Bawa Karya-Karya Epik, Seniman Korakrit Arunanondchai Bakal Gelar Pameran di Museum MACAN
06 July 2024 |
08:30 WIB
Para pecinta seni di Tanah Air, siap-siap merapat. Tahun ini, seniman kontemporer asal Thailand, Korakrit Arunanondchai, bakal menggelar pameran tunggal pertamanya di Museum MACAN, Jakarta Barat. Jangan sampai kelewatan agenda seru ini.
Dibalut dalam tajuk Sing Dance Cry Breathe | as their world collides on to the screen, pameran ini akan memacak karya-karya terbaru Arunanondchai. Terutama mengenai ragam artistik perupa yang kini berbasis di Amerika Serikat dan Bangkok itu dalam merefleksikan realitas sehari-hari.
Baca juga: Seniman Banksy Bawa Perahu Karet ke Festival Glastonbury, Pemerintah Inggris Angkat Bicara
Direktur Museum MACAN, Venus Lau, dalam siaran tertulis mengatakan, secara umum ekshibisi ini akan menampilkan beragam eksplorasi artistik Arunanondchai. Terutama terkait tema seputar kemanusiaan dan spiritualitas yang menjadi inti karya-karyanya selama ini.
Dia dengan bangga juga mengumumkan bahwa pameran Sing Dance Cry Breathe | as their world collides on to the screen, merupakan presentasi tunggal pertama dari Arunanondchai di Tanah Air. Bahkan, pameran ini juga menampilkan banyak koleksi lukisan yang sebagian besar belum pernah dipamerkan di tempat lain.
Adapun, karya-karya yang akan ditampilkan meliputi instalasi video, lukisan, hingga instalasi khas tapaknya yang teranyar. Citraan tersebut juga akan bergumul dengan tema-tema identitas, memori, kehidupan, kematian, spiritualitas, dan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan manusia.
"Kami berharap lewat pameran ini dapat mengundang pengunjung untuk merasakan dunia seni Korakrit Arunanondchai yang mendalam dan menggugah pikiran," tuturnya.
Praktik artistik Arunanondchai memang sering mengangkat pengalaman-pengalaman pribadi yang berakar kuat pada konteks budaya negara asalnya, Thailand. Namun, alih-alih hanya terjebak dalam lokalitas, sang seniman juga kerap mengangkat tema dari tempat-tempat lain dengan narasi budaya dan sejarah yang berlapis.
"Ketertarikannya terhadap spiritualitas dan mitologi yang mencerminkan asal-usul budayanya, di mana tema-tema ini terjalin erat dalam tatanan budaya masyarakat Thailand,"imbuhnya.
Menurut Venus Lau, sang perupa memang sering menjembatani tegangan masa lalu dan masa kini, untuk mengajak publik merenungkan lagi tema-tema universal. Beberapa di antaranya seperti eksistensi, identitas, dan kekuatan tak kasat mata yang membentuk dunia kita.
Pengunjung nantinya juga akan diajak mempelajari eksplorasi Arunanondchai tentang persimpangan antara kehidupan kontemporer dan bentuk-bentuk kepercayaan tradisional. Salah satunya lewat simbolisme burung hong (phoenix) dan api yang mencerminkan eksplorasi sang perupa terhadap proses penciptaan dan kehancuran.
Adapun beberapa karya-karya yang diikutsertakan dalam pameran ini, salah satunya adalah instalasi lukisan terbaru beserta dua instalasi video penting dari sang perupa. Yaitu karya video bertajuk No history in a room filled with people with funny names 5 yang dibuat oleh sang perupa pada 2018.
Diproduksi bersama dengan sineas Amerika Alex Gjovic dan kolaborator Tosh Basco, video ini mengambil inspirasi dari ritual "Ghost Cinema" di Timur Laut Thailand, di mana para biksu memproyeksikan film ke dinding kuil untuk penonton-penonton yang adalah roh.
Ada pula Songs for Living (2021). Sebuah karya di mana Arunanondchai menyinggung konsep waktu di luar rentang hidup manusia. Yaitu sebuah karya video yang memperlihatkan perjalanan roh yang kembali ke wujud tubuhnya, hendak terlahir kembali.
"Dengan merefleksikan gagasan akan transformasi yang abadi, baik secara personal, kultural, maupun teknologi, Arunanondchai menggambarkan pembaruan dan adaptasi identitas budaya dalam menghadapi modernisasi dan globalisasi," jelas Venus Lau.
Korakrit Arunanondchai adalah seniman kontemporer asal Thailand yang dikenal dengan karya-karya multidisiplinernya, yang mencakup instalasi, video, performance, dan lukisan. Beberapa ciri khas dari karyanya termasuk penggunaan denim, teknik pembuatan batik, dan penggabungan elemen-elemen budaya pop.
Karya-karyanya telah dipamerkan di berbagai museum dan galeri ternama di seluruh dunia, termasuk MoMA PS1 di New York, Palais de Tokyo di Paris, dan Venice Biennale. Perupa ini juga dikenal karena kolaborasinya dengan berbagai seniman dan kurator, serta kontribusinya dalam pertunjukan dan proyek seni interdisipliner.
Baca juga: Daftar Karya Seniman Unggulan di ARTJOG 2024 yang Tidak Boleh Dilewati
Editor: Dika Irawan
Dibalut dalam tajuk Sing Dance Cry Breathe | as their world collides on to the screen, pameran ini akan memacak karya-karya terbaru Arunanondchai. Terutama mengenai ragam artistik perupa yang kini berbasis di Amerika Serikat dan Bangkok itu dalam merefleksikan realitas sehari-hari.
Baca juga: Seniman Banksy Bawa Perahu Karet ke Festival Glastonbury, Pemerintah Inggris Angkat Bicara
Direktur Museum MACAN, Venus Lau, dalam siaran tertulis mengatakan, secara umum ekshibisi ini akan menampilkan beragam eksplorasi artistik Arunanondchai. Terutama terkait tema seputar kemanusiaan dan spiritualitas yang menjadi inti karya-karyanya selama ini.
Dia dengan bangga juga mengumumkan bahwa pameran Sing Dance Cry Breathe | as their world collides on to the screen, merupakan presentasi tunggal pertama dari Arunanondchai di Tanah Air. Bahkan, pameran ini juga menampilkan banyak koleksi lukisan yang sebagian besar belum pernah dipamerkan di tempat lain.
Adapun, karya-karya yang akan ditampilkan meliputi instalasi video, lukisan, hingga instalasi khas tapaknya yang teranyar. Citraan tersebut juga akan bergumul dengan tema-tema identitas, memori, kehidupan, kematian, spiritualitas, dan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan manusia.
"Kami berharap lewat pameran ini dapat mengundang pengunjung untuk merasakan dunia seni Korakrit Arunanondchai yang mendalam dan menggugah pikiran," tuturnya.
Praktik artistik Arunanondchai memang sering mengangkat pengalaman-pengalaman pribadi yang berakar kuat pada konteks budaya negara asalnya, Thailand. Namun, alih-alih hanya terjebak dalam lokalitas, sang seniman juga kerap mengangkat tema dari tempat-tempat lain dengan narasi budaya dan sejarah yang berlapis.
"Ketertarikannya terhadap spiritualitas dan mitologi yang mencerminkan asal-usul budayanya, di mana tema-tema ini terjalin erat dalam tatanan budaya masyarakat Thailand,"imbuhnya.
Menurut Venus Lau, sang perupa memang sering menjembatani tegangan masa lalu dan masa kini, untuk mengajak publik merenungkan lagi tema-tema universal. Beberapa di antaranya seperti eksistensi, identitas, dan kekuatan tak kasat mata yang membentuk dunia kita.
Pengunjung nantinya juga akan diajak mempelajari eksplorasi Arunanondchai tentang persimpangan antara kehidupan kontemporer dan bentuk-bentuk kepercayaan tradisional. Salah satunya lewat simbolisme burung hong (phoenix) dan api yang mencerminkan eksplorasi sang perupa terhadap proses penciptaan dan kehancuran.
Adapun beberapa karya-karya yang diikutsertakan dalam pameran ini, salah satunya adalah instalasi lukisan terbaru beserta dua instalasi video penting dari sang perupa. Yaitu karya video bertajuk No history in a room filled with people with funny names 5 yang dibuat oleh sang perupa pada 2018.
Diproduksi bersama dengan sineas Amerika Alex Gjovic dan kolaborator Tosh Basco, video ini mengambil inspirasi dari ritual "Ghost Cinema" di Timur Laut Thailand, di mana para biksu memproyeksikan film ke dinding kuil untuk penonton-penonton yang adalah roh.
Ada pula Songs for Living (2021). Sebuah karya di mana Arunanondchai menyinggung konsep waktu di luar rentang hidup manusia. Yaitu sebuah karya video yang memperlihatkan perjalanan roh yang kembali ke wujud tubuhnya, hendak terlahir kembali.
"Dengan merefleksikan gagasan akan transformasi yang abadi, baik secara personal, kultural, maupun teknologi, Arunanondchai menggambarkan pembaruan dan adaptasi identitas budaya dalam menghadapi modernisasi dan globalisasi," jelas Venus Lau.
Korakrit Arunanondchai adalah seniman kontemporer asal Thailand yang dikenal dengan karya-karya multidisiplinernya, yang mencakup instalasi, video, performance, dan lukisan. Beberapa ciri khas dari karyanya termasuk penggunaan denim, teknik pembuatan batik, dan penggabungan elemen-elemen budaya pop.
Karya-karyanya telah dipamerkan di berbagai museum dan galeri ternama di seluruh dunia, termasuk MoMA PS1 di New York, Palais de Tokyo di Paris, dan Venice Biennale. Perupa ini juga dikenal karena kolaborasinya dengan berbagai seniman dan kurator, serta kontribusinya dalam pertunjukan dan proyek seni interdisipliner.
Baca juga: Daftar Karya Seniman Unggulan di ARTJOG 2024 yang Tidak Boleh Dilewati
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.