seri monolog Di Tepi Sejarah Sudut Terlipat di Panggung Tan Tjeng Bok (Sumber gambar: Instagram/infotitimangsa)

Seri Monolog Di Tepi Sejarah Musim Ketiga Kini Bisa Ditonton di Indonesiana TV, Catat Tanggalnya!

28 June 2024   |   20:56 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Penikmat seni pertunjukan bertema sejarah siap semringah. Setelah sukses dipentaskan secara luring pada Desember 2023 di Teater Salihara, seri monolog Di Tepi Sejarah kini siap disaksikan oleh lebih banyak lagi penonton melalui platform Indonesiana TV.

Di Tepi Sejarah merupakan salah satu seri monolog yang selalu ditunggu oleh pencinta seni pertunjukan setiap tahunnya. Seri monolog produksi Titimangsa dan KawanKawan Media ini selalu mencoba mengangkat cerita tokoh-tokoh yang ada di tepi sejarah.

Baca juga: Monolog Tirto, Ode & Refleksi dari Bapak Pers Nasional 

Para tokoh yang juga punya andil penting ini kerap kurang disadari kehadirannya dan tersisih dalam catatn besar sejarah bangsa. Namun, keberadaanya sebenarnya juga punya peran penting di dalam peristiwa-peristiwa bersejarah lahirnya Republik Indonesia.

Dengan premis yang menarik, seri monolog Di Tepi Sejarah ini berniat menawarkan sudut pandang lain dalam melihat sejarah Indonesia melalui tokoh-tokoh yang tertepikan tersebut.

Untuk edisi tahun ini, seri monolog Di Tepi Sejarah mengambil cerita dari lima tokoh publik dengan latar belakang berbeda. Beberapa di antaranya ialah menampilkan kisah dari Oto Iskandar Dinata dengan mengambil sudut pandang istrinya, Raden Ajeng Soekirah.

Monolog ini dikemas dalam tajuk Suamiku Oto dan Bel Pintu. Naskahnya ditulis oleh Ahda Imran, disutradarai oleh Nia Dinata, dan diperankan oleh Maudy Koesnaedi. Seri monolog ini juga mengangkat kisah Ruhana Kuddus.

Dia adalah seorang pejuang kaum perempuan. Dia perempuan yang pada akhir abad ke-19, menjadi bagian dari 1 persen perempuan Minangkabau yang pandai baca-tulis. Naskah monolog berjudul Seroean Kemadjoean ini ditulis oleh Esha Tegar, disutradarai oleh Tya Setiawati, dan diperankan oleh Widi Mulia.

Cerita ketiga mengambil dari kisah Francisca Casparina. Dia adalah seorang diplomat yang aktif berjuang pasca-kemerdekaan. Monolognya dikemas dalam judul Ke Pelukan Orang-Orang Tercinta. Naskahnya ditulis oleh Felix K Nesi, disutradarai oleh Shinta Febriany, dan diperankan oleh Marsha Timothy.

Monolog keempat mengambil cerita dari Tan Tjeng Bok. Dia adalah seniman multitalenta yang kiprah seninya bertahan melewati tiga zaman. Dikemas dengan judul Sudut Terlipat di Panggung Tan Tjeng Bok, monolog ini ditulis oleh Deddy Otara, disutradarai oleh Sahlan Mujtaba, dan dimainkan oleh Bagus Ade Saputra.

Terakhir, monolog mengisahkan Tirto Adhi Soerjo. Di adalah tokoh pers dan tokoh kebangkitan nasional Indonesia. Dengan mengambil tajuk Tirto: Tiga Pengasingan, cerita monolog ini ditulis oleh Ibed S Yuga, disutradarai oleh Putu Fajar Arcana, dan dimainkan oleh Ari Sumitro.
 

Para produser, sutradara, dan pemain monolog Di Tepi Sejarah (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

Para produser, sutradara, dan pemain monolog Di Tepi Sejarah (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)


Produser Happy Salma mengatakan Di Tepi Sejarah selalu mencoba menawarkan perspektif lain dalam melihat sejarah. Menurut Happy, sejarah tidak hanya berbicara soal tokoh kepahlawanan atau mereka yang berjuang dengan menenteng senjata.

Di luar arus besar sejarah tersebut, ada orang-orang yang juga punya kontribusi besar dan layak juga untuk diceritakan dan diketahui khalayak. Pada musim ketiga ini, Happy menyebut Di Tepi Sejarah mencoba menyoroti tokoh-tokoh diplomasi, seni, pers, dan mereka yang mendampingi tokoh besar.

“Semua ini ditujukan agar memunculkan perspektif yang bergagam dan menciptakan perasaan yang berbeda ketika menontonnya. Di setiap musimnya, kita juga selalu mencoba menghadirkan tokoh laki-laki dan perempuan seimbang mungkin,” ucap Happy.

Happy berharap cerita-cerita yang dibawakan Di Tepi Sejarah bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus melakukan yang terbaik bagi Indonesia. Sebab, ada banyak kisah dan pelajaran yang bisa diambil di baliknya.

Sementara itu, produser Yulia Evina Bhara mengatakan tahun ini Di Tepi Sejarah tak hanya hadir dalam bentuk pertunjukan dan film saja, tetapi juga buku. Bersamaan dengan perilisan film, pihaknya juga meluncurkan buku antologi naskah Di Tepi Sejarah di tiga musim berbeda.

“Total ada 14 judul naskah yang terdapat dalam buku ini. Naskah ini dengan model monolog dan durasi singkat. Kami harapkan ini juga bisa dipentaskan oleh banyak pihak, seniman, maupun murid sekolah di mana saja berada, sehingga produksi ilmu pengetahuan bisa bergulir,” imbuhnya.

Segendang sepenarian, Pamong Budaya Bidang Perfilman di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Pandu Pradana karya di Tepi Sejarah ini bisa memberi inspirasi bagi masyarakat Indonesia.

Selain itu, karya ini juga bisa menjadi opsi pembelajaran sejarah baru. Tidak hanya melalui cara-cara konvensional, tetapi juga lewat seni, utamanya bagi anak-anak sekolah. “Tentu juga berharap ini akan makin berkembang, jadi bahan kajian yang interaktif, atau dipentaskan ulang oleh masing-masing,” terangnya.

Kepala Balai Media Kebudayaan Retno Raswaty mengatakan film Di Tepi Sejarah sudah mulai bisa disaksikan mulai hari ini, Jumat (28/6/2024). Sementara itu, buku antologi nantinya bisa disebar di sekolah maupun komunitas seni. Adapun bagi masyarakat yang menginginkannya, bisa membeli di toko buku.

Perilisan tayangan seri monolog Di Tepi Sejarah merupakan bagian dari kerja sama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media Direktorat Jenderal Kebudayaan serta Indonesiana TV yang berkolaborasi dengan Titimangsa dan KawanKawan Media.

Berikut Jadwal Tayang Serial Monolog Di Tepi Sejarah Musim Ketiga di Indonesiana TV

1. Sudut Terlipat di Panggung Tan Tjeng Bok
  • Tanggal: Jum’at 28 Juni 2024, Pukul 20.00 WIB
  • Penulis Naskah: Deddy Otara
  • Penafsir Ulang dan Sutradara: Sahlan Mujtaba
  • Pemain: Bagus Ade Saputra
  • Sinopsis: Tan Tjeng Bok, seorang seniman multitalenta yang kiprah seninya bertahan melewati tiga zaman. Sukses bersama tonil Dardanella pada tahun 1920-an, membuatnya dikenal sebagai artis terkaya di zamannya. Di tengah kepopuleran dan gaya hidup glamornya yang penuh sensasi, Tjeng Bok jadi corong suara anti kolonialisme dalam berbagai peran yang dimainkannya. Tak heran dia mengalami ancaman dan penangkapan dari pemerintah Hindia Belanda.

2. Ke Pelukan Orang-Orang Tercinta
  • Tanggal: Rabu, 03 Juli 2024. Pukul 20.00 WIB
  • Penulis Naskah: Felix K. Nesi
  • Sutradara: Shinta Febriany
  • Pemain: Marsha Timothy
  • Sinopsis: Francisca Casparina Fanggidaej menceritakan perjalanan hidupnya, tidak hanya sebagai pemikir dan penggerak besar pasca kemerdekaan Indonesia yang aktif berdiplomasi di panggung internasional, tetapi juga konflik batinnya sebagai ibu yang terpisah dari anak-anak karena perubahan situasi politik. Francisca mengajak kita untuk merefleksikan cara memperlakukan orang-orang maupun hal-hal yang kita cintai.

3. Suamiku Oto dan Bel Pintu
  • Tanggal: Rabu, 10 Juli 2024 Pukul 20.00 WIB
  • Penulis Naskah: Ahda Imran
  • Sutradara: Nia Dinata
  • Pemain: Maudy Koesnaedi
  • Sinopsis: Menjadi istri Oto menempa kekuatan RA. Soekirah. Masa-masa genting revolusi dilaluinya seorang diri seraya menjaga dan mendidik anak-anaknya. Di mata anak-anaknya, ia selalu tampak tegar. Tetapi di lubuk hatinya yang terdalam,  RA. Soekirah terus berharap bahwa suaminya masih hidup. Apalagi sampai berbulan dan bertahun, selain desas-desus, nasib Oto Iskandar Di Nata tetap tak ada kejelasan.

4. Seroean Kemadjoean
  • Tanggal: Rabu, 17 Juli 2024, Pukul 20.00 WIB
  • Penulis Naskah: Esha Tegar
  • Sutradara: Tya Setiawati
  • Pemain: Widi Mulia
  • Sinopsis: Di akhir Abad 19, Ruhana bagian dari 1% perempuan Minangkabau yang pandai baca-tulis. Kesadaran ini membuatnya gigih memperjuangkan persamaan perlakuan antara perempuan dan laki-laki terutama di bidang pendidikan dan pekerjaan. Melalui surat kabarnya Ruhana dan perempuan-perempuan lain menulis karang-mengarang menyerukan “Kemadjoean”, dan menuliskan “Seroean”, ditujukan untuk “Bangsakoe, Bangsa Perempoean”

5. Tirto: Tiga Pengasingan
  • Tanggal: Rabu, 24 Juli 2024, Pukul 20.00 WIB
  • Penulis Naskah: Ibed S Yuga
  • Sutradara: Putu Fajar Arcana
  • Pemain: Ari Sumitro
  • Sinopsis: Dianggit berdasarkan biografi dan karya R.M. Tirto Adhi Soerjo, Tirto: Tiga Pengasingan menyelisik tiga masa dalam riwayat hidup tokoh perintis pers Indonesia ini sebagai kisah pengasingan. Melalui tiga masa tersebut, lakon ini melihat sisi-sisi manusiawi dari riwayat tokoh besar ini. Ia dianugerahi gelar sebagai Bapak Pers Indonesia dengan warisan berupa surat kabar Medan Priyayi.
Editor: Fajar Sidik
 

SEBELUMNYA

5 Bangunan Gaudi yang Patut Dikunjungi di Barcelona

BERIKUTNYA

Makin Bergeliat, Begini Peluang & Tantangan Bisnis Konser Menurut Pengamat Musik

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: