Menyingkap Tabu, Ini Perlunya Mendorong Kesadaran Kesehatan Reproduksi Sejak Remaja
28 August 2024 |
13:00 WIB
Menanamkan kesadaran akan kesehatan reproduksi kian vital ditekankan pada usia-usia remaja. Sebab, kesehatan reproduksi merupakan komponen penting yang sudah harus diperhatikan sejak lahir dan menyentuh urgensi yang lebih penting saat masa pubertas.
Perlu diketahui, kesehatan reproduksi tidak hanya tentang aspek fisik saja. Aspek emosional, mental, dan sosial juga menjadi komponen yang perlu diperhatikan perihal reproduksi.
Sayangnya, topik tentang kesadaran kesehatan reproduksi ini masih sering dianggap tabu. Ketabuan ini membuat kesadaran akan kesehatan reproduksi jarang dibahas secara mendalam. Akibatnya, banyak yang enggan memeriksakan kesehatan reproduksi mereka ke fasilitas kesehatan.
Padahal, pemahaman akan kesehatan seksual penting dilakukan sejak dini demi kesejahteraan kesehatan yang optimal. Kurangnya kesadaran tentang kesehatan reproduksi tercermin dari survei BKKBN yang menunjukkan bahwa Indeks Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja di Indonesia baru mencapai 53,4 persen.
Baca juga: Stres Bisa Pengaruhi Kesehatan Reproduksi Loh Genhype
Medical Manager Halodoc, Monica C. Dewi, mengatakan masalah kesehatan seksual dan reproduksi sering dianggap hanya terkait dengan penyakit menular seksual. Masalah ini sejatinya bisa dialami siapa saja tanpa memandang gender atau usia.
Selama ini, kesehatan reproduksi hanya menyentuh ruang kuratif yang bersifat pengobatan akan bahaya menular seksual. Padahal, kesehatan reproduksi bisa terjaga dengan baik apabila masyarakat lebih sadar dengan langkah-langkah merawat sistem reproduksi yang baik dan bersifat preventif.
"Kurangnya pengetahuan serta anggapan tabu mengenai kesehatan seksual menyebabkan pemahaman di masyarakat masih minim. Akibatnya, penanganan medis sering terlambat. Oleh karena itu, pemahaman mengenai jenis-jenis masalah kesehatan seksual dan gejala awalnya sangat penting untuk mencegah penyakit yang lebih serius,” kata Monica.
Beberapa masalah kesehatan seksual dan reproduksi yang sering diabaikan meliputi endometriosis, vaginismus, disfungsi ereksi, hingga varikokel. Gangguan kesehatan reproduksi ini menunjukkan bahwa penyakit tidak hanya berkutat pada perempuan, tetapi juga laki-laki.
Masalah umum seperti penurunan libido, menurunnya gairah seksual bahkan bila diindikasikan dengan adanya penyakit seperti diabetes atau penyakit jantung, atau dikaitkan dengan stres dan depresi. Ini juga membuktikan bahwa kesehatan reproduksi bisa saling mengait dengan masalah-masalah kesehatan lainnya.
Guna menjaga kesehatan seksual, penting untuk berkonsultasi dengan dokter saat pasien mengalami keluhan. “Mengingat beragamnya masalah kesehatan seksual yang tidak hanya terbatas pada penyakit menular seksual, maka langkah pencegahan menjadi sangat krusial,” ujarnya.
Monica menyarankan agar masyarakat menerapkan gaya hidup sehat yang akan berpengaruh pada kesehatan reproduksi juga. Selain itu, rutin berkonsultasi ke dokter spesialis kandungan sebanyak 1 kali per tahun juga perlu dilakukan.
Bagi perempuan, menjaga kesehatan reproduksi dapat dilakukan dengan rutin memeriksakan diri setelah masa awal mengalami menstruasi untuk menghindari gangguan kesehatan reproduksi di masa tua nanti.
Perlu diingat, pemeriksaan rutin ini juga normal dilakukan pada perempuan yang belum menikah. Namun, urgensinya makin meningkat pada perempuan yang sudah menikah, melakukan hubungan seksual, dan berusia diatas 40 tahun.
