Hati-hati, Gangguan Tidur Ini Picu Kematian Mendadak
29 July 2021 |
09:38 WIB
Gangguan tidur Obstructive Sleep Apnea (OSA) ternyata meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular lho Genhype. Bahkan bisa memicu kematian mendadak. Hal ini dibuktikan melalui penelitian terhadap lebih dari 42.000 penderita sleep apnea di seluruh dunia hingga Januari 2020.
Hasilnya, para peneliti dari Penn State Health Milton S. Hershey Medical Center menemukan bahwa orang dengan OSA memiliki risiko kematian mendadak dari berbagai penyebab, termasuk akibat kardiovaskular. Risiko ini meningkat seiring bertambahnya usia.
“Mereka yang memiliki OSA memiliki risiko kematian mendadak dan kematian kardiovaskular hampir dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki OSA,” ujar Anna Ssentongo, penulis utama penelitian ini dikutip dari Medical Xpress, Kamis (29/7/2021).
OSA terjadi ketika otot di belakang tenggorokan terlalu rileks. Kondisi ini membuat saluran pernapasan menyempit atau menutup saat menarik napas.
Studi menujukkan bahwa OSA dikaitkan dengan beberapa komorbiditas kardiovaskular, termasuk hipertensi, jantung koroner dan gagal jantung. Pasien dengan OSA mengalami stres oksidatif yakni kondisi ketika kadar antioksidan dan radikal bebas di dalam tubuh tidak seimbang.
Seiring waktu, ketidakseimbangan ini merusak sel, mempercepat proses penuaan dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk kardiovaskular.
Emily Heilbrunn, rekan Anna yang ikut penelitian ini menambahkan penting melakukan tindakan pencegahan yang tepat untuk mengurangi kejadian OSA dan kematian mendadak terkait OSA. Menurutnya perlu akses layanan kesehatan yang terjangkau untuk penderita OSA guna mengurangi risiko kematian mendadak.
Sementara itu, tim peneliti mencatat bahwa penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan karena tidak melibatkan orang-orang dari benua Afrika dan Antartika.
Untuk itu perlu penelitian lebih lanjut untuk lebih mengeksplorasi hubungan antara OSA dan kematian pada populasi yang tidak terwakili dalam penelitian ini.
Editor: Fajar Sidik
Hasilnya, para peneliti dari Penn State Health Milton S. Hershey Medical Center menemukan bahwa orang dengan OSA memiliki risiko kematian mendadak dari berbagai penyebab, termasuk akibat kardiovaskular. Risiko ini meningkat seiring bertambahnya usia.
“Mereka yang memiliki OSA memiliki risiko kematian mendadak dan kematian kardiovaskular hampir dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki OSA,” ujar Anna Ssentongo, penulis utama penelitian ini dikutip dari Medical Xpress, Kamis (29/7/2021).
OSA terjadi ketika otot di belakang tenggorokan terlalu rileks. Kondisi ini membuat saluran pernapasan menyempit atau menutup saat menarik napas.
Studi menujukkan bahwa OSA dikaitkan dengan beberapa komorbiditas kardiovaskular, termasuk hipertensi, jantung koroner dan gagal jantung. Pasien dengan OSA mengalami stres oksidatif yakni kondisi ketika kadar antioksidan dan radikal bebas di dalam tubuh tidak seimbang.
Seiring waktu, ketidakseimbangan ini merusak sel, mempercepat proses penuaan dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk kardiovaskular.
Emily Heilbrunn, rekan Anna yang ikut penelitian ini menambahkan penting melakukan tindakan pencegahan yang tepat untuk mengurangi kejadian OSA dan kematian mendadak terkait OSA. Menurutnya perlu akses layanan kesehatan yang terjangkau untuk penderita OSA guna mengurangi risiko kematian mendadak.
Sementara itu, tim peneliti mencatat bahwa penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan karena tidak melibatkan orang-orang dari benua Afrika dan Antartika.
Untuk itu perlu penelitian lebih lanjut untuk lebih mengeksplorasi hubungan antara OSA dan kematian pada populasi yang tidak terwakili dalam penelitian ini.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.