Pameran Seni Sanggar Bumi Tarung Resmi Dibuka di Galeri Nasional
22 June 2024 |
13:10 WIB
Pameran seni Sanggar Bumi Tarung (SBT) dengan tajuk Sampai Batas Tarung resmi dibuka di Galeri Nasional, Jakarta. Acara ini berlangsung mulai 21 Juni hingga 12 Juli 2024 di Gedung D Galeri Nasional. Pembukaan pameran diawali dengan penampilan paduan suara komunitas Dialita, menghadirkan suasana hangat dan nostalgia.
Pembukaan pameran ini diawali dengan penampilan paduan suara dari ibu-ibu berusia lanjut yang tergabung dalam komunitas Dialita. Ini merupakan kali kedua Dialita membuka acara pameran seni Sanggar Bumi Tarung, menghadirkan suasana yang penuh kehangatan dan nostalgia.
Baca juga: Pameran Sampai Batas Tarung Suguhkan 40 Karya Sanggar Bumi Tarung di Galeri Nasional Indonesia
Dalam sambutannya, Yaksa Agus selaku kurator pameran menyatakan bahwa Sanggar Bumi Tarung kini diserahkan kepada publik seni rupa Indonesia. Ia juga menyampaikan bahwa hari ini merupakan peringatan ulang tahun ke-61 SBT.
"Hari ini Sanggar Bumi Tarung genap berusia 61 tahun. Kami dengan bangga menyerahkan SBT kepada khalayak publik, dan berharap dapat menjadi bagian dari sejarah seni rupa di Indonesia," ujar Yaksa.
Yaksa juga mengulas tentang makna jargon 'Realisme Revolusioner'. Dalam percakapannya dengan Djoko Pekik, ia pernah bertanya tentang arti dari istilah tersebut.
Djoko Pekik menjawab bahwa Realisme Revolusioner adalah kemampuan untuk menandai zaman dengan karya-karya yang memiliki daya kejut imajinasi dan diapresiasi oleh publik.
"Realisme Revolusioner itu mampu menandai zaman. Karya-karya tersebut memiliki daya kejut imajinasi dan publik dapat mengapresiasinya," ujar Pekik.
Misbach Tamrin juga memberikan sambutan dalam acara tersebut. Ia mengemukakan bahwa kepanjangan SBT kini telah berubah dari Sanggar Bumi Tarung menjadi Sampai Batas Tarung Terakhir.
Zamrud Setia Negara, perwakilan dari Direktorat Jenderal Kebudayaan, turut hadir dan memberikan sambutan. Ia menyatakan kebahagiaannya karena SBT merayakan hari jadinya yang ke-61 sekaligus menggelar pameran seni pada hari yang sama.
Zamrud juga menambahkan bahwa sebenarnya tanggal pameran SBT awalnya tidak direncanakan pada 21 Juni. Hal ini menambah kebahagiaannya karena ada dua momentum berharga yang dirayakan hari ini.
"Apakah bapak ibu tahu? Sebenarnya pameran seni SBT tidak direncanakan pada hari ini. Oleh karena itu, saya sangat senang karena ada dua momentum berharga bagi SBT," tutup Zamrud.
Acara ditutup dengan prosesi penandatanganan prasasti oleh Zamrud Setia Negara, Misbach Tamrin, dan Adrianus Gumelar, yang menandai resmi dibukanya pameran seni Sampai Batas Tarung.
Pameran ini diharapkan dapat menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah seni rupa Indonesia, sekaligus memberikan apresiasi yang layak terhadap karya-karya yang dihasilkan oleh Sanggar Bumi Tarung. Bagi para pencinta seni dan masyarakat umum, pameran ini merupakan kesempatan emas untuk menyaksikan karya-karya yang penuh dengan nilai sejarah dan revolusi imajinasi.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Pembukaan pameran ini diawali dengan penampilan paduan suara dari ibu-ibu berusia lanjut yang tergabung dalam komunitas Dialita. Ini merupakan kali kedua Dialita membuka acara pameran seni Sanggar Bumi Tarung, menghadirkan suasana yang penuh kehangatan dan nostalgia.
Baca juga: Pameran Sampai Batas Tarung Suguhkan 40 Karya Sanggar Bumi Tarung di Galeri Nasional Indonesia
Dalam sambutannya, Yaksa Agus selaku kurator pameran menyatakan bahwa Sanggar Bumi Tarung kini diserahkan kepada publik seni rupa Indonesia. Ia juga menyampaikan bahwa hari ini merupakan peringatan ulang tahun ke-61 SBT.
"Hari ini Sanggar Bumi Tarung genap berusia 61 tahun. Kami dengan bangga menyerahkan SBT kepada khalayak publik, dan berharap dapat menjadi bagian dari sejarah seni rupa di Indonesia," ujar Yaksa.
Yaksa juga mengulas tentang makna jargon 'Realisme Revolusioner'. Dalam percakapannya dengan Djoko Pekik, ia pernah bertanya tentang arti dari istilah tersebut.
Djoko Pekik menjawab bahwa Realisme Revolusioner adalah kemampuan untuk menandai zaman dengan karya-karya yang memiliki daya kejut imajinasi dan diapresiasi oleh publik.
"Realisme Revolusioner itu mampu menandai zaman. Karya-karya tersebut memiliki daya kejut imajinasi dan publik dapat mengapresiasinya," ujar Pekik.
Merayakan 61 tahun SBT dan pembukaan pameran seni 'Sampai Batas Tarung' di Galeri Nasional. (Sumber foto: Hypeabis/Wildan Adil Hilba)
Zamrud Setia Negara, perwakilan dari Direktorat Jenderal Kebudayaan, turut hadir dan memberikan sambutan. Ia menyatakan kebahagiaannya karena SBT merayakan hari jadinya yang ke-61 sekaligus menggelar pameran seni pada hari yang sama.
Zamrud juga menambahkan bahwa sebenarnya tanggal pameran SBT awalnya tidak direncanakan pada 21 Juni. Hal ini menambah kebahagiaannya karena ada dua momentum berharga yang dirayakan hari ini.
"Apakah bapak ibu tahu? Sebenarnya pameran seni SBT tidak direncanakan pada hari ini. Oleh karena itu, saya sangat senang karena ada dua momentum berharga bagi SBT," tutup Zamrud.
Acara ditutup dengan prosesi penandatanganan prasasti oleh Zamrud Setia Negara, Misbach Tamrin, dan Adrianus Gumelar, yang menandai resmi dibukanya pameran seni Sampai Batas Tarung.
Pameran ini diharapkan dapat menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah seni rupa Indonesia, sekaligus memberikan apresiasi yang layak terhadap karya-karya yang dihasilkan oleh Sanggar Bumi Tarung. Bagi para pencinta seni dan masyarakat umum, pameran ini merupakan kesempatan emas untuk menyaksikan karya-karya yang penuh dengan nilai sejarah dan revolusi imajinasi.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.