karya Doko de fit, Kurtto, Tsura-Ichi, Matey, Piggyback, Hop on (Sumber gambar: tangkapan layar laman Artjog 2024)

Daftar Karya Seniman Unggulan di ARTJOG 2024 yang Tidak Boleh Dilewati

30 June 2024   |   18:04 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Pameran ARTJOG 2024 - Motif: Ramalan tengah berlangsung dari 28 Juni sampai 1 Septermber 2024 di Jogja National Museum, Yogyakarta. Ajang ini menampilkan karya-karya dari seniman dewasa individu maupun kelompok dari dalam dan luar negeri serta anak seniman dan remaja yang lolos seleksi.

Menurut penyelenggara ARTJOG 2024, ide tema Ramalan tidak hanya memiliki tujuan untuk memastikan ramalan para peramal pda masa lalu. Namun, tema ini juga menawarkan kesempatan bagi siapa saja membayangkan kembli gambaran peristiwa dan harapan menuju masa depan.

Baca juga: Siap Dihelat, Cek 5 Program Pendukung & Terbaru ARTJOG 2024 di Yogyakarta

Kurator tamu Hendro Wiyanto menuturkan bahwa sesungguhnya ramalan adalah prediksi, yakni sesuatu yang dibayangkan akan terjadi pada masa depan, yang jauh atau dekat, dan peristiwa yang dibayangkan itu sebetulnya sudah dialami pada saat ini.

“Kami berharap undangan dengan seniman ini tidak hanya mengundang mereka untuk mengimajinasikan atau mereka-reka, tetapi juga berimajinasi dengan kewaspadaan dan perhatian sungguh-sungguh apa yang sekarang kita alami dan sejarah yang kita alami,” ujarnya.

Dalam pameran ini, ada 48 seniman dewasa individu atau kelompok dari dari dalam negeri. Dari total itu, 30 di antaranya adalah undangan dan 18 lainnya merupakan hasil dari open call. Sementara itu, seniman anak dan remaja yang lolos seleksi mencapai 36 orang.

Para seniman menyajikan karya-karya yang beragam dalam pameran tersebut. Berikut daftar karya dari seniman yang dapat dinikmati oleh Genhype ketika berkunjung ke ARTJOG 2024 dikutip dari laman resminya.


1. Kolaborasi Agus Suwage & Titarubi

Dalam pemeran ini, kedua seniman bekolaborasi membuat karya instalasi dalam bangunan khusus, sebuah lorong tertutup dengan suara, objek-objek trimatra, gambar, benih, tanaman, dan bulir padi.

Agus menghadirkan 9 karya trimatra dengan berbagai wahana. Karya-karya itu menonjolkan objek-objek berupa telinga manusia. Simbol berupa objek telinga itu merepresentasikan ruang sosial masyarakat yang sangat “toleran” terhadap kebisingan sehingga keheningan pun lenyap.

Di sisi lain, telinga juga menggambarkan bahwa indera tersebut menjadi satu-satunya cara menguji pengalaman tubuh dan mengalami keheningan.

Sementara itu, Titarubi menampilkan hasil penelitiannya terhadap tanaman padi. Sang seniman menggali narasi tentang kearifan lokal dan mitos yang menyertai kesucian padi. Tita menghadirkan berbagai rekaman doa pengiring ritual dan berbagai bentuk sastra puja yang memuliakan spiritualitas bumi dan tanaman padi.

Baginya, kepunahan benih dan hilangnya keanekaragaman berarti tidak utuhnya pengetahuan mansuia tentang jalinan organisme. Kemudian, akibat-akibat dari hal itu bukan sesuatu yang dapat diramalkan.


2. Nicholas Saputra, Happy Salma, (alm) Gunawan Maryanto

Nicholas Saputra, Happy Salma, dan (alm) Gunawan Maryanto menampilkan karya alih wahana pembacaan Serat Centhini – khususnya dalam sequen Empat Puluh Malam dan Satunya Hujan terjemahan Elizabeth D. Inandiak pada 2002 dalam bahasa Prancis.

Mereka berkolaborasi dengan Iwan Yusuf yang mewujudkan ranjang dan kelambu sebagai media berkarya. Adapun, pembacaan tersebut terbagi dalam 6 babak.

Serat Centhini merupakan karya sastra Jawa pada masa Adipati Anom Amangkunagara III atau raja Kasunanan Surakarta dan bergelar Sunan Pakubuwana V (bertahta 1820-1823). Pada saat itu, dia memberikan perintah kepada pujangga istana Surakarta, yakni Sastranagara, Ranggasutrasna dan Sastradipura untuk menyusun cerita kuno.

Cerita itu dalam bentuk tembang dengan judul Suluk Tambangraras yang pada kemudian hari dikenal sebagai Serat Centhini. Genhype akan diajak sang seniman memaknai isi percakapan antara Amongraga dan Tembangraras.


3. Jun Kitazawa

Seniman Jun Kitazawa menghadirkan karya berjudul Fragile Gift dalam ARTJOG 2024. Karya itu adalah pewujudan ulang gumpalan besi pesawat tempur Hayabusa menjadi layang-layang yang dapat diterbangkan.

Lewat karya ini, sang seniman memiliki motif untuk menciptakan alternati kehdiupan sehari-hari untu mendapatkan seni yang hdiup. Praktik artistiknya menyasar kepada ketidaksadaran masyarakat. Dia menumbuhkan komunitas kreatif yang berbada bahasa dan budaya.

Baginya, obyek sehari-hari seperti layang-layang dapat mewujudkan lokalitas ganda yang melebihi jurang waktu antara sejarah kolonial Asia dan masyarakat kontemporer. Fragile Gift merupakan karya dengan versi pasca-kolonialisme dari sang seniman yang mencampur antara mimpi, kesedihan pesawat tempur, dan kegembiraan layang-layang.


4. Kanoko Takaya

Dalam pameran ARTJOG 2024, seniman Kanoko Takaya menyajikan karya berjudul Doko de fit, Kurtto, Tsura-Ichi, Matey, Piggyback, Hop on dengan media campuran dan dimensi yang beragam. Lewat karya ini, dia ingin pengunjung melebihi apa yang dipahami oleh penglihatan.

Karya tersebut menjadi simboi dari pemikirannya tentang keinginan manusia yang selalu terlihat sesuai dengan kondisi sekitar. Kemudian, karya seni itu juga menjadi sebuah katarsis untuk berefleksi tentag permasalahan abada ini, yakni nilai kemanusian yang kian pudar, ketimpangan ekonomi, eksploitasi manusia dan alam, serta sebagainya.

Baca juga: ARTJOG 2024 Digelar 28 Juni-1 September, Hadirkan Ratusan Karya dari 84 Seniman

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News) 

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

4 Resep Sambal Tradisional Indonesia, Nikmat Disantap Bersama Lauk dan Nasi

BERIKUTNYA

Cek Link Live Streaming UEFA Euro 30 Juni - 1 Juli 2024

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: