Madani International Film Festival & Suara Solidaritas untuk Palestina-Sudan
01 October 2024 |
22:25 WIB
Marwah menjadi tema utama yang diusung Madani International Film Festival 2024. Melalui tema tersebut, festival yang kini memasuki edisi ketujuh ini kembali membawa pesan penting tentang potret kehidupan muslim di berbagai belahan dunia.
Direktur Festival Putut Widjanarko mengatakan Marwah merupakan permutasi kata dari Arab, yakni muru’ah. Padanan dalam bahasa Inggris untuk istilah ini kerap dirujuk ke dignity. Kata tersebut dirasa pas untuk digaungkan dengan melihat kondisi yang terjasi sekarang.
Bagi Putut, Marwah adalah semacam tujuan yang lahir dari pergolakan dan pergeseran persepsi global tentang dunia saat ini. Pasalnya, kelompok-kelompok yang selama ini terpinggirkan atau yang kerap dianggap ‘berkembang’, kini justru berpotensi jadi pusat baru.
Baca juga: Jadwal Lengkap Pemutaran Film & Diskusi di Madani International Film Festival 2024
Negara-negara dari Asia, Afrika, dan Amerika Latin mulai menggeliat membangun sebuah marwah baru dalam dunia paska kolonial dan dekolonial. Seiring dengan itu, muncul banyak wacana dan khasanah seni visual, seperti film, menjadi instrumen pembentuk kesadaran baru. Meski di satu sisi, gejolak yang terjadi juga masih terus muncul atau dimunculkan.
“Muaranya tentu saja adalah kemerdekaan, kedaulatan, dan kemuliaan adalah hak semua manusia,” ujar Putut.
Putut mengatakan di tengah eskalasi berbagai negara yang meningkat, Madani IFF ingin mengembalikan muruah dari kemerdekaan adalah hak segala bangsa, cita-cita luhur yang hingga hari ini terus terpatri.
Dalam gelaran kali ini, secara khusus Madani IFF akan menjadikan Sudan dan Palestina sebagai negara fokus (focus country). Focus Country merupakan salah satu program di sebuah festival yang mencoba menyoroti geliat sinema tertentu secara mendalam terhadap sebuah negara.
Dalam program ini, akan diputar film-film dari sineas negara tersebut, menampilkan berbagai ciri artistik dan dinamika yang muncul. Sejumlah film-film penting dari Sudan dan Palestina akan diputar dan didiskusikan secara mendalam.
Menjadikan dua negara fokus merupakan hal baru bagi Madani IFF. Sebelumnya, festival ini kerap menghadirkan satu negara fokus saja di festival. Di sisi lain, Palestina dalam 2 gelaran edisi kini terus menjadi sorotan utama.
Putut mengatakan dengan melihat eskalasi yang terjadi di Palestina, pihaknya memang tak bisa begitu saja memalingkan diri. Meski tahun lalu Palestina telah menjadi negara fokus, tahun ini pihaknya merasa sorotan khusus terhadap genosida tak berkesudahan tersebut.
“Ya, diharapkan dengan pemutaran film-film dari sineas Palestina ini, penonton dapat memahami kondisi yang sebenarnya, tentang keteguhan mereka di tengah kekacauan,” jelasnya.
Selain Palestina, Sudan kini juga jadi negara yang dirasa Putut patut untuk juga disorot. Eskalasi konflik baru di negara itu juga mesti mendapat perhatian. Menurut Putut, alasan ini yang kemudian Madani IFF memutuskan untuk menghadirkan dua negara fokus pada edisi 2024.
“Kami pilih film yang berkisah tentang daya tahan dari keseharian mereka yang mencekam,” imbuhnya.
Board of Madani IFF Hikmat Darmawan mengatakan tema Marwah memang berangkat dari keprihatinan atas martabat kemanusiaan yang seolah terlupakan. Hal ini tercermin dari peristiwa genosida yang masih terjadi di berbagai negara.
Melalui tema ini, festival mencoba membawa pembacaan atas eskalasi konflik tersebut untuk meningkatkan kepekaan publik, solidaritas, serta mendorong penyelesaian krisis.
Lewat film-film yang ditampilkan di festival nanti, penonton dapat melihat para sineas di negara tersebut yang mencoba merespons situasi. Ini bukan soal kehancuran dan keruntuhan semata, melainkan juga ketabahan dan ketangguhan manusia untuk terus tumbuh dan berkembang di tengah kecamuk negaranya.
Madani IFF 2024 bakal dibuka dengan film Goodbye Julia yang disutradarai oleh Mohamed Kordofani. Film ko-produksi lintas negara, dari Sudan, Mesir, Jerman, Prancis, Arab Saudi, dan Swedia ini merupakan film panjang fiksi perdana sang sutradara.
Namun, film debutnya film ini berhasil memenangkan Prix de la Liberte di festival film Cannes 2023. Film berlatar belakang kerusuhan pra-pemisahan Sudan Utara dan Sudan Selatan ini akan menggambarkan dua wanita yang mencoba menggambarkan kerumitan yang terjadi antara komunitas Sudan Utara dan Sudan Selatan.
Gelaran festival bakal ditutup dengan dua film berbeda. Pertama adalah Walled Off karya sutradara Vin Arfuso. Film ini diproduseri oleh Alana & Anwar Hadid (Saudara dua model keturunan Palestina, Gigi dan Bella Hadid), vokalis band Pink Floyd Roger Waters, dan Kweku Mandela, cucu mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela.
Film penutup kedua adalah The Teacher karya sutradara Inggris kelahiran Palestina, Farah Nabulsi. Film ini mencoba menghadirkan drama manusia yang berlatar di lanskap politik dan sebuah cerita tentang karakter yang mewakili orang-orang yang sangat terpinggirkan dan kurang terwakili.
Sementara itu, anggota komite film DKJ Gietty Tambunan mengatakan Madani IFF merupakan salah satu festival penting yang kini ada di Jakarta. Festival ini termasuk salah satu program Citra Kawasan TIM yang diresmikan pada 2022 atas keputusan gubernur.
Madani iFF sebagai sebuah festival punya peran penting sebagai ruang untuk melihat film sebagai dialog. Selain itu, sederet program yang dihadirkan juga membuat Madani IFF menjadi festival semua orang.
“Dengan variasi programnya, termasuk untuk anak dan perempuan, tentu ini adalah upaya untuk perluasan peserta. Madani IFF festival untuk semua,” tuturnya.
Gelaran Madani IFF juga masih mempertahankan berbagai program festival unggulan lainnya, seperti Director's Talk, retrospeksi Hanung Bramantyo, In This World, Tenggara, Puan Madani, Madani Kids, Madani Shorts, Madani Classic, Madani Short Film Competition, dan masih banyak lagi.
Tahun ini, festival akan berlangsung selama tiga hari pada 3–6 Oktober 2024 di Taman Ismail Marzuki, Bina Nusantara University, Universitas Paramadina, Universitas Islam Indonesia, Masjid Istiqlal, Cinepolis Senayan Park, dan XXI Metropole.
Baca juga: 6 Inisiatif Baru Hadir di Madani International Film Festival 2024
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Direktur Festival Putut Widjanarko mengatakan Marwah merupakan permutasi kata dari Arab, yakni muru’ah. Padanan dalam bahasa Inggris untuk istilah ini kerap dirujuk ke dignity. Kata tersebut dirasa pas untuk digaungkan dengan melihat kondisi yang terjasi sekarang.
Bagi Putut, Marwah adalah semacam tujuan yang lahir dari pergolakan dan pergeseran persepsi global tentang dunia saat ini. Pasalnya, kelompok-kelompok yang selama ini terpinggirkan atau yang kerap dianggap ‘berkembang’, kini justru berpotensi jadi pusat baru.
Baca juga: Jadwal Lengkap Pemutaran Film & Diskusi di Madani International Film Festival 2024
Negara-negara dari Asia, Afrika, dan Amerika Latin mulai menggeliat membangun sebuah marwah baru dalam dunia paska kolonial dan dekolonial. Seiring dengan itu, muncul banyak wacana dan khasanah seni visual, seperti film, menjadi instrumen pembentuk kesadaran baru. Meski di satu sisi, gejolak yang terjadi juga masih terus muncul atau dimunculkan.
“Muaranya tentu saja adalah kemerdekaan, kedaulatan, dan kemuliaan adalah hak semua manusia,” ujar Putut.
Putut mengatakan di tengah eskalasi berbagai negara yang meningkat, Madani IFF ingin mengembalikan muruah dari kemerdekaan adalah hak segala bangsa, cita-cita luhur yang hingga hari ini terus terpatri.
Dalam gelaran kali ini, secara khusus Madani IFF akan menjadikan Sudan dan Palestina sebagai negara fokus (focus country). Focus Country merupakan salah satu program di sebuah festival yang mencoba menyoroti geliat sinema tertentu secara mendalam terhadap sebuah negara.
Dalam program ini, akan diputar film-film dari sineas negara tersebut, menampilkan berbagai ciri artistik dan dinamika yang muncul. Sejumlah film-film penting dari Sudan dan Palestina akan diputar dan didiskusikan secara mendalam.
Menjadikan dua negara fokus merupakan hal baru bagi Madani IFF. Sebelumnya, festival ini kerap menghadirkan satu negara fokus saja di festival. Di sisi lain, Palestina dalam 2 gelaran edisi kini terus menjadi sorotan utama.
Putut mengatakan dengan melihat eskalasi yang terjadi di Palestina, pihaknya memang tak bisa begitu saja memalingkan diri. Meski tahun lalu Palestina telah menjadi negara fokus, tahun ini pihaknya merasa sorotan khusus terhadap genosida tak berkesudahan tersebut.
“Ya, diharapkan dengan pemutaran film-film dari sineas Palestina ini, penonton dapat memahami kondisi yang sebenarnya, tentang keteguhan mereka di tengah kekacauan,” jelasnya.
Selain Palestina, Sudan kini juga jadi negara yang dirasa Putut patut untuk juga disorot. Eskalasi konflik baru di negara itu juga mesti mendapat perhatian. Menurut Putut, alasan ini yang kemudian Madani IFF memutuskan untuk menghadirkan dua negara fokus pada edisi 2024.
“Kami pilih film yang berkisah tentang daya tahan dari keseharian mereka yang mencekam,” imbuhnya.
Board of Madani IFF Hikmat Darmawan mengatakan tema Marwah memang berangkat dari keprihatinan atas martabat kemanusiaan yang seolah terlupakan. Hal ini tercermin dari peristiwa genosida yang masih terjadi di berbagai negara.
Melalui tema ini, festival mencoba membawa pembacaan atas eskalasi konflik tersebut untuk meningkatkan kepekaan publik, solidaritas, serta mendorong penyelesaian krisis.
Lewat film-film yang ditampilkan di festival nanti, penonton dapat melihat para sineas di negara tersebut yang mencoba merespons situasi. Ini bukan soal kehancuran dan keruntuhan semata, melainkan juga ketabahan dan ketangguhan manusia untuk terus tumbuh dan berkembang di tengah kecamuk negaranya.
Madani IFF 2024 bakal dibuka dengan film Goodbye Julia yang disutradarai oleh Mohamed Kordofani. Film ko-produksi lintas negara, dari Sudan, Mesir, Jerman, Prancis, Arab Saudi, dan Swedia ini merupakan film panjang fiksi perdana sang sutradara.
Namun, film debutnya film ini berhasil memenangkan Prix de la Liberte di festival film Cannes 2023. Film berlatar belakang kerusuhan pra-pemisahan Sudan Utara dan Sudan Selatan ini akan menggambarkan dua wanita yang mencoba menggambarkan kerumitan yang terjadi antara komunitas Sudan Utara dan Sudan Selatan.
Gelaran festival bakal ditutup dengan dua film berbeda. Pertama adalah Walled Off karya sutradara Vin Arfuso. Film ini diproduseri oleh Alana & Anwar Hadid (Saudara dua model keturunan Palestina, Gigi dan Bella Hadid), vokalis band Pink Floyd Roger Waters, dan Kweku Mandela, cucu mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela.
Film penutup kedua adalah The Teacher karya sutradara Inggris kelahiran Palestina, Farah Nabulsi. Film ini mencoba menghadirkan drama manusia yang berlatar di lanskap politik dan sebuah cerita tentang karakter yang mewakili orang-orang yang sangat terpinggirkan dan kurang terwakili.
Madani iFF sebagai sebuah festival punya peran penting sebagai ruang untuk melihat film sebagai dialog. Selain itu, sederet program yang dihadirkan juga membuat Madani IFF menjadi festival semua orang.
“Dengan variasi programnya, termasuk untuk anak dan perempuan, tentu ini adalah upaya untuk perluasan peserta. Madani IFF festival untuk semua,” tuturnya.
Gelaran Madani IFF juga masih mempertahankan berbagai program festival unggulan lainnya, seperti Director's Talk, retrospeksi Hanung Bramantyo, In This World, Tenggara, Puan Madani, Madani Kids, Madani Shorts, Madani Classic, Madani Short Film Competition, dan masih banyak lagi.
Tahun ini, festival akan berlangsung selama tiga hari pada 3–6 Oktober 2024 di Taman Ismail Marzuki, Bina Nusantara University, Universitas Paramadina, Universitas Islam Indonesia, Masjid Istiqlal, Cinepolis Senayan Park, dan XXI Metropole.
Baca juga: 6 Inisiatif Baru Hadir di Madani International Film Festival 2024
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.