Dunia Perfilman Indonesia Berduka, Sinematografer Hasan Basri Jafar Tutup Usia
12 July 2024 |
21:18 WIB
Dunia perfilman Indonesia kembali berduka pada pertengahan tahun 2024 ini. Sinematografer senior Hasan Basri Jafar meninggal dunia pada Kamis (11/7/2024). Salah satu sineas kawakan Indonesia itu tutup usia pada umur 80 tahun setelah beberapa Waktu terakhir sakit.
Dihimpun dari berbagai sumber, kondisi lelaki kelahiran Rejang Lebong, Bengkulu pada 1943 itu beberapa tahun terakhir memang kurang sehat. Komunitas Indonesian Cinematographers Society menulis, mendiang merupakan sinematografer senior yang sudah berkiprah di dunia perfilman sejak 1965.
"Kami segenap pengurus dan anggota Indonesian Cinematographers Society ingin menyampaikan belasungkawa atas kepergian Bung Hasan Basri Jafar," tulis mereka di laman Facebook pada Jumat (12/7/2024).
Baca juga: Jon Landau, Produser Film Titanic dan Avatar Meninggal Dunia Usia 63 Tahun
Kabar berpulangnya Hasan Basri Jafar juga diwartakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Dalam postingan mereka di Instagram, DKJ menuliskan bahwa almarhum merupakan salah satu sineas terkenal di Tanah Air, dengan karya-karya populer seperti Ali Topan Anak Jalanan (1977) dan Bandit-Bandit Internasional (1977).
"Selamat jalan, Hasan Basri Fajar. Terima kasih telah berkarya. Sampai bertemu di keabadian. Istirahat dalam damai," tulis akun Instagram @Jakartscouncil.
Hasan Basri Jafar adalah seorang filmmaker Indonesia yang telah terlibat dalam berbagai proyek film dan televisi. Gaya pembuatan filmnya yang mendalam sering kali menyentuh isu-isu sosial dan budaya di Tanah Air dengan fokus narasi cerita yang kuat.
Mengutip laman Festival Film Indonesia, dia memulai karier dengan menjadi juru kamera untuk film dokumenter produksi Pemda DKI Jaya dan perusahaan perminyakan sejak 1965. Pengalaman ini memberinya pemahaman mendalam tentang industri perfilman dan keterampilan teknis yang diperlukan untuk menyutradarai film.
Memulai kariernya sebagai asisten sutradara di beberapa produksi film pendek dan iklan tak ayal membuat Hasan berani untuk membuat filmnya sendiri. Pada 1970 dia kemudian mengerjakan film cerita Pendekar Sumur Tudjuh (1970) dan Desa di Kaki Bukit (1972) serta puluhan film lain untuk BKKBN.
Salah satu film terkenal yang dimotori oleh Hasan Basri Jafar adalah film Anna Maria (1979) dan Pengkhianatan G 30 S PKI (1982) di FFI 1980 dan 1984. Lewat kedua film tersebut Hasan mendapatkan nominasi Penata Kamera Terbaik. Pada 1989, dia juga berhasil meraih kategori Fotografi Terpuji di Festival Film Bandung, untuk film Jakarta 1966.
Sejumlah kritikus mengungkap, Hasan Basri Jafar telah memberikan kontribusi signifikan terhadap perkembangan industri film di Indonesia. Dia juga dikenal karena upayanya dalam memajukan perfilman lokal dan memberikan suara kepada cerita-cerita yang seringkali terabaikan di masyarakat.
Hasan Basri Jafar sudah menunjukkan minat dalam dunia film sejak usia muda. Sejak berkarier di dunia perfilman ia juga kerap mengadakan workshop dan pelatihan untuk filmmaker muda di Indonesia. salah satunya dengan berbagi ilmu dan pengalaman untuk mengembangkan bakat-bakat baru di ranah film.
Editor: Fajar Sidik
Dihimpun dari berbagai sumber, kondisi lelaki kelahiran Rejang Lebong, Bengkulu pada 1943 itu beberapa tahun terakhir memang kurang sehat. Komunitas Indonesian Cinematographers Society menulis, mendiang merupakan sinematografer senior yang sudah berkiprah di dunia perfilman sejak 1965.
"Kami segenap pengurus dan anggota Indonesian Cinematographers Society ingin menyampaikan belasungkawa atas kepergian Bung Hasan Basri Jafar," tulis mereka di laman Facebook pada Jumat (12/7/2024).
Baca juga: Jon Landau, Produser Film Titanic dan Avatar Meninggal Dunia Usia 63 Tahun
Kabar berpulangnya Hasan Basri Jafar juga diwartakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Dalam postingan mereka di Instagram, DKJ menuliskan bahwa almarhum merupakan salah satu sineas terkenal di Tanah Air, dengan karya-karya populer seperti Ali Topan Anak Jalanan (1977) dan Bandit-Bandit Internasional (1977).
"Selamat jalan, Hasan Basri Fajar. Terima kasih telah berkarya. Sampai bertemu di keabadian. Istirahat dalam damai," tulis akun Instagram @Jakartscouncil.
Hasan Basri Jafar adalah seorang filmmaker Indonesia yang telah terlibat dalam berbagai proyek film dan televisi. Gaya pembuatan filmnya yang mendalam sering kali menyentuh isu-isu sosial dan budaya di Tanah Air dengan fokus narasi cerita yang kuat.
Mengutip laman Festival Film Indonesia, dia memulai karier dengan menjadi juru kamera untuk film dokumenter produksi Pemda DKI Jaya dan perusahaan perminyakan sejak 1965. Pengalaman ini memberinya pemahaman mendalam tentang industri perfilman dan keterampilan teknis yang diperlukan untuk menyutradarai film.
Memulai kariernya sebagai asisten sutradara di beberapa produksi film pendek dan iklan tak ayal membuat Hasan berani untuk membuat filmnya sendiri. Pada 1970 dia kemudian mengerjakan film cerita Pendekar Sumur Tudjuh (1970) dan Desa di Kaki Bukit (1972) serta puluhan film lain untuk BKKBN.
Salah satu film terkenal yang dimotori oleh Hasan Basri Jafar adalah film Anna Maria (1979) dan Pengkhianatan G 30 S PKI (1982) di FFI 1980 dan 1984. Lewat kedua film tersebut Hasan mendapatkan nominasi Penata Kamera Terbaik. Pada 1989, dia juga berhasil meraih kategori Fotografi Terpuji di Festival Film Bandung, untuk film Jakarta 1966.
Sejumlah kritikus mengungkap, Hasan Basri Jafar telah memberikan kontribusi signifikan terhadap perkembangan industri film di Indonesia. Dia juga dikenal karena upayanya dalam memajukan perfilman lokal dan memberikan suara kepada cerita-cerita yang seringkali terabaikan di masyarakat.
Hasan Basri Jafar sudah menunjukkan minat dalam dunia film sejak usia muda. Sejak berkarier di dunia perfilman ia juga kerap mengadakan workshop dan pelatihan untuk filmmaker muda di Indonesia. salah satunya dengan berbagi ilmu dan pengalaman untuk mengembangkan bakat-bakat baru di ranah film.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.