Ilustrasi pelari (Sumber gambar: Unsplash/ Quino Al)

Demi Kejar Gengsi, Muncul Fenomena Joki Strava di Olahraga Lari

04 July 2024   |   15:00 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Jasa joki aplikasi Strava belakangan ini sedang menjadi perbincangan yang hangat di media sosial, khusunya di kalangan pehobi lari. Sebab, dengan jasa yang ditawarkan, seseorang bisa mendapatkan pace (acuan pengukur tempo kecepatan lari per kilometer) yang baik tanpa bersusah payah.

Strava adalah sebuah aplikasi yang berfungsi untuk melacak hasil kebugaran berbagai olahraga, salah satunya adalah lari. Dengan aplikasi ini, seseorang dapat mengetahui seberapa jauh dia telah berlari hingga seberapa besar pace yang dimilikinya.

Data-data tersebut tak hanya menjadi konsumsi pribadi. Sering kali, data tersebut juga diunggah di media sosial. Hal ini kemudian kerap menimbulkan kompetisi sekaligus adu gengsi di antara mereka, terutama tentang seberapa cepat pace seseorang ketika berlari.

Baca Juga: Runners Catat! 7 Agenda Lari di Jabodetabek Juli 2024

Adanya fenomena adu gengsi dan flexing ini kemudian memunculkan joki Strava. Seperti namanya, joki Strava memberikan jasa untuk menggantikan orang lain menjalankan aktivitas olahraga, tetapi tetap menggunakan akun dari pemohon jasa.

Dengan demikian, data kebugaran dari pemilik akun, seperti seberapa jauh dia berlari atau seberapa besar pace yang dimiliki, bisa bertambah menjadi lebih baik lewat bantuan joki. Nantinya, pemilik akun hanya tinggal mengunggah data itu ke media sosial dan mengeklaim bahwa data tersebut adalah hasil kebugaran miliknya sendiri.
 

Selain soal perbaikan data kebugaran, joki strava juga menawarkan jasa lain. Jasa joki ini dapat menghasilkan rekor olahraga dengan bentuk rute yang unik. Gambar rute itu didapat dari variasi jalan yang dipilih oleh pelari.

Saat ini, fenomena ini sedang ramai jadi pembahasan di media sosial. Beberapa orang menanggapinya dengan santai dan menganggap hal ini sebagai ajang seru-seruan saja. Namun, tak sedikit yang menentangnya.

Sebab, jasa joki Strava dianggap melanggengkan kebutuhan berlebihan seseorang untuk mendapatkan validasi atau pujian. Padahal, data yang dibagikan tersebut adalah hasil kerja dari joki.

Tak sedikit pula yang beranggapan kalau tujuan olahraga seharusnya adalah untuk menjaga kesehatan. Namun, hal ini justru membuat olahraga hanya sebagai ajang FOMO dan pengakuan sosial.

Melansir dari laman resmi Strava, program meningkatkan pace lari memang tak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Menurut mereka, pace lari dan seberapa jauh orang berlari juga terus bertambah seiring pengalaman mereka mendalami hobi ini.

“Menjalankan maraton yang baik adalah puncak dari latihan yang konsisten selama 16, 12, atau 8 minggu latihan sebelumnya,” tulis Strava.

Memang tidak mudah, tetapi bukan hal yang mustahil terjadi. Mereka menyarankan agar pelari menerapkan tujuan dan rencana program yang jelas. Selain itu, konsisten juga menjadi kunci agar hal yang dituju bisa tercapai.

“Anda perlu mengondisikan tubuh Anda sebaik mungkin sebelum hari berlari. Perlu membiasakannya dengan kecepatan yang seharusnya sehingga tidak menjadi kejutan total bagi sistem tubuh Anda,” tegasnya.

Baca Juga: 7 Makanan yang Cepat Memulihkan Energi Setelah Lari Maraton

Editor: M. Taufikul Basari

SEBELUMNYA

Rossa Gandeng Ariel NOAH, Remake Lagu Legendarisnya Berjudul Nada-Nada Cinta

BERIKUTNYA

Lahir dari Maestro Gitar yang Sama, Ini Beda Telecaster dan Stratocaster

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: