Ini Alasan Hutan Rungan Jadi Pilihan Sumber Bunyi dalam Pertunjukan Hutan di Teater Salihara
21 June 2024 |
20:45 WIB
Pertunjukan seni instalasi suara performatif bertajuk Hutan akan hadir di Teater Salihara. Suara yang bakal ditampilkan di pertunjukan berasal dari Hutan Rungan, Kalimantan Tengah. Pemilihan Hutan Rungan sebagai sumber suara setelah melalui proses yang panjang.
Seniman Ari Ersandi mengatakan bahwa proyek Hutan dimulai sejak tahun lalu. Hutan Rungan menjadi pilihan setelah melalui beberapa seleksi yang dilakukan guna mendapatkan suara bagus dan jernih. Sebelum merekam suara di sana, dia bersama tim produksi sudah pergi ke salah satu hutan di Kalimantan Timur. Namun, suara dan bunyi yang didapat tidak sesuai dengan harapan.
Baca juga: Komunitas Salihara & Goethe Institut Bawa Pertunjukan Bertajuk Hutan
Pada saat itu, tempat merekam bunyi dekat dengan pertambangan, sungai, dan banyak suara transportasi yang didapat. Guna mendapatkan kualitas suara yang lebih baik, dia bersama tim berusaha mencari tempat lain.
Perkenalan dengan salah seorang suku dayak di Kalimantan menjadi titik dirinya dan tim bertemu dengan Hutan Rungan di Kalimantan Tengah. Kala itu, orang dari suku dayak tersebut memberi tahu tempat merekam bunyi yang bagus.
“Kami pergi ke Palangkaraya, ke Hutan Rungan ini. Itu hutan adat. Akhirnya, kami mendapatkan kualitas yang benar-benar berbeda dengan kualitas hutan lainnya,” katanya di Jakarta, Jumat (21/6/2024).
Selain suara yang jernih, Hutan Rungan menjadi pilihan lantaran akses yang mudah untuk bisa melakukan perekaman. Sebelum memutuskan untuk merekam, mereka juga melakukan survei terlebih dahulu sekitar 3-4 hari.
Pada 1-2 hari pertama dilakukan untuk melakukan percobaan dan mencari titik-titik perekaman. Kegiatan merekam suara dan bunyi dilakukan pada hari terakhir selama 24 jam tanpa berhenti. Saat itu, tim menggunakan baterai dan titik perekaman yang jauh dari basecamp.
Sementara itu, Katia Engel mengatakan bahwa proses perekaman suara menggunakan sejumlah mikrofon. Salah satunya adalah mikrofon antisonik yang digantung setinggi 5 meter. Penggunaan itu untuk merekam suara-suara yang datang secara vertikal dan menghadirkannya situasi yang sama dalam karya ini.
Untuk diketahui, pertunjukan berjudul Hutan dari Katian Engel dan Ari Ersandi ini akan berlangsung pada 22-23 Juni 2024. Seni instalasi suara performatif ini akan membuat para penikmat seni merasakan pengalaman suara yang diambil dari hutan Rungan, Kalimantan Tengah, dengan koreografi yang imajinatif dan eksploratif.
Katia dan Ari mengerjakan karya berjudul Hutan bersama dengan para seniman dari berbagai lintas, seperti penari, koreografer, serta penata suara. Mereka berasal dari berbagai daerah, yakni Long Penaneh (Kalimantan Tengah), Lampung, Yogyakarta, Berlin, hingga Budapest.
Hutan merupakan kontemplasi tentang krisis saat ini mengenai lingkungan dan juga perseptual. Lewat karya ini, para seniman akan mengajak penikmat merasakan suasana hutan Rungan yang diputar terus selama delapan jam di dalam Teater Salihara.
Dalam prosesnya, pengunjung akan diberikan kebebasan untuk keluar dan masuk dari pukul 14:00 WIB sampai 22.00 WIB. Selain menampilkan instalasi suara, karya ini juga menghadirkan koreografi 3 penari. Katia dan Ari mengungkapkan bahwa Hutan merupakan sebuah jawaban atas rangkaian pertanyaan yang ada dalam benak keduanya.
“Jika hutan bisa bersuara, apa yang bisa ia ungkapkan tentang eksistensi kita, manusia? Dapatkah paduan suara hutan yang kompleks ditimbang sebagai bagian ingatan kolektif tubuh kita semua? Apakah mendengarkan irama dan frekuensi non-manusia di dalam hutan menciptakan pergeseran di dalam indra pendengaran kita?” kata mereka.
Baca juga: Pertunjukan Panggung Musikal Keluarga Cemara Siap Mengisi Agenda Liburan Sekolah
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Seniman Ari Ersandi mengatakan bahwa proyek Hutan dimulai sejak tahun lalu. Hutan Rungan menjadi pilihan setelah melalui beberapa seleksi yang dilakukan guna mendapatkan suara bagus dan jernih. Sebelum merekam suara di sana, dia bersama tim produksi sudah pergi ke salah satu hutan di Kalimantan Timur. Namun, suara dan bunyi yang didapat tidak sesuai dengan harapan.
Baca juga: Komunitas Salihara & Goethe Institut Bawa Pertunjukan Bertajuk Hutan
Pada saat itu, tempat merekam bunyi dekat dengan pertambangan, sungai, dan banyak suara transportasi yang didapat. Guna mendapatkan kualitas suara yang lebih baik, dia bersama tim berusaha mencari tempat lain.
Perkenalan dengan salah seorang suku dayak di Kalimantan menjadi titik dirinya dan tim bertemu dengan Hutan Rungan di Kalimantan Tengah. Kala itu, orang dari suku dayak tersebut memberi tahu tempat merekam bunyi yang bagus.
“Kami pergi ke Palangkaraya, ke Hutan Rungan ini. Itu hutan adat. Akhirnya, kami mendapatkan kualitas yang benar-benar berbeda dengan kualitas hutan lainnya,” katanya di Jakarta, Jumat (21/6/2024).
Selain suara yang jernih, Hutan Rungan menjadi pilihan lantaran akses yang mudah untuk bisa melakukan perekaman. Sebelum memutuskan untuk merekam, mereka juga melakukan survei terlebih dahulu sekitar 3-4 hari.
Pada 1-2 hari pertama dilakukan untuk melakukan percobaan dan mencari titik-titik perekaman. Kegiatan merekam suara dan bunyi dilakukan pada hari terakhir selama 24 jam tanpa berhenti. Saat itu, tim menggunakan baterai dan titik perekaman yang jauh dari basecamp.
Sementara itu, Katia Engel mengatakan bahwa proses perekaman suara menggunakan sejumlah mikrofon. Salah satunya adalah mikrofon antisonik yang digantung setinggi 5 meter. Penggunaan itu untuk merekam suara-suara yang datang secara vertikal dan menghadirkannya situasi yang sama dalam karya ini.
Untuk diketahui, pertunjukan berjudul Hutan dari Katian Engel dan Ari Ersandi ini akan berlangsung pada 22-23 Juni 2024. Seni instalasi suara performatif ini akan membuat para penikmat seni merasakan pengalaman suara yang diambil dari hutan Rungan, Kalimantan Tengah, dengan koreografi yang imajinatif dan eksploratif.
Katia dan Ari mengerjakan karya berjudul Hutan bersama dengan para seniman dari berbagai lintas, seperti penari, koreografer, serta penata suara. Mereka berasal dari berbagai daerah, yakni Long Penaneh (Kalimantan Tengah), Lampung, Yogyakarta, Berlin, hingga Budapest.
Hutan merupakan kontemplasi tentang krisis saat ini mengenai lingkungan dan juga perseptual. Lewat karya ini, para seniman akan mengajak penikmat merasakan suasana hutan Rungan yang diputar terus selama delapan jam di dalam Teater Salihara.
Dalam prosesnya, pengunjung akan diberikan kebebasan untuk keluar dan masuk dari pukul 14:00 WIB sampai 22.00 WIB. Selain menampilkan instalasi suara, karya ini juga menghadirkan koreografi 3 penari. Katia dan Ari mengungkapkan bahwa Hutan merupakan sebuah jawaban atas rangkaian pertanyaan yang ada dalam benak keduanya.
“Jika hutan bisa bersuara, apa yang bisa ia ungkapkan tentang eksistensi kita, manusia? Dapatkah paduan suara hutan yang kompleks ditimbang sebagai bagian ingatan kolektif tubuh kita semua? Apakah mendengarkan irama dan frekuensi non-manusia di dalam hutan menciptakan pergeseran di dalam indra pendengaran kita?” kata mereka.
Baca juga: Pertunjukan Panggung Musikal Keluarga Cemara Siap Mengisi Agenda Liburan Sekolah
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.