Pengunjung berpose dengan buku memoar William Soeryadjaya , Semangat Hidup dan Pasrah kepada Tuhan. (sumber gambar: Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)

Buku Memoar Raja Otomotif William Soeryadjaya Terbit, Karya Terakhir Ramadhan KH

13 June 2024   |   07:47 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Bagi para pencinta otomotif, nama William Soeryadjaya tentu tidak bisa dipandang sebelah mata. Pengusaha bernama asli Tjia Kian Long itu memang dikenal sebagai salah satu sosok pelopor industri otomotif di Tanah Air lewat Grup Astra.

Nama William Soeryadjaya mulai moncer saat mendirikan Astra International Inc pada 1957 bersama adiknya Tjia Kian Tie, dan temannya, Lim Peng Hong. Dari sinilah cikal bakal bisnis otomotif Astra Internasional, hingga menjadi perakit dan pemasar otomotif asal Jepang di Indonesia.

Terbaru, kisah jatuh bangun William Soeryadjaya dalam menjalankan bisnis itu tertuang dalam buku berjudul Semangat Hidup dan Pasrah kepada Tuhan. Memoar ini ditulis oleh Ramadhan KH, dan diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia setelah tertunda 20 tahun lebih karena berbagai hal.  

Baca juga:  Review Buku Desi Anwar, Memaknai & Mencerna Fungsi Benda Lewat The Book of Everyday Things

Secara umum, buku setebal 487 halaman ini berisi perjalanan hidup William membangun Astra hingga berkembang seperti sekarang. Memoar ini juga mendedah semangat religiusitas seorang legenda bisnis, humanis, filantropis, dan nasionalis, sekaligus catatan penting sejarah industri di Tanah Air.

Memoar yang dibagi dalam 23 sub judul itu juga menyajikan kisah perjalanan William yang tidak pernah patah arang didera badai. Pada sub judul pertama, buku ini membahas bagaimana pebisnis legendaris itu mencoba menyelamatkan Bank Summa yang didirikan oleh putranya, Edward Seky Soeryadjaya.

"Sejak musibah Bank Summa dan kehilangan Astra, dalam doa saya selalu memohon agar Tuhan memberi kekuatan  kepada saya untuk mengatasi dampak beban berat, yang berbulan-bulan menindih kami sekeluarga," tutur William dalam bukunya.
 

Mendiang William Soeryadjaya tampak berpose dalam sebuah acara dalam pameran arsip di peluncuran buku Semangat Hidup dan Pasrah kepada Tuhan

Mendiang William Soeryadjaya tampak berpose dalam sebuah acara dalam pameran arsip di peluncuran buku Semangat Hidup dan Pasrah kepada Tuhan. (sumber gambar: Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)


Lain dari itu, memoar ini juga menyelisik peran William dalam membangun industri otomotif, visi misinya dalam mengembangkan bisnis, hingga keberpihakannya pada pengusaha kecil. Salah satunya dengan mendirikan Usaha-usaha yayasan Dharma Bhakti Astra bagi para pengusaha ekonomi lemah.

Putra almarhum Ramadhan KH, Gilang Ramadhan, dalam acara peluncuran buku di Taman Ismail Marzuki (TIM) mengatakan, memoar ini merupakan karya terakhir dari ayahnya. Penyusunan buku ini juga berangkat dari kekaguman sastrawan asal Bandung, Jawa Barat itu pada sosok  William Soeryadjaya. 

"Penyusunan memoar ini memang berawal dari keinginan besar ayah untuk menuliskan kisah William Soeryadjaya yang sangat dikaguminya," kata Gilang Ramadhan, putra kedua Ramadhan KH, saat memberi sambutan perilisan buku di Teater Besar, TIM, Rabu(12/6/24).

Keunikan dari acara peluncuran buku memoar Semangat Hidup dan Pasrah kepada Tuhan adalah dibuka dengan pertunjukan teater. Mirip dengan bukunya, pementasan ini banyak memvisualkan sosok William Soeryadjaya lewat berbagi arsip dan biografi sang pebisnis, dari semasa muda hingga meninggal.


Lewat lakon berjudul 'Om William Kita' yang ditulis oleh Ahda Imran, publik diajak untuk menyalami bertungkus lumusnya William sebagai pebisnis. Berdurasi kurang lebih 50 menit, pertunjukan ini menampilkan aktor Verdi Solaiman sebagai William Soeryadjaya, Reza Rahadian sebagai Ramadhan KH, dan Happy Salma sebagai generasi penerus. 
 

Aktor Verdi Solaiman berperan  sebagai William Soeryadjaya, dan Reza Rahadian sebagai Ramadhan KH dalam pementasan Om William Kita di Teater Besar, TIM

Aktor Verdi Solaiman berperan sebagai William Soeryadjaya, dan Reza Rahadian sebagai Ramadhan KH dalam pementasan Om William Kita di Teater Besar, TIM. (sumber gambar: Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)


Pementasan ini secara umum juga mengisahkan awal mula William merintis bisnis hingga dia menginisiasi  pembuatan mobil Toyota Kijang pada dekade 1970-an. Dari gagasan ini lahirlah di Indonesia jenis kendaraan bermotor niaga sederhana (KBNS) yang muncul dengan berbagai merek. 

Namun, dari sekitar lima merek KBNS yang muncul pada pertengahan dasawarsa 1970-an, hanya Toyota Kijang yang mampu bertahan dan berkembang. Jenis kendaraan itu diperkenalkan untuk pertama kalinya kepada masyarakat Indonesia pada 9 Juni 1977. 

Uniknya, hanya dalam waktu enam bulan sejak diperkenalkan, lebih dari 1.000 unit Toyota Kijang telah diproduksi dan hanya dalam waktu kurang dari dua tahun kemudian, unit yang ke-100 ribu dapat dicapai. 

“Saya ingin Indonesia, yang sebenarnya kaya akan tanahnya, alamnya, iklimnya, dan penduduknya yang beragam etnis, bisa bersatu, maju, dan tak kalah dengan bangsa lain,” kata William dalam memoarnya.

Baca juga: 8 Buku Sastra yang Menarik untuk Jadi Bahan Diskusi di Sekolah

Editor: Puput Ady Sukarno

SEBELUMNYA

Cerita Raline Shah Bangga Pakai Beskap dan Kain Batik di Cannes Film Festival 2024

BERIKUTNYA

5 Grup KPOP yang Pernah Tampil di The Kelly Clarkson Show Selain ATEEZ

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: