Seniman Aboudia. (Sumber gambar: Aboudia/Instagram)

Seniman Amerika-Pantai Gading Aboudia Gelar Pameran Tunggal di ArtMoments Jakarta 2024

13 July 2024   |   12:32 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

ArtMoments Jakarta akan kembali dihelat pada 9-11 Agustus 2024 di Grand Ballroom Sheraton Grand Jakarta Gandaria City Hotel. Tahun ini, ArtMoments Jakarta akan menjadi tuan rumah pameran tunggal seniman Amerika-Pantai Gading yang terkenal, Aboudia. Ini akan menjadi ekshibisi perdana sang seniman di kawasan Asia Tenggara.

Pameran ini menandai tonggak penting dalam kancah seni global, membawa karya Aboudia, seorang seniman kontemporer terkemuka yang tinggal di Brooklyn, New York, dan Abidjan, Pantai Gading, kepada audiens baru. 

Baca juga: Albert Yonathan Setyawan Gelar Pameran Tunggal Transitory Nature of Earthly Joy di Tumurun Museum

Lahir pada 21 Oktober 1983, di Abidjan, Aboudia terkenal berkat lukisannya yang dinamis dan ekspresif yang memadukan estetika seni jalanan dengan pengaruh seni tradisional Afrika. Karya Aboudia menangkap energi dan kompleksitas kehidupan perkotaan Afrika melalui kanvas berskala besar yang bercirikan warna-warna berani, garis-garis ingar-bingar, dan figur yang padat.

Gayanya yang mentah dan kasar, mengingatkan pada seni jalanan yang sesuai dengan pengalaman pribadi dan pengamatan masyarakat Afrika kontemporer. Di atas kanvas, Aboudia mengubah kekacauan menjadi vitalitas dan peristiwa menyakitkan menjadi visual yang estetis, sehingga menciptakan kesan visual yang berubah-ubah dalam karyanya.
 


Pendekatan lukis yang memadukan unsur-unsur seni grafiti dan ukiran tradisional Afrika yang diusung oleh Aboudia sering dikaitkan dengan gaya mendiang seniman Jean-Michel Basquiat. Mengutip dari Cecile Fakhoury, inspirasi karya-karya Aboudia berasal dari grafiti-grafiti yang dibuat oleh anak-anak muda di dinding-dinding jalan di Abidjan, khususnya di lingkungan kelas pekerja di Abobo, Yopougon, dan Treichville.

Mengutip dari situs OOA Gallery, subjek favorit Aboudia dalam melukis ialah anak jalanan, seperti anak-anak terpinggirkan yang sering berkumpul di stasiun kereta api Abobo.

Inspirasinya datang lantaran banyak anak-anak yang menggambar di dinding lingkungan sekitar mereka untuk mengekspresikan apa yang mereka pikirkan dan rasakan. Tulisan-tulisan dari anak-anak itu akhirnya coba diinterpretasi kembali oleh Aboudia dalam bentuk lukisan.

"Saya merasa dekat dengan mereka karena ketika saya memutuskan untuk berkecimpung di dunia seni. Keluarga saya menentangnya dan saya meninggalkan rumah serta hidup sendiri," kata seniman pemilik nama asli Aboudia Abdoulaye Diarrassouba itu.
 


Aboudia meneliti kehidupan sehari-hari di Pantai Gading, dengan perhatian khusus pada sejarah konflik di negara tersebut. Sebagai seniman kosmopolitan, Aboudia terus bergerak di antara dunia, budaya dan karya-karyanya yang mengungkap realitas sosial masyarakat Afrika yang terus berubah.

Setelah kerusuhan yang terjadi setelah pemilihan presiden Pantai Gading tahun 2010, Aboudia menjadi terkenal di kancah seni internasional berkat lukisan-lukisannya yang mendokumentasikan kekacauan yang dia saksikan di kotanya.

Pada Juni 2011, Aboudia memamerkan karyanya di Galeri Jack Bell di London. Karyanya sekarang termasuk dalam koleksi internasional utama, khususnya Koleksi Seni Afrika Kontemporer (CAAC), Jean Pigozzi di Ginebra, Koleksi Frank Cohen, London serta dalam koleksi permanen Galeri Saatchi di New York.

Sejak musim panas 2011, Aboudia telah memamerkan karyanya dalam berbagai ekshibisi baik solo maupun kolektif di berbagai negara termasuk Paris, Spanyol, Israel, Maroko, Nigeria, Prancis, Swiss, Swedia, Singapura, dan Hong Kong.
 


Aboudia juga diundang untuk mengambil bagian dalam sebuah konferensi yang diselenggarakan oleh Goethe-Institut di Afrika Selatan tentang peran seni di masa perang. Bersama dengan seniman-seniman lain dari Pantai Gading, dia juga berpartisipasi dalam sebuah pameran di Abidjan selama Biennial of Contemporary African Art di Dakar, Senegal.

"Inspirasiku datang dari jalanan dan dari fakta bahwa anak-anak menulis cerita mereka di dinding. Orang-orang pada satu titik menyebut saya sebagai pelukis perang. Tapi saya bukan seorang pelukis perang, saya hanya melukis pada saat terjadi perang," ujarnya.

Adapun, Galeri Ethan Cohen yang akan membawa karya-karya Aboudia untuk pertama kalinya ke Jakarta. Galeri seni yang berbasis di New York, AS, itu telah mewakili seniman-seniman baru maupun terkenal secara internasional selama lebih dari tiga dekade. Banyak di antaranya telah menjadi nama-nama besar di dunia seni, seperti Emil Alzamora, Armand Boua, dan Gerardo Castro. 

Baca juga: Refleksi Kompleksitas Budaya yang Dinamis Tersaji dalam Pameran Tunggal Sasya Tranggono

Galeri yang dikenal dengan pendekatan inovatif ini melayani seniman dan klien melalui pameran seni global, proyek kuratorial dengan institusi-institusi ternama, dan acara budaya yang berpengaruh. Berlokasi di Chelsea, New York City, dan The Kube Art Center di Beacon, New York, galeri ini didirikan pada 1987 sebagai Art Waves/Ethan Cohen di SoHo, yang mengawali seni kontemporer Tiongkok di Amerika Serikat.


Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

10 Menu Sarapan Terenak & Terbaik di Dunia, Genhype Sudah Coba?

BERIKUTNYA

Menguak Teror Gaib, Simak Fakta Menarik di Balik Film Jurnal Risa by Risa Saraswati

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: