Sinopis & Preview Lafran, Film Biopik Tentang Idealisme & Perjuangan Lafran Pane
21 June 2024 |
02:00 WIB
Lagi, film biopik menarik karya Faozan Rizal mendobrak layar kaca pada pada tahun ini. Populer dengan film yang mengangkat sosok seperti Habibie & Ainun hingga Soekarno, kini sutradara asal Tegal ini membawa cerita tokoh penting keislaman yakni Lafran Pane ke hadapan penonton.
Film keislaman dan penokohan begitu akrab dengan sosok sutradara peraih Piala Citra 2016 ini. Kali ini, Faozan menapak jejak Lafran Pane, seorang pendiri organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang terkenal cerdas sejak kecil. Saat belia,
Lafran terpukul karena kehilangan dua sosok yang begitu penting baginya yakni sang ibu dan nenek. Bak hilang arah, Lafran pun melanjutkan hidup tinggal dengan kedua kakaknya karena sang ayah terlalu sering berpergian.
Baca juga: Sinopsis Film The Crow Reboot Tayang 23 Agustus 2024
Meski cerdas sejak kecil, Lafran memiliki kebiasaan buruk yakni kurang disiplin. Seiring dengan perjalanannya menuju dewasa, Lafran tumbuh menjadi sosok remaja yang sering memberontak hingga menyebabkannya acap kali berpindah-pindah sekolah. Bahkan, Lafran sempat menjadi petinju jalanan semasa sekolahnya.
Dua kakak Lafran, Sanusi Pane dan Armijn Pane percaya jika adiknya yang begitu cerdas tak seharusnya memiliki masa depan suram. Berangkat dari pemikiran ini, keduanya mendorong agar Lafran bisa menyalurkan energinya ke hal-hal yang lebih positif, misalnya dalam bentuk karya.
Namun sejatinya anak muda yang penuh api, Lafran tak bisa diam dan hidup lurus seperti kebanyakan remaja lainnya. Sifat memberontaknya terlihat, utamanya untuk membela orang-orang lemah. Pada masa pendudukan Jepang,
Lafran sempat ditahan karena maju paling depan untuk membela kelompok peternak sapi. Ayahnya yang khawatir kemudian menebus kebebasannya dengan sebuah bus Sibual-buali kepada tentara Jepang.
Boleh dibilang, Lafran tumbuh dengan pemikiran-pemikiran idealis yang kerap membuatnya gelisah sepanjang waktu. Dia seperti memiliki ruang sendiri di kepalanya, merangkum hal-hal yang membuatnya gelisah.
Film ini akan memperlihatkan bagaimana Lafran sebagai pendiri HMI memulai jejaknya. Misalnya, potongan-potongan cerita tentang kegelisahan Lafran yang resah melihat kaum muslim terpelajar di Yogyakarta, tempatnya berkuliah yang tampak larut dalam pemikiran sekuler. Mereka pun cenderung melupakan ibadah.
Kegelisahan in yang kemudian menjadi titik balik Lafran memulai HMI sebagai wadah perjuangan kaum muslim muda menegakkan tiang keislaman yang sesuai dengan nilai-nilai Indonesia.
Lafran juga melepaskan bingkai-bingkai politik dari organisasi yang dipimpinnya ini. Sejak 2017 lalu, perjuangan Lafran telah diabadikan dan ditetapkan dengan statusnya sebagai Pahlawan Nasional.
Kisah Lafran dalam menumpas ketidakadilan memulai pemberontakannya ini menyibak bagaimana posisi organisasi HMI yang bergerak dalam bidang nonpolitik menghadapi kencangnya arus politik dan kelompok sosialis pada masanya. Bahkan HMI harus berhadapan dengan organisasi massa Islam yang sudah lebih dahulu lama berprakarsa.
Dengan durasi 99 menit, Faozan mengemas film ini dalam paket komplit mengenai pesan idealisme, perjuangan, keislaman, dan keteguhan hati seorang pemimpin. Tak ketinggalan seperti film-film biopik karya Faozan lainnya, sutradara yang memulai karier perfilmannya sebagai seorang sinematografer ini menyiratkan pesan-pesan cinta yang tergambar lewat kisah kekasih sang tokoh.
Dalam film Lafran ini, sutradara memasukkan karakter kekasih Lafran bernama Dewi yang andil memberi dukungan, bahkan hingga Lafran harus merelakan HMI dipimpin oleh mahasiswa di luar Sekolah Tinggi Islam (STI).
Bagaimana pasangan memberi dukungan dan keputusan bagi tokoh penting dalam film ini menambah pesan moral lain tentang kekuatan dari orang terdekat, termasuk siratan mengenai ada perempuan hebat di balik sosok pria yang kuat. Lafran bisa disaksikan di bioskop seluruh Indonesia mulai 20 Juni 2024.
Baca juga: Diangkat dari Legenda Urban, Simak Sinopsis Film Kromoleo Garapan Anggy Umbara
Editor: Puput Ady Sukarno
Film keislaman dan penokohan begitu akrab dengan sosok sutradara peraih Piala Citra 2016 ini. Kali ini, Faozan menapak jejak Lafran Pane, seorang pendiri organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang terkenal cerdas sejak kecil. Saat belia,
Lafran terpukul karena kehilangan dua sosok yang begitu penting baginya yakni sang ibu dan nenek. Bak hilang arah, Lafran pun melanjutkan hidup tinggal dengan kedua kakaknya karena sang ayah terlalu sering berpergian.
Baca juga: Sinopsis Film The Crow Reboot Tayang 23 Agustus 2024
Meski cerdas sejak kecil, Lafran memiliki kebiasaan buruk yakni kurang disiplin. Seiring dengan perjalanannya menuju dewasa, Lafran tumbuh menjadi sosok remaja yang sering memberontak hingga menyebabkannya acap kali berpindah-pindah sekolah. Bahkan, Lafran sempat menjadi petinju jalanan semasa sekolahnya.
Dua kakak Lafran, Sanusi Pane dan Armijn Pane percaya jika adiknya yang begitu cerdas tak seharusnya memiliki masa depan suram. Berangkat dari pemikiran ini, keduanya mendorong agar Lafran bisa menyalurkan energinya ke hal-hal yang lebih positif, misalnya dalam bentuk karya.
Namun sejatinya anak muda yang penuh api, Lafran tak bisa diam dan hidup lurus seperti kebanyakan remaja lainnya. Sifat memberontaknya terlihat, utamanya untuk membela orang-orang lemah. Pada masa pendudukan Jepang,
Lafran sempat ditahan karena maju paling depan untuk membela kelompok peternak sapi. Ayahnya yang khawatir kemudian menebus kebebasannya dengan sebuah bus Sibual-buali kepada tentara Jepang.
Boleh dibilang, Lafran tumbuh dengan pemikiran-pemikiran idealis yang kerap membuatnya gelisah sepanjang waktu. Dia seperti memiliki ruang sendiri di kepalanya, merangkum hal-hal yang membuatnya gelisah.
Film ini akan memperlihatkan bagaimana Lafran sebagai pendiri HMI memulai jejaknya. Misalnya, potongan-potongan cerita tentang kegelisahan Lafran yang resah melihat kaum muslim terpelajar di Yogyakarta, tempatnya berkuliah yang tampak larut dalam pemikiran sekuler. Mereka pun cenderung melupakan ibadah.
Kegelisahan in yang kemudian menjadi titik balik Lafran memulai HMI sebagai wadah perjuangan kaum muslim muda menegakkan tiang keislaman yang sesuai dengan nilai-nilai Indonesia.
Lafran juga melepaskan bingkai-bingkai politik dari organisasi yang dipimpinnya ini. Sejak 2017 lalu, perjuangan Lafran telah diabadikan dan ditetapkan dengan statusnya sebagai Pahlawan Nasional.
Kisah Lafran dalam menumpas ketidakadilan memulai pemberontakannya ini menyibak bagaimana posisi organisasi HMI yang bergerak dalam bidang nonpolitik menghadapi kencangnya arus politik dan kelompok sosialis pada masanya. Bahkan HMI harus berhadapan dengan organisasi massa Islam yang sudah lebih dahulu lama berprakarsa.
Dengan durasi 99 menit, Faozan mengemas film ini dalam paket komplit mengenai pesan idealisme, perjuangan, keislaman, dan keteguhan hati seorang pemimpin. Tak ketinggalan seperti film-film biopik karya Faozan lainnya, sutradara yang memulai karier perfilmannya sebagai seorang sinematografer ini menyiratkan pesan-pesan cinta yang tergambar lewat kisah kekasih sang tokoh.
Dalam film Lafran ini, sutradara memasukkan karakter kekasih Lafran bernama Dewi yang andil memberi dukungan, bahkan hingga Lafran harus merelakan HMI dipimpin oleh mahasiswa di luar Sekolah Tinggi Islam (STI).
Bagaimana pasangan memberi dukungan dan keputusan bagi tokoh penting dalam film ini menambah pesan moral lain tentang kekuatan dari orang terdekat, termasuk siratan mengenai ada perempuan hebat di balik sosok pria yang kuat. Lafran bisa disaksikan di bioskop seluruh Indonesia mulai 20 Juni 2024.
Baca juga: Diangkat dari Legenda Urban, Simak Sinopsis Film Kromoleo Garapan Anggy Umbara
Editor: Puput Ady Sukarno
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.