Ajang ini berlangsung pada 6 Agustus sampai 1 September 2024 (sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Pameran Speaking The Unspeakable Dibuka, Tampilkan Karya Puluhan Seniman Tanah Air

07 August 2024   |   08:30 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Like
Penikmat seni ada kabar gembira nih buat kalian. Pasalnya pameran seni rupa Speaking The Unspeakable resmi dibuka di Neo Gallery, Jakarta. Ajang ini berlangsung pada 6 Agustus sampai 1 September 2024 dengan memamerkan puluhan karya seniman muda dan senior Indonesia.

Seteleng ini total memacak 22 karya seniman lintas generasi. Kelimun seniman itu mencoba memaparkan amunisi estetiknya lewat gambaran pengalaman unik ambang bawah sadar dari apa yang tak terkatakan oleh lisan dan tulisan.

Pemilik Neo Gallery Randy Oenardi Raharjo mengatakan, pihaknya ingin menghadirkan sesuatu yang baru dan berbeda dalam pameran ini. Lewat ekshibisi ini publik diajak untuk melihat kekayaan seni rupa Indonesia lewat berbagai bentuk ekspresi dan material karya.

Baca juga: Speak Up on Bullying and Intolerance, Ekspresi Berani Anak Berkebutuhan Khusus

Menurut Randy, debut pameran di galerinya tersebut juga dikurasi dengan baik dari karya-karya seniman kontemporer Tanah Air. Ajang ini juga menjadi persinggungan perspektif psikoanalisa dan kaitannya dengan seni, khususnya dalam mengungkap pengalaman-pengalam tak terkatakan para seniman.

"Untuk yang pertama ini kita memang menampilkan established and emerging artists. Ke depannya kita mungkin juga akan bergulat dengan para seniman itu, serta menghadirkan program-program unik dan terbaru di dunia seni rupa," katanya saat ditemui Hypeabis.id.
 
 


Selaras, Kurator Bambang Asrini Widjanarko mengatakan, karya-karya yang ditampilkan dalam pameran ini mengusung sejumlah etape pengembaraan batin, dalam fase penjelajahan estetik. Yaitu proses bernama 'simbolik' dalam psikoanalisa, di mana fase penciptaan karya merupakan bentuk pencarian katarsis. 

Sepilihan karya yang dipacak merupakan simbol ekspresif dari hal-hal yang tidak tersampaikan oleh sang seniman. Beberapa di antaranya ada yang terkait hubungan asmara, kehidupan keluarga, hingga nilai-nilai dari dalam maupun luar seniman dalam mekanai sangkan paran atau dari dan ke mana hidup berakhir.

"Simbol-simbol dan teks visual biasanya saling berkelindan dan memberi makna-makna bagi perupa. Tak heran, jika seniman sedang mengalami krisis pada etape tertentu dalam pengalaman hidupnya, justru mereka makin meluap daya artistiknya," katanya.

Secara umum, seniman-seniman dalam pameran ini ada yang bekerja secara kolaboratif dan individual. Beberapa di antaranya ada juga yang memilih menggunakan visualisasi secara puitik, mewakilkan sosok-sosok figuratif, bernarasi lewat kekacauan visual, hingga ekspresi kegembiraan dalam corak abstraktif.

Karya Kolaborasi Arahmaiani dan Anagard di Neo gallery

Karya Kolaborasi Arahmaiani dan Anagard di Neo gallery (sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Seniman Arahmaiani dan Anagard misalnya, berkolaborasi untuk merespon fasad Neo Gallery. Keduanya menggores teks puitik tentang idealisasi seniman bertuliskan frasa I Love You menggunakan Arab Pegon serta mengimak sosok-sosok bersurai dengan berbagai warna penuh bunga-bunga.

"Karya Mbak Yani membawa konsep tentang cinta damai. Kalau karyaku mencoba merespons teks tersebut. Sebab, kalau aku terjemahkan dengan caraku sendiri, nanti nggak nyambung dengan karya beliau," kata Anagard.

Ada pula karya Haris Purnomo bertajuk Bebuaya (oil and acrylic on canvas, 140x500 cm, 2021). Lukisan yang terdiri dari dua panel juga sarat akan unsur sosial dan politik. Berbeda dari banyak karya Haris sebelumnya yang menampilkan imaji sosok bayi bertato, kali ini sang seniman justru menampilkan sosok buaya.
 

Karya Haris Purnomo berjudul Bebuaya di Neo Gallery  (sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Karya Haris Purnomo berjudul Bebuaya di Neo Gallery (sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Uniknya, buaya  yang dihadirkan sang seniman dipenuhi dengan surai dan baju zirah emas. Tak hanya itu, buaya ini juga mengalami transformasi bentuk, di mana rahangnya disangga oleh besi, dan ekornya memiliki duri-duri landak. Sang buaya juga tampil buas, seperti hendak memangsa liyan.

Adapun seniman-seniman yang berpartisipasi dalam pameran ini, antara lain Anagard, Arahmaiani, Asmudjo Jono Irianto, Bestrizal Besta, Dedy Sufriadi, Diyanto, Entang Winarso, Haris Purnomo, Hedi Hariyanto.

Kemudian ada Heri Dono, Irina dan Andrea, Ismanto Wahyudi, Oky Rey Montha, Hasan, Kukuh Nuswantoro, Ronald Manullang, Rudi Hendriatno, Nindityo Adipurnomo, Taufik Ermas, Teguh Ostenrik, Tenesse Caroline, dan Yani Mariani.

Bagi Genhype yang tertarik untuk melihat pameran ini kalian bisa menuju ke Neo Gallery di lantai 2 Level M, Jalan Tanah Abang IV No. 23-25, Jakarta Pusat. Ekshibisi ini terbuka untuk umum dan dapat dikunjungi setiap hari pada pukul 09.00-17.00 WIB.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda
 

SEBELUMNYA

Menilik Seni Mosaik yang Terkubur di Laut dalam Pameran Mosaico Italian Code of a Timeless Art

BERIKUTNYA

Tim Triatlon Belgia Mundur dari Nomor Estafet Campuran di Olimpiade Paris 2024

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: