Keseimbangan Hidup dan Karier, Kunci Kesehatan Mental Bagi Wanita Lajang
15 August 2024 |
10:52 WIB
Dalam dunia yang terus bergerak cepat, perempuan karir lajang sering kali berada di persimpangan antara ambisi profesional dan harapan sosial yang kadang membebani. Kesehatan mental mereka menjadi kunci dalam menjaga keseimbangan di tengah tekanan pekerjaan dan stigma yang masih kerap melekat.
Psikiater Dr. Mintarsih A Latief menekankan bahwa kesehatan mental wanita karier berstatus lajang bukan hanya soal pencapaian di kantor, tapi juga tentang bagaimana mereka menjalani setiap aspek kehidupan dengan penuh kesadaran dan keberanian.
"Wanita karier lajang sering menghadapi stereotip negatif seperti dianggap judes atau 'tidak menikah', yang dapat memengaruhi kondisi mental mereka," ujar Dr. Mintarsih.
Baca juga: Kesehatan Mental Bisa Ganggu Produktivitas, Kok Bisa?
Terlebih banyak wanita karier yang memiliki pendidikan tinggi dan memilih untuk tidak menikah. Menurutnya, kecenderungan ini muncul karena pernikahan sering dianggap sebagai beban. Tak heran bila mereka cenderung lebih menikmati karier dan kehidupannya daripada menikah.
Tentu sebagai seorang wanita karier, kesehatan mental menjadi sesuatu yang sangat penting karena itu, mereka juga perlu menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Sebab, tekanan psikologis pada wanita karier tersebut juga dapat timbul dari beban pekerjaan yang berlebih, tanggung jawab keluarga, dan ekspektasi sosial. "Jika wanita karier merasa terlalu dibebani dan tidak memiliki waktu untuk diri sendiri maka kondisi ini dapat menimbulkan stres," tuturnya.
Karena itu, dukungan dari keluarga, teman, dan rekan kerja sangat penting untuk kesehatan mental wanita karier. Teman kerja yang baik dan keluarga yang mendukung dapat membantu mengurangi tekanan psikologis.
Untuk mengatasi stres berlebih, Dr. Mintarsih juga menyarankan wanita karier untuk tetap memperhatikan kehidupan pribadi dan kesehatan mentalnya. "Jangan habiskan tenaga hanya untuk kantor. Sisakan tenaga untuk diri sendiri dan keluarga. Jika merasa tertekan, konsultasilah dengan profesional baik psikolog maupun psikiater," sarannya.
Ayu Utami Larasati, seorang pekerja kreatif menegaskan bahwa kesehatan mental sangat penting bagi perempuan karier dalam menjalani kehidupan profesional yang penuh tuntutan. Setiap perempuan apapun statusnya tentu mengalami tantangan yang berbeda-beda.
“Untuk perempuan lajang seperti saya, beban yang dihadapi mungkin berbeda dengan mereka yang sudah berkeluarga, tetapi tetap menantang. Kami sering merasa terbebani dengan ekspektasi sosial dan profesional," ungkap Ayu.
Untuk menjaga kesehatan mental di dalam dunia pekerjaan maupun kehidupan sosial maka sangat penting untuk menjalani semua tugas dengan hati yang senang dan tidak merasa terbebani atau berkorban. Selain itu, penting juga untuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi dengan mengambil waktu untuk diri sendiri dan melakukan aktivitas yang menyenangkan.
"Menemukan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi adalah kunci untuk menjaga kesehatan mental,” ujarnya.
Adanya kesetaraan gender saat ini juga telah membuka banyak peluang bagi perempuan untuk menduduki posisi penting di perusahaan. Namun, bagi perempuan lajang, ada tekanan tambahan dari stigma sosial.
Selain itu, perempuan lajang seringkali harus bekerja lebih keras untuk membuktikan diri dalam karier mereka, yang bisa menjadi sumber stres tambahan.
Menurut Ayu, tekanan mental atau psikologis dapat mempengaruhi kehidupan perempuan karier lajang baik dalam dunia kerja maupun kehidupan pribadi. "Dalam dunia kerja, tidak ada pengaruhnya karena tuntutan profesi. Tapi jika permasalahan yang dialami dirasa terlalu berat, bisa jadi perempuan karier lajang akan sulit untuk fokus saat bekerja," jelasnya.
Dalam kehidupan pribadi, tekanan mental dapat membuat seseorang menjadi pemurung atau pemarah. Wanita yang tertekan mungkin berusaha untuk terlihat baik-baik saja, tapi ada kalanya dia sudah lelah dan bisa meluapkan emosinya dengan menangis atau marah.
Untuk mengatasi tekanan psikologis dan stres, Ayu menilai bahwa dukungan sosial yang kuat baik dari keluarga, teman, dan rekan kerja sangat penting karena bisa memberikan kekuatan dan rasa aman, serta membantu dalam menghadapi berbagai tekanan dan tantangan bagi kesehatan mental seorang wanita karier berstatus lajang.
Apalagi, perempuan lajang ini seringkali lebih rentan karena tidak memiliki pasangan untuk berbagi beban sehari-hari. Banyak perempuan lajang yang tertekan karena pandangan masyarakat bahwa menikah adalah keharusan. Stigma ini yang menurut Ayu membuat mereka merasa terasing dan kesepian.
