Fakta Kondisi Hutan Indonesia, Deforestasi Ancam 3 Tumbuhan Endemik
07 August 2023 |
21:00 WIB
Hutan merupakan sebuah ekosistem besar yang menjadi rumah untuk beragam flora dan fauna yang berkembang biak di dalamnya. Hutan juga memberi kehidupan untuk manusia dengan menyediakan udara, air, dan bahkan kebutuhan dasar untuk sandang, pangan, dan papan.
Melalui momentum Hari Hutan Indonesia 2023, kita diingatkan kembali untuk menjaga dan melestarikan hutan Indonesia beserta keanekaragaman hayati di dalamnya. Tahun ini Hari Hutan Indonesia mengusung tema Jaga Hutan, Jaga Iklim.
Baca juga: Sejarah Hari Hutan Indonesia 7 Agustus, Jaga Hutan Jaga Iklim
Hutan yang sehat dapat menjaga iklim dan temperatur bumi tetap stabil. Di Hari Hutan Indonesia 2023 ini, diharapkan semua orang turut serta mengampanyekan bahwa Hutan Indonesia memiliki peran penting dalam mengatasi perubahan iklim yang suatu saat dampaknya dirasakan bersama.
Sebagian dari hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Luas hutan tropis Indonesia menempati urutan ketiga setelah Brasil dan Republik Demokrasi Kongo. Mengutip dari Kementerian LHK, Kawasan Hutan Indonesia sendiri memiliki luas 125.795.306 hektare dengan panjang batas 373.828,44 km yang terdiri dari 284.032,3 km batas luar dan 89.796,1 km batas fungsi kawasan hutan.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia memiliki tutupan hutan seluas 101,22 juta hektare pada 2021. Tutupan hutan tersebut mencapai 52,80 persen dari total luas daratan Indonesia yang mencapai 191,69 juta hektare. Tutupan hutan paling besar berada di wilayah Papua, yakni sekitar 32,88 juta hektare pada 2021. Angka tersebut mencapai 77,91 persen dari total luas daratan pulaunya.
Wilayah dengan tutupan hutan terbesar berikutnya adalah Kalimantan, yaitu 28,53 juta hektare (52,42 persen). Diikuti Sumatra dengan tutupan hutan 16,05 juta hektare (33,38 persen) dan Sulawesi 11,60 juta hektare (61,54 persen). Selanjutnya ada wilayah Maluku dengan luas tutupan hutan 6,78 juta hektare (85,99 persen), Bali-Nusa Tenggara 2,74 juta hektare (37,49 persen), dan Jawa 2,64 juta hektare (20,4 persen).
Secara keseluruhan, BPS menyatakan luas tutupan hutan di Indonesia sudah berkurang selama periode 2017-2021. Luas hutan yang paling banyak berkurang adalah di Pulau Kalimantan 654.663 hektare dan di Papua 610.405 hektare.
Meskipun hutan merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tetapi dalam pemanfaatan dan pengelolaannya harus tetap memperhatikan keseimbangan dan kelestarian ekosistem. Pengelolaan yang berwawasan lingkungan akan menjamin keberlangsungan fungsi dan peran sumber daya hutan dalam jangka panjang.
Deforestasi hutan merupakan penyebab utama kerusakan sumber daya hutan di Indonesia. Terjadinya eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya hutan di Indonesia selalu terjadi dari masa ke masa.
Penyebab deforestasi hutan adalah kebakaran, illegal loging dan illegal trading yang didorong oleh permintaan yang tinggi terhadap kayu dan hasil hutan lainya di pasar lokal, nasional dan global. Selain itu juga disebabkan oleh konversi kawasan hutan secara permanen untuk pertanian, perkebunan, pemukiman, dan keperluan lainnya.
Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organization-FAO) dalam In Brief to The State of the World’s Forests 2022 menyebutkan bahwa seluas 420 juta hektare hutan hilang akibat deforestasi dalam rentang waktu 1990 hingga 2020.
Laju deforestasi secara global menurun, tetapi 10 juta hektare hutan masih hilang per tahunnya antara 2015-2020. Deforestasi terluas terjadi sepanjang 2001-2021 di Riau dengan wilayah terdampak sekitar 2.013.101 hektare, Kalimantan Tengah 1.671.716 hektare, Kalimantan Barat 1.252.292 hektare, dan Kalimantan Timur 1.062.751 hektare.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melaporkan bahwa deforestasi di Kalimantan telah memperburuk risiko kepunahan tiga spesies tumbuhan endemik di hutan hujan riparian dataran rendah di pulau tersebut. Selama beberapa dekade terakhir, Kalimantan telah kehilangan lebih dari sepertiga hutannya akibat kebakaran, penebangan, pertambangan dan perkebunan industri, khususnya sawit.
Tiga spesies tumbuhan endemik yang terancam antara lain, Vatica rynchocarpa, V. havilandii dan V. cauliflora, yang ditemukan di fragmen hutan dataran rendah di wilayah riparian sungai Kapuas, Kalimantan Barat. Spesies Vatica rynchocarpa dinyatakan terancam punah setelah dalam satu dekade terakhir mengalami penurunan hingga 70 persen.
Baca juga: Ada Hutan di Jakarta? Cek 7 Tempat Wisata Alam di Ibu Kota, Cocok untuk Healing
Sedangkan, spesies havilandii dan V. cauliflora statusnya kritis terancam punah. V. cauliflora hanya dapat ditemukan di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Dua spesies lain masih dapat dijumpai di Brunei dan wilayah Malaysia Borneo.
Editor: Fajar Sidik
Melalui momentum Hari Hutan Indonesia 2023, kita diingatkan kembali untuk menjaga dan melestarikan hutan Indonesia beserta keanekaragaman hayati di dalamnya. Tahun ini Hari Hutan Indonesia mengusung tema Jaga Hutan, Jaga Iklim.
Baca juga: Sejarah Hari Hutan Indonesia 7 Agustus, Jaga Hutan Jaga Iklim
Hutan yang sehat dapat menjaga iklim dan temperatur bumi tetap stabil. Di Hari Hutan Indonesia 2023 ini, diharapkan semua orang turut serta mengampanyekan bahwa Hutan Indonesia memiliki peran penting dalam mengatasi perubahan iklim yang suatu saat dampaknya dirasakan bersama.
Sebagian dari hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Luas hutan tropis Indonesia menempati urutan ketiga setelah Brasil dan Republik Demokrasi Kongo. Mengutip dari Kementerian LHK, Kawasan Hutan Indonesia sendiri memiliki luas 125.795.306 hektare dengan panjang batas 373.828,44 km yang terdiri dari 284.032,3 km batas luar dan 89.796,1 km batas fungsi kawasan hutan.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia memiliki tutupan hutan seluas 101,22 juta hektare pada 2021. Tutupan hutan tersebut mencapai 52,80 persen dari total luas daratan Indonesia yang mencapai 191,69 juta hektare. Tutupan hutan paling besar berada di wilayah Papua, yakni sekitar 32,88 juta hektare pada 2021. Angka tersebut mencapai 77,91 persen dari total luas daratan pulaunya.
Wilayah dengan tutupan hutan terbesar berikutnya adalah Kalimantan, yaitu 28,53 juta hektare (52,42 persen). Diikuti Sumatra dengan tutupan hutan 16,05 juta hektare (33,38 persen) dan Sulawesi 11,60 juta hektare (61,54 persen). Selanjutnya ada wilayah Maluku dengan luas tutupan hutan 6,78 juta hektare (85,99 persen), Bali-Nusa Tenggara 2,74 juta hektare (37,49 persen), dan Jawa 2,64 juta hektare (20,4 persen).
Secara keseluruhan, BPS menyatakan luas tutupan hutan di Indonesia sudah berkurang selama periode 2017-2021. Luas hutan yang paling banyak berkurang adalah di Pulau Kalimantan 654.663 hektare dan di Papua 610.405 hektare.
Meskipun hutan merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tetapi dalam pemanfaatan dan pengelolaannya harus tetap memperhatikan keseimbangan dan kelestarian ekosistem. Pengelolaan yang berwawasan lingkungan akan menjamin keberlangsungan fungsi dan peran sumber daya hutan dalam jangka panjang.
Deforestasi hutan merupakan penyebab utama kerusakan sumber daya hutan di Indonesia. Terjadinya eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya hutan di Indonesia selalu terjadi dari masa ke masa.
Penyebab deforestasi hutan adalah kebakaran, illegal loging dan illegal trading yang didorong oleh permintaan yang tinggi terhadap kayu dan hasil hutan lainya di pasar lokal, nasional dan global. Selain itu juga disebabkan oleh konversi kawasan hutan secara permanen untuk pertanian, perkebunan, pemukiman, dan keperluan lainnya.
Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organization-FAO) dalam In Brief to The State of the World’s Forests 2022 menyebutkan bahwa seluas 420 juta hektare hutan hilang akibat deforestasi dalam rentang waktu 1990 hingga 2020.
Laju deforestasi secara global menurun, tetapi 10 juta hektare hutan masih hilang per tahunnya antara 2015-2020. Deforestasi terluas terjadi sepanjang 2001-2021 di Riau dengan wilayah terdampak sekitar 2.013.101 hektare, Kalimantan Tengah 1.671.716 hektare, Kalimantan Barat 1.252.292 hektare, dan Kalimantan Timur 1.062.751 hektare.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melaporkan bahwa deforestasi di Kalimantan telah memperburuk risiko kepunahan tiga spesies tumbuhan endemik di hutan hujan riparian dataran rendah di pulau tersebut. Selama beberapa dekade terakhir, Kalimantan telah kehilangan lebih dari sepertiga hutannya akibat kebakaran, penebangan, pertambangan dan perkebunan industri, khususnya sawit.
Tiga spesies tumbuhan endemik yang terancam antara lain, Vatica rynchocarpa, V. havilandii dan V. cauliflora, yang ditemukan di fragmen hutan dataran rendah di wilayah riparian sungai Kapuas, Kalimantan Barat. Spesies Vatica rynchocarpa dinyatakan terancam punah setelah dalam satu dekade terakhir mengalami penurunan hingga 70 persen.
Baca juga: Ada Hutan di Jakarta? Cek 7 Tempat Wisata Alam di Ibu Kota, Cocok untuk Healing
Sedangkan, spesies havilandii dan V. cauliflora statusnya kritis terancam punah. V. cauliflora hanya dapat ditemukan di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Dua spesies lain masih dapat dijumpai di Brunei dan wilayah Malaysia Borneo.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
mesut xavi
08 Aug 2023 - 03:38menariq
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.