer Home. Dua desainer yang menghadirkan eksplorasi itu ialah Reza Wahyudi dan Sammy Hendramianto. Keduanya menghadirkan ruangan dengan desain modern nan elegan namun tetap memasukkan unsur-unsur keindonesiaan dalam karyanya.Dalam pameran ini, Sammy Hendramianto membuat instalasi kamar mandi yang diberi nama Sunset at Batujimbar. Seperti namanya, kamar mandi ini hendak menghadirkan suasana liburan laiknya di Bali dengan deretan pantainya yang indah.
"Saya membayangkan kamar mandi ini seperti tempat berlibur di Bali. Kita tahu ada banyak pantai di Bali, tapi ini di daerah yang relatif lebih tenang yaitu di Sanur. Jadi rasanya seperti berlibur dan me time di Bali," kata Sammy.
Kamar mandi "Sunset at Batujimbar" karya Sammy Hendramianto (kiri) & area hiburan luar ruangan "Vitality Oculus" karya Reza Wahyudi. (Sumber gambar: The Colours of Indonesia (TCOI)/Instagram)
Ruangannya juga tampak tinggi dengan pengaplikasian lampu gantung organik yang dirancang khusus dan memancarkan cahaya lembut, serta sofa lounge mewah yang menciptakan kesan relaksasi.
Setiap detail, dari lemari kaca modern hingga wastafel yang modis, semua furnitur dan perabotan dikurasi dengan cermat untuk menawarkan kemewahan dan fungsional. Dengan perpaduan kemewahan dan kenyamanan, kamar mandi ini bak menjadi tempat yang ideal untuk berelaksasi dan menikmati waktu sendiri (me time) berlama-lama sepanjang hari.
Kesan serupa juga hadir di area hiburan luar ruangan (outdoor entertainment) karya desainer Reza Wahyudi yang diberi nama Vitality Oculus. Terinspirasi dari teras rumah, arena ini tampak harmonis memadukan deretan furnitur, perabotan interior, hingga peralatan gym modern yang elegan nan mewah.
Nuansa tropikal juga dihadirkan salah satunya dengan aplikasi wallpaper dinding bermotif dedaunan dipadukan dengan pajangan berbentuk nanas, serta pemilihan lantai keramik dengan motif mozaik berwarna bernuansa biru cerah. Kolom-kolom ruangan yang didesain terbuka dan lebar juga membuat area semi-outdoor ini tampak luas.
Ruang tamu & rooftop "Atelier Blanco" karya Ary Juwono. (Sumber gambar: The Colours of Indonesia (TCOI)/Instagram)
Ary bercerita bahwa karya instalasinya itu terinspirasi oleh studio pelukis Antonio Blanco yang berlokasi di Bali. Untuk diketahui, Antonio Blanco ialah pelukis keturunan Spanyol dan Amerika yang menghabiskan masa-masa terakhir hidupnya di Pulau Dewata.
Bagi Ary, Blanco adalah sosok seniman yang eklektik. Sang pelukis kerap menggabungkan berbagai macam teknik dalam menciptakan karya-karya lukisnya, sehingga menciptakan kesan eklektik yang kuat, sifat menggabungkan berbagai macam gaya untuk menciptakan bentuk yang baru.
Dalam dunia interior, memang dikenal gaya desain eklektik, sebuah pendekatan yang mencampurkan elemen-elemen dari berbagai gaya desain yang berbeda untuk menciptakan tampilan yang unik dan beragam. Gaya eklektik merupakan penggabungan seni desain dari berbagai periode waktu, budaya, dan gaya dalam satu ruangan.
Tujuan utama desain ini adalah menciptakan ruangan yang menggabungkan elemen-elemen berbeda dengan cara yang harmonis dan menarik. Gaya desain ini kerap diaplikasikan dalam hunian lantaran dapat disesuaikan dengan kepribadian dan preferensi seseorang.
Gaya eklektik bisa ditelusuri hampir di seluruh sudut ruang instalasi Atelier Blanco. Pada bagian dinding dan ceiling misalnya, yang tampak menampilkan material semen berwarna putih dengan motif bintik biru. Meski mengambil warna putih yang cenderung netral, motif bintik biru pada desainnya menciptakan kesan unik tersendiri.
Terlebih, sang desainer juga menambahkan lampu kristal klasik bernuansa hitam yang menambah kesan eklektik dalam instalasinya. Hal ini sesuai dengan salah satu karakter desain eklektik yang kerap menampilkan bagian atap dari material semen yang dihias dengan lampu kristal.
Pada salah satu bagiannya, dinding ruangan tersebut tampak dihiasi dengan lukisan bergambar ular yang di-print di atas kain canvas dengan tampilan doff. Lukisan serupa juga tampak diaplikasikan pada material tiles untuk lantai, namun tampilannya sekilas tampak seperti menggunakan marmer.
Selain lukisan, dihadirkan juga tirai panjang menjulang dengan tinggi sejajar dengan dinding, dengan warna dan motif yang didominasi biru, navy, putih, dan abu-abu. Tirai serupa juga hadir pada bagian dinding lainnya dalam ruangan yang dipadukan dengan kain berwarna navy yang menjadi dekorasi pada dinding.
Lukisan tersebut juga sekaligus menjadi focal point yang membuat desain interior pada ruangan tersebut tetap menarik meski menggabungkan berbagai gaya. Hal lainnya yang juga tampak menjadi focal point ialah set sofa ruang tamu bernuansa jingga yang tampak kontras dengan furnitur dan perabotan lainnya, sehingga tampak menonjol.
Begitupun dengan sebuah pintu besar bermaterial kayu berwarna coklat dengan pola geometris yang menambah focal point dalam ruangan tersebut. Sebagai pelengkap, hadir juga beberapa perabotan dengan beragam warna dan bentuk seperti pot tanaman tinggi berwarna putih yang menghadirkan kesan gaya modern, standing lamp dengan bentuk seperti chandelier, dan rak penyimpanan bernuansa hijau yang menampilkan kesan vintage.
Aplikasi itu sejalan dengan karakter gaya eklektik yang kerap menggunakan furnitur dan perabotan yang beragam, baik dari segi warna, material, gaya, maupun pola, namun tetap memperhatikan keseimbangan keseluruhan tampilan ruangan.
Menariknya, tampilan berbeda dihadirkan dalam instalasi ruang pada bagian atas yang berfungsi sebagai rooftop. Ruangan itu dilengkapi dengan meja dapur panjang, set meja dan kursi makan, serta sebuah lemari es yang menampilkan desain modern kontemporer. Set meja makan tersebut tampak menjadi focal point lantaran hadir dengan desain dan warna gradasi yang unik.
Meski demikian, sang desainer tetap memadukannya dengan gaya klasik yang diwujudkan dengan penggunaan lampu gantung kristal, serta dekorasi ceiling yang membuat tampilannya tampak elegan. Begitupun kehadiran lemari es yang kental dengan desain vintage. Perpaduan antara gaya modern, klasik dan vintage dalam ruangan ini menjadi sentuhan eklektik yang apik.
"Jangan takut untuk mencampur gaya di sebuah ruangan. Selama Anda punya kontrol yang baik, kalau misalnya bentuk berbeda-beda tapi warna ada yang satu turunan, itu pasti juga akan bagus. Warna beda-beda, tapi bentuk satu tipe pasti akan keren juga," kata Ary.
Ary berharap masyarakat terinspirasi dengan konsep yang ditampilkan dalam pameran TCOI. Sebab, meskipun terdiri dari dua belas individu, kata Ary, pihaknya berhasil menciptakan karya yang tampil harmonis dalam sebuah pameran bersama tanpa kehilangan identitas personal masing-masing.
Dia juga menambahkan setelah 10 tahun bersama, pameran TCOI kini telah menjadi event regional yang mendapat tanggapan positif dari klien yang datang dari berbagai penjuru dunia seperti Jepang, Hong Kong, Italia, Singapura, Prancis, hingga Portugal.
"TCOI telah memberikan sumbangsih yang baik bagi perkembangan desain interior di negara ini. TCOI selalu mempresentasikan hal-hal yang paling aktual dari perkembangan dunia desain interior," ujarnya.
Baca juga: Hunian dengan Area Terbuka hingga Rumah Vakansi Jadi Tren Desain Interior Terkini
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.