Karena itulah dia juga menekankan jika merasa ada sesuatu yang mengganggu atau membuat hati dan pikiran tidak nyaman, penting untuk berbicara dengan teman atau keluarga. “Berkonsultasi dengan psikolog juga bisa sangat membantu," sarannya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Psikiater Dr. Mintarsih A Latief menekankan bahwa kesehatan mental wanita karier berstatus lajang bukan hanya soal pencapaian di kantor, tapi juga tentang bagaimana mereka menjalani setiap aspek kehidupan dengan penuh kesadaran dan keberanian.
"Wanita karier lajang sering menghadapi stereotip negatif seperti dianggap judes atau 'tidak menikah', yang dapat memengaruhi kondisi mental mereka," ujar Dr. Mintarsih.
Baca juga: Kesehatan Mental Bisa Ganggu Produktivitas, Kok Bisa?
Terlebih banyak wanita karier yang memiliki pendidikan tinggi dan memilih untuk tidak menikah. Menurutnya, kecenderungan ini muncul karena pernikahan sering dianggap sebagai beban. Tak heran bila mereka cenderung lebih menikmati karier dan kehidupannya daripada menikah.
Tentu sebagai seorang wanita karier, kesehatan mental menjadi sesuatu yang sangat penting karena itu, mereka juga perlu menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Sebab, tekanan psikologis pada wanita karier tersebut juga dapat timbul dari beban pekerjaan yang berlebih, tanggung jawab keluarga, dan ekspektasi sosial. "Jika wanita karier merasa terlalu dibebani dan tidak memiliki waktu untuk diri sendiri maka kondisi ini dapat menimbulkan stres," tuturnya.
Karena itu, dukungan dari keluarga, teman, dan rekan kerja sangat penting untuk kesehatan mental wanita karier. Teman kerja yang baik dan keluarga yang mendukung dapat membantu mengurangi tekanan psikologis.
Untuk mengatasi stres berlebih, Dr. Mintarsih juga menyarankan wanita karier untuk tetap memperhatikan kehidupan pribadi dan kesehatan mentalnya. "Jangan habiskan tenaga hanya untuk kantor. Sisakan tenaga untuk diri sendiri dan keluarga. Jika merasa tertekan, konsultasilah dengan profesional baik psikolog maupun psikiater," sarannya.
Ayu Utami Larasati, seorang pekerja kreatif menegaskan bahwa kesehatan mental sangat penting bagi perempuan karier dalam menjalani kehidupan profesional yang penuh tuntutan. Setiap perempuan apapun statusnya tentu mengalami tantangan yang berbeda-beda.
“Untuk perempuan lajang seperti saya, beban yang dihadapi mungkin berbeda dengan mereka yang sudah berkeluarga, tetapi tetap menantang. Kami sering merasa terbebani dengan ekspektasi sosial dan profesional," ungkap Ayu.
Ilustrasi wanita karier. (Sumber foto: Pexels/Alexander Suhorucov)
"Menemukan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi adalah kunci untuk menjaga kesehatan mental,” ujarnya.
Adanya kesetaraan gender saat ini juga telah membuka banyak peluang bagi perempuan untuk menduduki posisi penting di perusahaan. Namun, bagi perempuan lajang, ada tekanan tambahan dari stigma sosial.
Selain itu, perempuan lajang seringkali harus bekerja lebih keras untuk membuktikan diri dalam karier mereka, yang bisa menjadi sumber stres tambahan.
Menurut Ayu, tekanan mental atau psikologis dapat mempengaruhi kehidupan perempuan karier lajang baik dalam dunia kerja maupun kehidupan pribadi. "Dalam dunia kerja, tidak ada pengaruhnya karena tuntutan profesi. Tapi jika permasalahan yang dialami dirasa terlalu berat, bisa jadi perempuan karier lajang akan sulit untuk fokus saat bekerja," jelasnya.
Dalam kehidupan pribadi, tekanan mental dapat membuat seseorang menjadi pemurung atau pemarah. Wanita yang tertekan mungkin berusaha untuk terlihat baik-baik saja, tapi ada kalanya dia sudah lelah dan bisa meluapkan emosinya dengan menangis atau marah.
Untuk mengatasi tekanan psikologis dan stres, Ayu menilai bahwa dukungan sosial yang kuat baik dari keluarga, teman, dan rekan kerja sangat penting karena bisa memberikan kekuatan dan rasa aman, serta membantu dalam menghadapi berbagai tekanan dan tantangan bagi kesehatan mental seorang wanita karier berstatus lajang.
Apalagi, perempuan lajang ini seringkali lebih rentan karena tidak memiliki pasangan untuk berbagi beban sehari-hari. Banyak perempuan lajang yang tertekan karena pandangan masyarakat bahwa menikah adalah keharusan. Stigma ini yang menurut Ayu membuat mereka merasa terasing dan kesepian.
Karena itulah dia juga menekankan jika merasa ada sesuatu yang mengganggu atau membuat hati dan pikiran tidak nyaman, penting untuk berbicara dengan teman atau keluarga. “Berkonsultasi dengan psikolog juga bisa sangat membantu," sarannya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.