Gaya hidup planetary health diet ditandai dengan konsumsi makanan berbasis hewani yang rendah (Sumber gambar/ilustrasi: pexels/ Ella Olsson)

Planetary Health Diet, Pola Makan yang Sehat untuk Tubuh & Planet

12 June 2024   |   06:00 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Kesehatan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Salah satu cara untuk mencapainya adalah dengan memiliki gaya hidup yang sehat. Pada saat ini, salah satu gaya hidup yang ada dan diikuti oleh sejumlah orang adalah planetary health diet.

Dikutip dari laman Harvard T.H. Chan, School of Public Health, Komisi EAT- Lancet mengembangkan target ilmiah pertama di dunia untuk sistem pangan yang sehat dan berkelanjutan, termasuk diet kesehatan planet dengan kisaran konsumsi harian yang ditentukan untuk setiap kelompok makanan pada 2019.  

Pola makan ini dirancang agar fleksibel untuk mengakomodasi situasi lokal dan individu, tradisi, dan preferensi diet. Tanda gaya hidup diet kesehatan planet adalah dengan beragam makanan nabati berkualitas tinggi. Ini juga ditandai dengan konsumsi makanan yang berbasis hewani, gula tambahan, dan lemak tidak sehat dalam jumlah rendah. 

Baca juga: Diet Karnivor, Tren Kesehatan yang Menuai Kontroversi 

Dibuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan meningkatkan kesehatan, sambil tetap berada dalam batas-batas planet, para peneliti menemukan bahwa penerapan planetary health diet secara global akan memberikan manfaat kesehatan yang besar.

Studi pemodelan menunjukkan bahwa antara 10,9 hingga 11,6 juta kematian dini dapat dicegah setiap tahunnya, atau mengalami penurunan sebesar dari 19 persen hingga 23,6 persen dari angka kematian orang dewasa pada saat ini.

Jika dibandingkan dengan diet-diet yang ada saat ini, planetary health diet mengharuskan pengurangan konsumsi makanan global seperti daging merah dan gula hingga 50 peren. Sementara itu, konsumsi buah-buahan, kacang-kacangan, dan sayuran harus meningkat dua kali lipat.

Meskipun begitu, ditekankan pentingnya untuk melakukan penyesuaian target dengan situasi lokal. Masih dalam laman itu, pola makan manusia memiliki kaitan erat dengan kesehatan dan kelestarian lingkungan. Peningkatan produksi pangan selama 50 tahun terakhir telah  meningkatkan harapan hidup dan mengurangi kelaparan, angka kematian bayi dan anak, serta kemiskinan global.

Meskipun begitu, manfaat tersebut mulai bergerser seiring dengan peralihan pola makan yang tidak sehat. Seiring dengan urbanisasi dan penigkatan pendapatan masyarakat, pola makan tradisional yang biasanya mengonsumsi pangan nabati berkualitas lebih tinggi telah beralih ke pola pola makan ala Barat.

Pola makan ini ditandai dengan konsumsi tinggi kalori, makanan ultra proses (Karbohidrat olahan, tambahan gula, natrium, dan lemak tidak sehat), dan produk hewani dalam jumlah tinggi. 

Selain berdampak negatif terhadap kesehatan manusia yang terkait dengan transisi nutrisi ini, pola makan ini juga tidak berkelanjutan. Produksi pangan saat ini telah mendorong perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, polusi, dan perubahan drastis dalam penggunaan lahan dan air.

Berdasarkan World Resources Institute, produksi pangan hewani cenderung menghasilkan emisi gas rumah kaca yang lebih tinggi jika dibandingkan produksi pangan nabati.

Selain emisi, penting juga untuk dicatat bahwa produksi pangan memerlukan sumber daya alam yang sangat besar karena pertanian merupakan kontributor utama deforestasi, kepunahan spesies, pencemaran dan pengurangan air tawar. 

Baca juga: Begini Cara Diet yang Benar Berdasarkan Variasi Genetik

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Kolaborasi Tahilalats x One Piece Rayakan Ulang Tahun ke-25, Ada Pesan Buat Nakama Indonesia

BERIKUTNYA

ArtScience Museum Singapura Hadirkan 2 Pameran Bertema Perempuan

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: