Sutradara Rizal Mantovani (Sumber gambar: MVP Pictures)

Rizal Mantovani Andalkan Efek Praktikal Minim CGI di Film Pusaka

22 July 2024   |   15:15 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Sutradara Rizal Mantovani mengeksekusi genre horor yang kental dengan elemen gore di film Pusaka dengan cara yang berbeda. Alih-alih mengandalkan teknologi Computer Generated Imagery (CGI), Rizal lebih memilih mengandalkan efek praktikal untuk menciptakan kesan lebih nyata.

Film horor berbalut gore adalah genre film sejenis thriller yang memiliki tingkat kekejaman dan kesadisan tinggi. Adegan kekerasan ekstrem, brutal, dan sadis, seperti cipratan darah atau bagian tubuh terpotong merupakan hal yang lazim pada genre ini.

Baca juga: Cerita Bukie B Mansyur, Pakai Medium Lagu untuk Pendalaman Karakter di Film Horor Pusaka

Dalam mengeksekusi adegan-adegan ekstrem tersebut, beberapa sutradara umumnya akan menggunakan bantuan efek CGI agar lebih maksimal. Namun, tidak bagi Rizal Mantovani.

Rizal mengatakan dalam menggarap film Pusaka, 80 persen adegan dieksekusi dengan efek praktikal. Adapun hanya 20 persen saja sisanya yang menggunakan bantuan efek CGI.

“Ini berawal dari tantangan produser. Jadi, ketika penggunaan efek CGI sekarang sudah sangat masif, kami ingin kembali ke cara lama. Tantangan itu saya terima,” ujar Rizal kepada Hypeabis.id.

Pilihan artistik ini kemudian disyukuri oleh Rizal. Sebab, adegan-adegan yang dieksekusi dengan efek praktikal justru membawa dampak yang signifikan pada filmnya tersebut. Menurutnya, setiap adegan jadi terasa lebih hidup.

Rupanya, kata Rizal, efek praktikal membuat pemain bisa lebih meresapi setiap adegan yang akan dimainkannya. Dengan demikian, emosi dari pemain terhadap adegan tersebut pun bisa lebih keluar.

Rizal lantas mencontohkan, ketika ada satu pemain terluka dan wajahnya penuh darah, pemain lain dapat melihat wujud asli kengeriannya. Hal ini membuat pemain dapat merespons emosinya secara lebih baik.

Hal berbeda akan terjadi ketika adegan dieksekusi dengan CGI. Sebab, wajah pemain yang penuh luka itu hanya ditempel kain berwarna hijau. Adapun pemain lawan harus mengimajinasi efek luka tersebut sehingga prosesnya sebenarnya jadi lebih rumit bagi si pemain.

Namun, membuat film dengan efek praktikal dominan tak bisa dimungkiri juga penuh tantangan. Menurut Rizal, salah satu yang membuat film ini cukup lama proses pembuatannya adalah karena dirinya mesti mengumpulkan terlebih dahulu topeng atau replika dari setiap adegannya.

“Jadi, kami ada banyak dummy muka mereka. Jadi, pas ada adegan menusuk misalnya, kami pakai dummy itu. Di film ini, penggunaan CGI hanya untuk cipratan darah saja,” jelasnya.
 

Film Pusaka bercerita tentang sebuah kejadian misterius di sebuah rumah besar milik kolektor bernama Risang Wisangko (Slamet Rahardjo). Rumah itu diwariskan kepada kedua anaknya, Randi Wisangko (Bukie B Mansyur) dan Bian Wisangko (Shofia Shireen).

Dalam mengelola rumah itu, mereka dibantu oleh Prof Dirga (Joseph Kara), Mayang (Sahila Hisyam) dan Darmo (Coki Anwar). Mereka ingin rumah tersebut direnovasi dan dipugar menjadi museum, karena di dalamnya juga terdapat banyak arca, prasasti, serta senjata berumur ratusan tahun lamanya.

Untuk mempercepat prosesnya, datanglah sekelompok pekerja arkeologi yang dipimpin oleh Nina (Shareefa Daanish) dan beranggotakan Hanna (Susan Sameh), David (Ajil Ditto), Sandra (Ully Triani), serta Ade (Ikhsan Samiaji). 

Baca juga: Begini Tantangan Coki Anwar Ketika Harus Tetap Melucu di Film Horor Pusaka

Namun, saat mereka melakukan survei dan mendata benda bersejarah, tanpa disengaja mereka justru melepaskan kutukan dari sebuah benda pusaka. Malapetaka yang tak diinginkan mulai menghantui kehidupan mereka. 

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Mobil Listrik MPV Bersaing Jadi Bintang Baru di GIIAS 2024

BERIKUTNYA

Daftar Harga Tiket Konser WayV On the Way di Jakarta

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: