Peluang Menggiurkan Usaha Angkringan di Kawasan Padat Mahasiswa
10 September 2024 |
06:21 WIB
Alya Hafilah Salsabila
Mahasiswi Universitas Padjadjaran
Jatinangor, sebuah kecamatan yang terletak di Kabupaten Sumedang terkenal akan populasi mahasiswanya. Sebagai kawasan padat pelajar yang tak kenal jam tidur, angkringan-angkringan di sana turut menjadi wadah bagi para mahasiswa yang ingin terus bercengkrama hingga matahari kembali terbit.
Aden Dinar Risyanda (27) adalah salah satu orang yang memahami kebutuhan mahasiswa yang satu ini. Dia membuka usaha Warpat atau Warung Prapatan sejak 2020. Bermodal Rp15 juta, Aden dapat mengantongi omzet hingga Rp68 juta per bulan ketika sedang high season.
Kendati punya angka pendapatan yang tinggi, bisnis angkringan di kawasan mahasiswa bukan tanpa hambatan. Kendala utama dari angkringan yang mengandalkan mahasiswa tentunya adalah ketika masa liburan tiba. Jadi, Aden berusaha untuk dapat memaksimalkan penjualan sebelum periode tersebut tiba.
“Melihat angkringan di Jatinangor yang cukup banyak, ya kita harus berusaha dan cukup sering inovasi di menu sih. Contohnya kemarin melihat udah banyak yang jualan pancong di Jatinangor nih, jadi kita cari apa yang bisa dikembangin dari pancong kita," katanya.
Baca juga: Manisnya Bisnis Makanan Penutup, Begini Strategi Pengusaha Hadapi Pastry Boom di Indonesia
Menu andalan Warpat adalah pancong yang ditaburi crumble di atasnya. Selain itu, daya tarik Warpat terletak di jam operasionalnya yang masih melayani hingga pukul tiga dini hari.
Dengan letak kios yang cukup jauh dari daerah kos mahasiswa, Aden menyiasati hal tersebut dengan memperkuat penjualan Warpat via online. Tak hanya melayani melalui platform pesan-antar makanan, Warpat juga melayani pemesanan dengan menghubungi langsung pada nomor telepon yang telah disediakan.
Selain Warpat, para mahasiswa Jatinangor juga cukup familiar dengan Warkop ODGJ. Selain letaknya yang terbilang strategis, karena berada di tengah kawasan kos-kosan mahasiswa, nama dari angkringan ini sendiri cukup unik. Nyatanya, Warkop ODGJ ini memiliki kepanjangan Orang Dengan Gen Jawa.
Menurut pemiliknya, Wildan Khoirul Anam (25), nama tersebut dipilih karena seluruh pendirinya merupakan orang Jawa. Wildan bersama Gilang (23), Reza (23), dan Rofiq (23) yang dulunya juga merupakan mahasiswa Universitas Padjadjaran melihat adanya peluang usaha angkringan di Jatinangor. Pada 2023, mereka resmi membuka Warkop ODGJ.
Dengan modal Rp20 juta, mereka dapat meraup untung hingga Rp22 juta ketika high season dan sekitar Rp6 juta ketika low season. Daya tarik dari angkringan ini adalah tempatnya yang strategis dan cocok untuk para mahasiswa yang ingin berkumpul dalam jumlah yang banyak.
Untuk menarik target pasarnya, Warkop ODGJ lebih menawarkan tempatnya yang cocok untuk tempat nongkrong mahasiswa dibanding menonjolkan produknya. Wildan mengatakan bahwa hal ini juga diakui oleh beberapa pelanggannya, yang merasa nyaman untuk nongkrong di Warkop ODGJ untuk waktu yang lama.
Warkop ODGJ memiliki menu yang cukup beragam, dari makanan berat hingga makanan ringan. Salah satu produk unggulannya adalah Nasi Telor Pontianak, Nasi Goreng ODGJ, dan beragam sate-satean serta gorengan.
“Kalau mahasiswa lagi liburan kita pernah coba tambah jam operasional, tapi ternyata gak solutif. Jadi kita lebih memperkuat di penjualan via online aja,” ujarnya.
Meskipun mengaku memiliki kekurangan dari segi jumlah sumber daya manusianya, Warkop ODGJ memiliki cara yang cerdas untuk melakukan promosi, yakni melalui kerjasama dengan salah satu brand minuman dan makanan di Jatinangor, Paten.
Selain memikat konsumen dengan menawarkan tempat nongkrong dan kerjasama brand, Warkop ODGJ juga melakukan promosi melalui sosial media seperti X dan Instagram. Namun, saat ini Warkop ODGJ masih mengandalkan metode ‘mulut ke mulut’ (word of mouth) untuk mempromosikan angkringannya.
Baca juga: Strategi Bisnis Kuliner, Bagaimana Generasi Muda Mengubah Hobi Jadi Cuan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Aden Dinar Risyanda (27) adalah salah satu orang yang memahami kebutuhan mahasiswa yang satu ini. Dia membuka usaha Warpat atau Warung Prapatan sejak 2020. Bermodal Rp15 juta, Aden dapat mengantongi omzet hingga Rp68 juta per bulan ketika sedang high season.
Kendati punya angka pendapatan yang tinggi, bisnis angkringan di kawasan mahasiswa bukan tanpa hambatan. Kendala utama dari angkringan yang mengandalkan mahasiswa tentunya adalah ketika masa liburan tiba. Jadi, Aden berusaha untuk dapat memaksimalkan penjualan sebelum periode tersebut tiba.
“Melihat angkringan di Jatinangor yang cukup banyak, ya kita harus berusaha dan cukup sering inovasi di menu sih. Contohnya kemarin melihat udah banyak yang jualan pancong di Jatinangor nih, jadi kita cari apa yang bisa dikembangin dari pancong kita," katanya.
Baca juga: Manisnya Bisnis Makanan Penutup, Begini Strategi Pengusaha Hadapi Pastry Boom di Indonesia
Menu andalan Warpat adalah pancong yang ditaburi crumble di atasnya. Selain itu, daya tarik Warpat terletak di jam operasionalnya yang masih melayani hingga pukul tiga dini hari.
Dengan letak kios yang cukup jauh dari daerah kos mahasiswa, Aden menyiasati hal tersebut dengan memperkuat penjualan Warpat via online. Tak hanya melayani melalui platform pesan-antar makanan, Warpat juga melayani pemesanan dengan menghubungi langsung pada nomor telepon yang telah disediakan.
Selain Warpat, para mahasiswa Jatinangor juga cukup familiar dengan Warkop ODGJ. Selain letaknya yang terbilang strategis, karena berada di tengah kawasan kos-kosan mahasiswa, nama dari angkringan ini sendiri cukup unik. Nyatanya, Warkop ODGJ ini memiliki kepanjangan Orang Dengan Gen Jawa.
Menurut pemiliknya, Wildan Khoirul Anam (25), nama tersebut dipilih karena seluruh pendirinya merupakan orang Jawa. Wildan bersama Gilang (23), Reza (23), dan Rofiq (23) yang dulunya juga merupakan mahasiswa Universitas Padjadjaran melihat adanya peluang usaha angkringan di Jatinangor. Pada 2023, mereka resmi membuka Warkop ODGJ.
Dengan modal Rp20 juta, mereka dapat meraup untung hingga Rp22 juta ketika high season dan sekitar Rp6 juta ketika low season. Daya tarik dari angkringan ini adalah tempatnya yang strategis dan cocok untuk para mahasiswa yang ingin berkumpul dalam jumlah yang banyak.
Untuk menarik target pasarnya, Warkop ODGJ lebih menawarkan tempatnya yang cocok untuk tempat nongkrong mahasiswa dibanding menonjolkan produknya. Wildan mengatakan bahwa hal ini juga diakui oleh beberapa pelanggannya, yang merasa nyaman untuk nongkrong di Warkop ODGJ untuk waktu yang lama.
Warkop ODGJ memiliki menu yang cukup beragam, dari makanan berat hingga makanan ringan. Salah satu produk unggulannya adalah Nasi Telor Pontianak, Nasi Goreng ODGJ, dan beragam sate-satean serta gorengan.
“Kalau mahasiswa lagi liburan kita pernah coba tambah jam operasional, tapi ternyata gak solutif. Jadi kita lebih memperkuat di penjualan via online aja,” ujarnya.
Meskipun mengaku memiliki kekurangan dari segi jumlah sumber daya manusianya, Warkop ODGJ memiliki cara yang cerdas untuk melakukan promosi, yakni melalui kerjasama dengan salah satu brand minuman dan makanan di Jatinangor, Paten.
Selain memikat konsumen dengan menawarkan tempat nongkrong dan kerjasama brand, Warkop ODGJ juga melakukan promosi melalui sosial media seperti X dan Instagram. Namun, saat ini Warkop ODGJ masih mengandalkan metode ‘mulut ke mulut’ (word of mouth) untuk mempromosikan angkringannya.
Baca juga: Strategi Bisnis Kuliner, Bagaimana Generasi Muda Mengubah Hobi Jadi Cuan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.