Baca juga: Kenali 5 Jenis Penyakit Alat Reproduksi Manusia, Ada Sindrom Ovarium Polikistik hingga Sistitis Interstisial
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Perlu diketahui, kesehatan reproduksi tidak hanya tentang aspek fisik saja. Aspek emosional, mental, dan sosial juga menjadi komponen yang perlu diperhatikan perihal reproduksi.
Sayangnya, topik tentang kesadaran kesehatan reproduksi ini masih sering dianggap tabu. Ketabuan ini membuat kesadaran akan kesehatan reproduksi jarang dibahas secara mendalam. Akibatnya, banyak yang enggan memeriksakan kesehatan reproduksi mereka ke fasilitas kesehatan.
Padahal, pemahaman akan kesehatan seksual penting dilakukan sejak dini demi kesejahteraan kesehatan yang optimal. Kurangnya kesadaran tentang kesehatan reproduksi tercermin dari survei BKKBN yang menunjukkan bahwa Indeks Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja di Indonesia baru mencapai 53,4 persen.
Baca juga: Stres Bisa Pengaruhi Kesehatan Reproduksi Loh Genhype
Medical Manager Halodoc, Monica C. Dewi, mengatakan masalah kesehatan seksual dan reproduksi sering dianggap hanya terkait dengan penyakit menular seksual. Masalah ini sejatinya bisa dialami siapa saja tanpa memandang gender atau usia.
Selama ini, kesehatan reproduksi hanya menyentuh ruang kuratif yang bersifat pengobatan akan bahaya menular seksual. Padahal, kesehatan reproduksi bisa terjaga dengan baik apabila masyarakat lebih sadar dengan langkah-langkah merawat sistem reproduksi yang baik dan bersifat preventif.
"Kurangnya pengetahuan serta anggapan tabu mengenai kesehatan seksual menyebabkan pemahaman di masyarakat masih minim. Akibatnya, penanganan medis sering terlambat. Oleh karena itu, pemahaman mengenai jenis-jenis masalah kesehatan seksual dan gejala awalnya sangat penting untuk mencegah penyakit yang lebih serius,” kata Monica.
Beberapa masalah kesehatan seksual dan reproduksi yang sering diabaikan meliputi endometriosis, vaginismus, disfungsi ereksi, hingga varikokel. Gangguan kesehatan reproduksi ini menunjukkan bahwa penyakit tidak hanya berkutat pada perempuan, tetapi juga laki-laki.
Masalah umum seperti penurunan libido, menurunnya gairah seksual bahkan bila diindikasikan dengan adanya penyakit seperti diabetes atau penyakit jantung, atau dikaitkan dengan stres dan depresi. Ini juga membuktikan bahwa kesehatan reproduksi bisa saling mengait dengan masalah-masalah kesehatan lainnya.
Guna menjaga kesehatan seksual, penting untuk berkonsultasi dengan dokter saat pasien mengalami keluhan. “Mengingat beragamnya masalah kesehatan seksual yang tidak hanya terbatas pada penyakit menular seksual, maka langkah pencegahan menjadi sangat krusial,” ujarnya.
Monica menyarankan agar masyarakat menerapkan gaya hidup sehat yang akan berpengaruh pada kesehatan reproduksi juga. Selain itu, rutin berkonsultasi ke dokter spesialis kandungan sebanyak 1 kali per tahun juga perlu dilakukan.
Bagi perempuan, menjaga kesehatan reproduksi dapat dilakukan dengan rutin memeriksakan diri setelah masa awal mengalami menstruasi untuk menghindari gangguan kesehatan reproduksi di masa tua nanti.
Perlu diingat, pemeriksaan rutin ini juga normal dilakukan pada perempuan yang belum menikah. Namun, urgensinya makin meningkat pada perempuan yang sudah menikah, melakukan hubungan seksual, dan berusia diatas 40 tahun.
Baca juga: Kenali 5 Jenis Penyakit Alat Reproduksi Manusia, Ada Sindrom Ovarium Polikistik hingga Sistitis Interstisial
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.