Ilustrasi ATM (Sumber foto: Unsplash/eduardo-soares)

Sejarah Perbankan: Dari Kantor Cabang ke Genggaman Ponsel

16 June 2024   |   14:32 WIB
Image
Dika Irawan Asisten Konten Manajer Hypeabis.id

Di era digital ini, membuka rekening bank sekarang semudah menyentuh layar ponsel pintar kalian. Nggak perlu lagi repot-repot ke kantor cabang bank. Bahkan, untuk mentransfer uang ke saudara, cukup gunakan ponsel kalian. Semua transaksi kini bisa dilakukan melalui gawai, tentunya menggunakan aplikasi resmi dari perbankan.

Akan tetapi, tahu nggak sih kalau perjalanan menuju kemudahan ini nggak mudah? Yuk, kita telaah bagaimana sejarah perbankan berkembang dari uang kertas hingga perbankan digital yang kita nikmati saat ini.

Baca juga: Digitalisasi Cepat, Keamanan Data Dicegat, Ini Kiat Bank Digital Cegah Serangan Siber


Sejarah Awal Perbankan

Menurut UBS.com, perjalanan bank menuju era digital sangat panjang. Kata "bank" sendiri berasal dari bahasa Italia, "banchi", yang merujuk pada bangku-bangku yang digunakan oleh para pedagang dan penukar mata uang pada Abad Pertengahan.

Pada masa itu, para pelaut yang berlayar ke Timur nggak merasa aman membawa koin emas dan perak dalam perjalanan berbulan-bulan. Alhasil, pada abad ke-11, orang Italia mengembangkan bentuk pembayaran baru yang disebut "wesel", sebuah konsep revolusioner pada masanya.

Ketika sebuah transaksi dilakukan, pembeli akan memberikan dokumen kepada penjual yang memungkinkan mereka untuk mengambil jumlah yang disepakati dari "banchi". Inilah cikal bakal bank pertama di dunia. Berabad-abad kemudian, sistem perbankan didominasi oleh institusi-institusi tetap di mana transaksi keuangan kita diproses.


Inovasi Mesin ATM

Tonggak penting lain dalam perjalanan perbankan dunia adalah inovasi anjungan tunai mandiri (ATM). Penemuan mesin ATM adalah langkah besar menuju perbankan digital. ATM pertama dibuka di London pada 1967. Dengan hadirnya mesin ATM, nasabah nggak hanya bisa menarik uang dari bank mereka sendiri, tapi juga bisa menggunakan layanan dari institusi lain.

ATM pertama dikembangkan oleh John Shepherd-Barron, yang bertanggung jawab atas pencetakan uang kertas dan saham di perusahaan pencetakan keamanan De La Rue. Teknologi ini sangat inovatif karena pertukaran data antara ATM dan pusat pemrosesan dilakukan secara elektronik.

Di Indonesia, mesin ATM pertama kali menyapa nasabah pada 1986, dibawa oleh Hong Kong Bank dan Bank Niaga. Kehadirannya menjadi awal mula era baru dalam dunia perbankan Indonesia, di mana nasabah dimudahkan dengan akses mandiri untuk melakukan transaksi keuangan.

Seiring perkembangan zaman, bank-bank lain mulai mengikuti jejak Hong Kong Bank dan Bank Niaga. Mereka menyadari potensi besar yang ditawarkan teknologi ATM. Memasuki era 90-an, penggunaan ATM semakin marak, terutama dengan bermunculannya bank-bank swasta yang inovatif.


Perkembangan Perbankan Digital

Pada dekade 1980-an, perbankan di dunia mulai merambah digital. Bank of Scotland menjadi pelopor dengan menyediakan layanan perbankan elektronik kepada nasabah mereka pada 1985. Situs web pertama untuk layanan perbankan diluncurkan oleh Stanford Credit Union pada 1994, sebuah tonggak sejarah bagi perbankan digital. Dari situlah, penyebaran perbankan internet menjadi tak terelakkan, dengan semakin banyaknya nasabah pribadi yang mulai menggunakan layanan digital.

Perjalanan digitalisasi bank juga nggak lepas dari figur Steve Jobs. Ketika Apple meluncurkan iPhone pertama pada 2007, nggak hanya revolusi dalam komunikasi, tapi juga menjadi pendorong inovasi yang mempercepat pengembangan perbankan seluler. Perangkat portabel baru ini memudahkan akses dan menyederhanakan layanan perbankan di ponsel pintar. Meskipun krisis ekonomi global pada 2008 menimbulkan kesulitan bagi banyak nasabah bank, perbankan digital terus tumbuh.

Menurut American Bankers Association, perbankan daring menjadi populer pada 2011, dengan sebagian besar orang Amerika berusia 55 tahun ke atas lebih memilih perbankan daring daripada kunjungan ke kantor cabang.


Digitalisasi Perbankan di Indonesia

Digitalisasi perbankan di Indonesia mulai dikenalkan pada awal milenium. Hal itu ditandai dengan peluncuran layanan e-banking oleh Bank Central Asia (BCA) pada 2001. Setelah itu, beberapa perbankan, baik swasta maupun BUMN, mulai menggunakan layanan internet banking. Dalam perjalanannya, bank-bank digital yang seluruh layanannya dilakukan secara online, tanpa kantor fisik, juga ikut bermunculan. Selain itu, bank konvensional yang juga menghadirkan layanan digital terus berkembang.

Inovasi ini semakin memudahkan nasabah, terutama generasi muda, untuk mengakses layanan keuangan. Dampaknya mulai terasa pada tingkat inklusi keuangan masyarakat. Data terbaru menunjukkan, tingkat inklusi keuangan terus mengalami peningkatan rata-rata per tahun sebesar 3 poin persentase.

Pada 2023, tingkat inklusi keuangan di Indonesia tercatat sebesar 88,7 persen, atau lebih tinggi dari 2022 yang sebesar 85,1 persen. Capaian itu juga lebih tinggi sebesar 0,7 poin persentase dari target yang ditetapkan untuk 2023 yakni sebesar 88 persen.

Meskipun demikian, kita berharap kemudahan ini juga diimbangi dengan kemampuan nasabah dalam mengelola keuangan mereka. Jangan sampai kemudahan ini malah menjerumuskan mereka pada persoalan keuangan. 

Perjalanan dari perbankan tradisional ke perbankan digital menunjukkan bagaimana inovasi teknologi telah mengubah cara kita berinteraksi dengan keuangan kita. Masa depan perbankan tampak semakin cerah dengan terus berkembangnya teknologi yang menawarkan kemudahan dan kenyamanan bagi nasabah.

Baca juga: Evolusi Perbankan Digital, E-Wallet Jadi Solusi Transaksi Modern

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

5 Rekomendasi Gamis Cantik dan Modis untuk Hari Raya Iduladha

BERIKUTNYA

10 Channel YouTube Anak dengan Subscriber Terbanyak di Dunia

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: