Mendiang Musisi Harry Roesli Menerima Tanda Jasa Bintang Budaya Parama Dharma
15 August 2024 |
13:00 WIB
Legenda musik Indonesia Harry Roesli menerima gelar tanda jasa dan kehormatan dari Presiden Joko Widodo, jelang peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-79. Musisi dengan julukan Si Bengal dari Bandung itu dianugerahi Bintang Budaya Parama Dharma.
Upacara penganugerahan berlangsung dengan khidmat di Istana Negara pada Rabu (14/8/2024). Tanda jasa dan kehormatan itu diterima oleh sang istri sekaligus ahli waris mendiang Harry Roesli, Kania Handiman Roesli.
“Bintang Budaya Parama Dharma diterima oleh ahli waris almarhum Harry Roesli,” ucap pembawa acara saat upacara penganugerahan dalam tayangan streaming YouTube Sekretariat Presiden.
Baca Juga: Hanya 10 Persen Musisi Indonesia yang Pede Bikin Konser Tunggal, Kok Bisa?
Bintang Budaya Parama Dharma adalah tanda kehormatan yang diberikan kepada Warga Negara Indonesia yang telah menyumbangkan nilai-nilai luhurnya, terutama darma bahktinya dalam bidang kebudayaan.
Pemberian tanda kehormatan ini merupakan wujud apresiasi tertinggi pemerintah kepada para budayawan yang memiliki dampak besar bagi perkembangan ragam seni di Indonesia.
Tanda gelar jasa ini juga sebagai bentuk nyata dari pengakuan negara terhadap dedikasi dan kontribusi seniman-seniman di Indonesia dalam melestarikan sekaligus memajukan kebudayaan.
Harry Roesli menerima tanda kehormatan setelah diusulkan oleh Kemendikbudristek dalam hal ini Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebubdayaan melalui program Anugerah Kebudayaan Indonesia.
Harry Roesli adalah seniman nyentrik yang telah melahirkan banyak karya penting dalam jagat musik Indonesia. Selain dikenal karena kemampuan meracik lirik yang sarat kritik sosial, Harry juga dikenang atas kepeduliannya terhadap keberadaan kaum marginal.
Musisi yang mendapat julukan Si Bengal dari Bandung ini mulai dibicarakan saat awal 1970-an. Kala itu, dirinya membentuk The Gang of Harry Roesli dengan karya-karya yang menarik bagi pencinta musik kontemporer pada masa tersebut.
Dalam grup tersebut, Harry ditemani oleh Albert Wamerin (gitar, perkusi, vokal), Janto Soedjono (drum, perkusi), Indra Rivai (organ, piano, perkusi), Hari Krishnadi alias Harry Pochang (harmonika, perkusi, vokal), dan Dadang Latief (gitar akustik).
Sayangnya, Gang of Harry Roesli mesti bubar pada 1975. Namun, mereka sempat menciptakan album bertajuk Philosophy Gang yang menarik. Album itu belakangan juga dirilis ulang oleh La Munai Records beberapa tahun lalu.
Kendati band-nya bubar, jiwa Harry dalam bermusik belum habis. Justru, dia makin menjadi-jadi. Harry kemudian menciptakan album musik bertajuk Ken Arok Rock Opera. Album ini menjadi salah satu yang paling fenomenal hingga sekarang.
Album Ken Arok juga ditempatkan pada peringkat ke-10 dalam daftar 150 Album Indonesia terbaik dari Rolling Stone Indonesia. Album ini diambil berdasarkan pementasan musik bersama kelompok Ken Arok pada 1977.
Harry sebelumnya juga sempat mementaskan karya tersebut di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Hingga kini, karya Ken Arok Rock Opera masih menjadi perbincangan di kalangan musik. Pada 2018, album ini juga dirilis ulang dengan format piringan hitam oleh La Munai Records.
Namun, seperti grup pertamanya, kelompok Ken Arok juga bubar. Hal ini karena Harry mendapat beasiswa dari Ministerie Cultuur, Recreatie en Maatschapelijk Werk (CRM) untuk belajar ke Rotterdam Conservatorium, Belanda.
Gelar Doktor musik diraihnya pada 1981. Setelahnya, Harry banyak berkreasi melahirkan karya musik dan teater. Dia juga aktif mengajar di Jurusan Seni Musik beberapa perguruan tinggi.
Harry juga berada di balik lagu-lagu asyik di banyak film Indonesia era 1990-an. Dia pernah menjadi komposer untuk film Suci Sang Primadona (1977), Suamiku Sayang (1990), Si Kabayan Mencari Jodoh (1994), hingga Si Kabayan dan Anak Jin (1991).
Kemudian, dia juga terlibat dalam pembuatan musik untuk pementasan beberapa kelompok teater, seperti Teater Mandiri dan Teater Koma. Harry juga aktif menjadi pembicara dalam senimar, baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Mengutip dari laman Kemendikbudristek, berikut adalah ragam pergerakan Harry Roesli di dunia musik:
Baca Juga: Promotor Ungkap Indonesia Masih Belum Punya Banyak Tempat Konser yang Layak
Editor: M. Taufikul Basari
Upacara penganugerahan berlangsung dengan khidmat di Istana Negara pada Rabu (14/8/2024). Tanda jasa dan kehormatan itu diterima oleh sang istri sekaligus ahli waris mendiang Harry Roesli, Kania Handiman Roesli.
“Bintang Budaya Parama Dharma diterima oleh ahli waris almarhum Harry Roesli,” ucap pembawa acara saat upacara penganugerahan dalam tayangan streaming YouTube Sekretariat Presiden.
Baca Juga: Hanya 10 Persen Musisi Indonesia yang Pede Bikin Konser Tunggal, Kok Bisa?
Bintang Budaya Parama Dharma adalah tanda kehormatan yang diberikan kepada Warga Negara Indonesia yang telah menyumbangkan nilai-nilai luhurnya, terutama darma bahktinya dalam bidang kebudayaan.
Pemberian tanda kehormatan ini merupakan wujud apresiasi tertinggi pemerintah kepada para budayawan yang memiliki dampak besar bagi perkembangan ragam seni di Indonesia.
Tanda gelar jasa ini juga sebagai bentuk nyata dari pengakuan negara terhadap dedikasi dan kontribusi seniman-seniman di Indonesia dalam melestarikan sekaligus memajukan kebudayaan.
Harry Roesli menerima tanda kehormatan setelah diusulkan oleh Kemendikbudristek dalam hal ini Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebubdayaan melalui program Anugerah Kebudayaan Indonesia.
Mendiang Musisi Harry Roesli (Sumber gambar: YouTube Sekretariat Presiden)
Harry Roesli adalah seniman nyentrik yang telah melahirkan banyak karya penting dalam jagat musik Indonesia. Selain dikenal karena kemampuan meracik lirik yang sarat kritik sosial, Harry juga dikenang atas kepeduliannya terhadap keberadaan kaum marginal.
Musisi yang mendapat julukan Si Bengal dari Bandung ini mulai dibicarakan saat awal 1970-an. Kala itu, dirinya membentuk The Gang of Harry Roesli dengan karya-karya yang menarik bagi pencinta musik kontemporer pada masa tersebut.
Dalam grup tersebut, Harry ditemani oleh Albert Wamerin (gitar, perkusi, vokal), Janto Soedjono (drum, perkusi), Indra Rivai (organ, piano, perkusi), Hari Krishnadi alias Harry Pochang (harmonika, perkusi, vokal), dan Dadang Latief (gitar akustik).
Sayangnya, Gang of Harry Roesli mesti bubar pada 1975. Namun, mereka sempat menciptakan album bertajuk Philosophy Gang yang menarik. Album itu belakangan juga dirilis ulang oleh La Munai Records beberapa tahun lalu.
Kendati band-nya bubar, jiwa Harry dalam bermusik belum habis. Justru, dia makin menjadi-jadi. Harry kemudian menciptakan album musik bertajuk Ken Arok Rock Opera. Album ini menjadi salah satu yang paling fenomenal hingga sekarang.
Album Ken Arok juga ditempatkan pada peringkat ke-10 dalam daftar 150 Album Indonesia terbaik dari Rolling Stone Indonesia. Album ini diambil berdasarkan pementasan musik bersama kelompok Ken Arok pada 1977.
Harry sebelumnya juga sempat mementaskan karya tersebut di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Hingga kini, karya Ken Arok Rock Opera masih menjadi perbincangan di kalangan musik. Pada 2018, album ini juga dirilis ulang dengan format piringan hitam oleh La Munai Records.
Namun, seperti grup pertamanya, kelompok Ken Arok juga bubar. Hal ini karena Harry mendapat beasiswa dari Ministerie Cultuur, Recreatie en Maatschapelijk Werk (CRM) untuk belajar ke Rotterdam Conservatorium, Belanda.
Gelar Doktor musik diraihnya pada 1981. Setelahnya, Harry banyak berkreasi melahirkan karya musik dan teater. Dia juga aktif mengajar di Jurusan Seni Musik beberapa perguruan tinggi.
Harry juga berada di balik lagu-lagu asyik di banyak film Indonesia era 1990-an. Dia pernah menjadi komposer untuk film Suci Sang Primadona (1977), Suamiku Sayang (1990), Si Kabayan Mencari Jodoh (1994), hingga Si Kabayan dan Anak Jin (1991).
Kemudian, dia juga terlibat dalam pembuatan musik untuk pementasan beberapa kelompok teater, seperti Teater Mandiri dan Teater Koma. Harry juga aktif menjadi pembicara dalam senimar, baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Mengutip dari laman Kemendikbudristek, berikut adalah ragam pergerakan Harry Roesli di dunia musik:
- Membentuk band yang bernama Gang of Harry (1970)
- Teater Ken Arok (1973)
- Depot Kreasi Seni Bandung
- Suara Ibu Perduli (1998)
- Philosophy Gang, album musik, 1971
- Titik Api, album musik, 1976
- Jika Hari Tak Berangin, album musik
- Tiga Bendera, album musik
- Gadis Plastik, album musik
- Daun album musik
- LTO, album musik
- Ken Arok, album musik
- Musik Rumah Sakit (1979 di Bandung dan 1980 di Jakarta)
- Asmat Dream single
- Album musik Cuaca Buruk
- White Gold
- Parenthese
- Musik Sikat Gigi (1982 di Jakarta)
- DKSB album musik
- Si Cantik album musik
- Opera Ikan Asin
- Opera Kecoa
- Opera Tusuk Gigi (1997 di Bandung
Baca Juga: Promotor Ungkap Indonesia Masih Belum Punya Banyak Tempat Konser yang Layak
Editor: M. Taufikul Basari
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.