Naya Anindita (Sumber Foto: Instagram/@nayaanindita)

Hypeprofil: Sutradara Naya Anindita, Eksplorasi Film Layar Lebar sampai Serial Web Multigenre

18 June 2024   |   12:32 WIB
Image
Kintan Nabila Jurnalis Hypeabis.id

Naya Anindita dikenal sebagai salah satu sutradara wanita yang karya-karyanya layak diperhitungkan di kancah perfilman tanah air. Sejauh ini dia telah menyutradarai berbagai film dan serial web yang mendapatkan banyak ulasan positif dari penonton. 

Beberapa karyanya yang populer, yakni film Eggnoid: Cinta & Portal Waktu (2019) yang diadaptasi dari webtoon atau komik digital karya Archie the Redcat. Selain film, dia juga mengarahkan beberapa seri web yang sukses, yakni Imperfect the Series musim pertama (2021) dan musim keduanya (2022-2023).

Baca juga: Hypeprofil Kiki Narendra: Menguatkan Karakter Film Lewat Observasi Diri

Lahir, di Bandung, Jawa Barat pada 9 November 1988, Naya Anindita sejak kecil memang sangat tertarik dengan film dan proses pembuatannya. Dirinya menempuh Pendidikan di Liem Kokwing University di Malaysia dan Curtin University di Australia jurusan S1 Komunikasi Massa. 

Kariernya di industri perfilman dimulai sejak 2011, dia menitinya secara bertahap dari bawah sampai bisa mencapai posisinya saat ini. Sebelumnya, Naya Anindita sempat bekerja sebagai asisten produksi di Channel V dan Mata Najwa MetroTV. Selain bekerja di televisi, dia juga sempat menjadi asisten departemen art di Dentsu Advertising Agency.

"Walaupun sekarang aku dikenal sebagai sutradara, sebetulnya sejak pertama kali masuk industri ini, aku sudah mencoba berbagai jenis pekerjaan di semua departemen, aku pernah jadi penata rias, lighting, kameramen, penulis naskah, dan masih banyak lagi," katanya pada Hypeabis.id. 

Selanjutnya barulah dia secara bertahap menjadi asisten sutradara, co-produser, lalu sutradara dan produser. Film layar lebar pertamanya adalah Euphoria di mana Naya Anindita terlibat dalam tim produksinya, yakni sebagai asisten sutradara sekaligus penata rias. 

Euphoria sendiri dirilis pada 2011, disutradarai oleh Pandu Birantoro serta dibintangi oleh Ananda Moechtar dan Indri Sriwattana. Mengisahkan tentang empat orang yang terlibat di dalam produksi teater berjudul Srikandi, keempatnya sedang dalam perjalanan untuk mencari jati diri dan euforianya masing-masing.
 

Namanya justru mulai dikenal publik saat memandu acara Jalan-Jalan Men! sebagai host bersama Jebraw. Adapun Jalan-Jalan Men! tayang sejak 2012-2019 di YouTube, dengan total 60 episode dalam enam musim. Selain tampil di depan kamera, dia juga berperan sebagai produser di musim pertama dan sebagai asisten sutradara di musim kedua sampai seterusnya.

Selain terlibat di balik layar, Naya Anindita juga menjajal akting dalam Sinema Purnama, sebuah film antologi drama Indonesia yang dirilirs pada 2012 dan disutradarai oleh Radian Kanugroho, Andra Fembriarto, Pandu Birantoro, dan Ray Nayoan. Sinema Purnama terdiri atas empat film pendek yang menceritakan tentang cinta dengan atmosfer yang berbeda. Di sini, Naya berperan sebagai Rani dalam segmen Dunia Paruh Waktu.

"Aku ingin memahami perasan para pemain dan kru saat sedang menngarahkan sebuah film, aku berusaha memposisikan diri di situasi yang sama seperti yang mereka rasakan, istilahnya put myself in the other shoes," paparnya.

Sejauh ini, Naya Anindita telah mengerjakan berbagai jenis format film, salah satunya film pendek independen berjudul Anna & Ballerina yang membuatnya dinominasikan di Piala Iqbal Rais untuk Sutradara Muda dalam Film Pendek pada perhelatan Piala Maya 2014. Sementara film panjang pertama yang disutradarainya adalah Sundul Gan: The Story of Kaskus (2016) yang mengisahkan awal mula dirintisnya forum daring terbesar di Indonesia, yakni Kaskus. 

Seiring perkembangan industri perfilman global yang ditandai dengan kemunculan serial film/drama di platform OTT, Naya Anindita banyak mengarahkan beberapa judul serial web. Dia ditunjuk oleh Ernest Prakasa untuk menyutradarai serial web Imperfect the Series, sebuah spin-off dari film Imperfect: Karier, Cinta & Timbangan (2019). Karyanya tersebut mendapatkan respon positif dari penonton maupun pengamat film.

"Karakteristik film-film yang aku arahkan semuanya fast pacing yang temponya sangat cepat, karena menurutku karya suatu film itu merefleksikan kehidupan sutradaranya," paparnya.

Baginya, gaya penyutradaraan masing-masing sutradara bisa berbeda satu sama lain. Ada yang temponya lambat, misalnya saat pengambilan gambar, satu shot ditahan lama. Shot adalah gambar yang diambil saat kamera dihidupkan (on) sampai kamera dimatikan (off). Satu shot umumnya memiliki durasi lebih dari 1 detik, hingga beberapa menit.

"Kalau aku suka yang pengambilan shotnya efisien, sehingga perpindahan antar scene [adegan]-nya cepat dan dinamis, jadi bisa lebih banyak eksplorasi ke adegan lainnya," kata Naya.

Sejauh ini Naya sendiri telah membuat banyak film dari berbagai genre, seperti drama, komedi, sci-fi, dan musikal. Karya-karyanya yang paling berkesan dalah serial web musikal Payung Fantasi dan Nurbaya yang tayang di kanal YouTube Indonesia Kaya. Melalui karya tersebut, Naya sebagai sutradara film berkolaborasi dengan sutradara teater. 

 

 
Serial web musikal yang memadukan unsur film dan pertunjukan teater tersebut banyak mengeksplorasi berbagai aspek seperti penataan musik, koreofrafi, serta tata artistik panggung yang sekaligus menjadi set lokasi syutingnya.

Selain itu, tentunya Imperfect the Series, sebagai karya filmnya yang sangat berkesan. Serial web ini merupakan spin-off dari kisah geng indekos dalam film Imperfect: Karier, Cinta & Timbangan (2019). Disutradarai oleh Ernest Prakasa dan dialihwahanakan dari novel Imperfect: A Journey to Self-Acceptance karya Meira Anastasia, istrinya sendiri. Selain itu, dibintangi oleh Kiky Saputri, Zsa Zsa Utari, Neneng Wulandari, Aci Resti, dan Dewi Irawan.

"Imperfect the Series ini kebalikan dari film-filmku yang lainnya karena proses pengerjaannya tidak terlalu banyak mengeksplorasi dari sisi teknisnya, jadi ini menjadi pengalaman baru buatku sendiri dalam mencoba gaya penyutradaraan yang beda dari biasanya," katanya.

Sepanjang menggarap karya-karya film layar lebar, Naya Anindita sendiri banyak melakukan eksplorasi seperti dari sisi pengambilan gambar yang cenderung fast pace, teknik pencahayaan yang redup terkadang hitam putih, menyesuaikan dengan nuansa dalam filmnya.

"Kalau di serial web ini pada beberapa episodenya, aku mengambil satu shot one long take, isinya hanya adegan mengobrol selama lima menit itu sama sekali enggak di-cut," katanya.

Bagi Naya, teknik pengambilan gambar tersebut menjadi hal yang terbilang baru untuknya. Selain itu juga sekaligus menghadirkan tantangan tersendiri, yakni bagaimana caranya supaya penonton tidak bosan melihat satu shot berisi percakapan yang durasinya sangat panjang.

Salah satu cara yang dilakukannya, yakni dengan mengeksplorasi dari sisi penulisan naskahnya, mengingat serial web tersebut bergenre komedi, tentunya penting sekali menciptakan dialog-dialog yang lucu dan menghibur penonton.

Ke depannya Naya Anindita sendiri punya banyak target yang ingin dicapainya selama berkarier di industri perfilman. Sebagai sutradara, ada beberapa genre film yang belum dicobanya, yakni horor dan thriller.  Meskipun takut dia ingin menantang dirinya sendiri supaya berani mencoba menggarap film horor dan thriller.

Baca juga: Hypeprofil Komikus Is Yuniarto: Setia Menghidupkan Komik Wayang dengan Sentuhan Kekinian

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Lay Zhang Umumkan Batal Konser di Indonesia, Promotor Janjikan Refund

BERIKUTNYA

Lebih Canggih, 2 Penyakit Jantung Ini Bisa Dideteksi Stetoskop Berteknologi AI

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: