Jurnalis Jakarta mengikuti workshop urban farming bersama Tanduria di Malang. (Foto: Dok. Tokopedia)

Memetik Inspirasi Bisnis dari Dua Tanipreneur Muda Asal Malang

09 June 2024   |   23:20 WIB
Image
Fajar Sidik Hypeabis.id

Pada era digital ini, banyak usaha pemula yang sukses berkat kejeliannya melihat persoalan di masyarakat sambil menghadirkan solusi sekaligus menciptakan rantai ekonomi yang kuat berbasis komunitas. Dalam memulai bisnisnya, mereka tidak sibuk mencari produk untuk dipasarkan, tapi naluri para entrepreneur muda ini justru lebih tertantang untuk menggali persoalan di lingkungan sekitar, baik di kalangan pelaku usaha maupun kelompok masyarakat tertentu.

Apalagi perhatian mereka juga seringkali terkait sektor strategis seperti pangan dan pertanian, di mana ancaman krisis pangan menjadi isu global yang membutuhkan kontribusi masyarakat untuk menghadirkan solusi-solusi berdampak bagi lingkungannya.

Baca juga: 5 Manfaat Kolaborasi dalam Berbisnis Buat Entrepreneur Muda

Inisiatif semacam itu pun coba diterapkan oleh dua entrepreneur muda di Malang, Jawa Timur yang jeli melihat problematika di sektor pertanian dan mengubahnya menjadi ladang bisnis yang menjanjikan.

Sosok entrepreneur pertanian (tanipreneur) itu ialah Andoni Pridata yang memberdayakan 120 peternakan lebah lewat brand Sarang Maduku, dan Habib Thabrani, pemuda yang aktif mengampanyekan pertanian urban lewat Tanduria.
 

Owner Sarang Maduku Andhoni (foto: hypeabis.is)

Owner Sarang Maduku Andhoni Pridata (foto: hypeabis.is)


Ditemui saat Media Gathering Tokopedia di Malang awal Juni ini, Andoni terbilang sukses membuat langkah kecil berdampak besar untuk menggangkat skala ekonomi para petani madu lokal yang menghadapi kendala pemasaran pada era digital ini.

Bermula pada 2019, sosok yang karib disapa Doni ini membuat keputusan besar dengan meninggalkan pekerjaannya di sebuah bank untuk menjadi entrepreneur.  

Sebagaimana umumnya mantan karyawan yang mencoba peruntungan berwirausaha, Doni memilih usaha berjualan, mulai dari menjajakan durian hingga pakaian gamis. Namun hasil berjualan secara konvensional itu tidak sesuai harapan.

Pengalaman awal itu pun cukup menantang jiwa kewirausahaannya untuk menciptakan peluang bisnis lain yang bernilai tambah serta berkelanjutan.  Pada titik ini, Doni melihat bahwa Indonesia merupakan salah satu negara penghasil madu lebah terbesar di dunia, tapi mayoritas peternak lokal masih terkendala masalah klasik.

Misalnya,  beberapa petani yang ditemuinya menghadapi keterbatasan dalam pemasaran, sehingga hasil produksinya tidak dapat diserap secara optimal. “Sebagian petani ada yang menyimpan madunya hingga berbulan-bulan. Padahal kualitas madu mereka murni,” katanya saat menerima kunjungan media bersama Tokopedia di Malang, Senin (3/6).

Dari situlah, Doni melihat peluang untuk mendukung pemasaran petani lokal di wilayahnya. Awal 2020, menjadi tonggak baru baginya untuk menekuni peternakan lebah madu.

Tentu saja, setiap fase awal pasti membutuhkan ongkos pembelajaran, di mana Doni menelan kerugian hingga puluhan juta karena kesalahan saat memilih mitra peternak.

Namun Doni tidak menyerah. Dia melanjutkan usaha membangun bisnis dengan modal seadanya. "Saya ingat sisa modal saat itu sekitar Rp500.000. Lalu dibelikan kotak sarang lebah itu seharga Rp50.000, dan hanya dapat 10 kotak," ujarnya.

Kali ini keberuntungan mulai berpihak. Hasil produksi madu bersama dua mitra petani lokal hanya sekitar 125 liter sebulan ternyata dapat diserap pasar. Bahkan permintaannya melonjak drastis bersamaan dengan merebaknya Covid-19 yang melanda sejak Maret 2020.

Selain berkembangnya kesadaran publik akan manfaat madu untuk daya tahan tubuh dan mempercepat penyembuhan Covid-19, Doni pun membuat sejumlah inisiatif untuk meyakinkan konsumen tentang kualitas madu produksinya.

Dengan memanfaatkan media sosial seperti TikTok, Doni membentuk tim kreator konten yang memberikan edukasi tentang tetek bengek peternakan lebah dan produksi madu miliknya, hingga menggaet ahli gizi untuk plan meal dalam program diet.

“Tantangan terbesar dalam pemasaran produk madu adalah meyakinkan konsumen akan kemurnian kandungannya. Selain membuat konten edukasi tentang ciri-ciri madu murni, kami juga memvalidasinya dengan hasil uji lab,” tegasnya.

Berkat konsistensinya membangun brand lewat konten di media sosial, serta upayanya memperkuat strategi pemasaran melalui platform e-commerce, kini Doni mampu meraup omzet hingga ratusan juta per bulan.

Tidak hanya dinikmati sendiri, jumlah itupun melibatkan 120 mitra peternak lebah di sejumlah daerah termasuk di Malang, Kediri, Pati, hingga Jambi dengan produksi mencapai lebih dari 30 ton madu sebulan.

“Ada 33 varian produk madu yang dihasilkan dari lebah ternak, lebah hutan, dan lebah klanceng. Omzetnya sekitar Rp200 juta per bulan atau sekitar Rp2 miliar per tahun. Selain di Pulau Jawa, pasarnya pun telah menembus Sumatra hingga Papua,” ujarnya.

Saat ini, Sarang Maduku terus mengembangkan produk madu dengan manfaat khusus untuk setiap jenis madunya. “Penjualan terbesar berasal dari e-commerce,” tegasnya.
 

Pendiri Tanduria Thabrani bersama Tokopedia Rizky Juanita Azuz saat workshop urban farming di Malang. 4 Juni 2024. (Foto: dok. Shop Tokopedia)

Pendiri Tanduria Habib Thabrani bersama External Communications Senior Lead Tokopedia Rizky Juanita Azuz saat workshop urban farming di Malang. 4 Juni 2024. (Foto: dok. Shop Tokopedia)


Urban Farming

Sementara itu, Habib Thabrani sebagai Founder Tanduria, sebuah merek dagang pertanian yang aktif mengampanyekan urban farming melalui TikTok dan media sosial lainnya, menyoroti serius tentang ketahanan pangan.

Menurutnya, Tanduria, terdiri dari kata tandur alias mengolah tanah dan kata ceria, hadir untuk mengajak masyarakat luas agar mencintai kegiatan berkebun sebagai bagian dari gaya hidup.

“Khususnya untuk warga perkotaan, dapat memanfaatkan halaman rumah, area atap dan lahan kosong lainnya untuk berkebun. Setidaknya hasil menanam itu dapat dikonsumsi sendiri,” katanya di Malang, Selasa (4/6). 

Dengan mengandalkan berbagi konten video urban farming, Thabrani bersama bersama 8 rekannya di Tanduria konsisten berbagi konten-konten edukasi dan pengalaman tentang bercocok tanam dengan konsep berkelanjutan.

Pria yang akrab disapa Mas Bon ini mengaku bahwa belum memperoleh hasil apapun secara bisnis selama 11 bulan pertama membangun Taduria. Namun, setelah melewati masa merintis itu, mulai terbuka berbagai peluang bisnis seiring dengan membesarnya komunitas urban farming yang mengikutinya.

Saat ini, Tanduria mampu menjual perlengkapan berkebun, termasuk media tanam, bibit, hingga pupuk organik cair. Selain itu, ada juga buku tutorial dan kursus online (e-course) seputar urban farming dengan target pasar untuk masyakat luas. “Penjualan paling banyak dari pupuk cair bisa ribuan liter per bulan. Adapun omzet rata-rata Rp300 juta, dan pada puncaknya bisa mencapai Rp500 juta sebulan.”
 

E-Commerce Communications Director ShopTokopedia Nuraini Razak (kanan) bersama Owner Sarang Maduku Andhoni Pridata saat media gathering di Malang, 3 Juni 2024.(Foto: hypeabis.id)

E-Commerce Communications Director ShopTokopedia Nuraini Razak (kanan) bersama Owner Sarang Maduku Andhoni Pridata saat media gathering di Malang, 3 Juni 2024.(Foto: hypeabis.id)


Berkat konsistensinya, saat ini Tanduria juga memiliki komunitas urban farming yang berjumlah 4.000 anggota. “Kami memang menyasar masyarakat nonpetani agar mau terjun dalam kegiatan urban farming. Tapi ada juga dengan mitra petani di Poncokusumo Malang, Pasuruan, Batu, dan Brastagi.

Baca juga: 4 Skill Dasar yang Harus Diasah Seorang Entrepreneur

Pada kesempatan itu, Nuraini Razak, E-Commerce Communications Director Shop Tokopedia mengatakan bahwa pihaknya terus mendukung pelaku UMKM lokal agar dapat memaksimalkan peluang bisnis lewat pemanfaatan teknologi.

“Saat ini, ada sekitar 21 juta penjual di Tokopedia dan Shop Tokopedia yang menjangkau 99% kecamatan di Indonesia. Melihat potensi itu, kami menggencarkan deretan inisiatif untuk mendorong perkembangan para pelaku usaha lokal,” katanya.

Beberapa inisiatif tersebut antara lain menggencarkan promo seperti double date hingga  kampanye Beli Lokal yang mengusung produk-produk merek UMKM agar bisa menjangkau pasar lebih luas.
 
Editor:  Puput Ady Sukarno

SEBELUMNYA

Hasil Final Indonesia Open 2024, China Borong 4 Gelar Juara

BERIKUTNYA

Hypereport: Mengulik Potensi Wisata Mistis, Pengemasan Narasi & Promosi Jadi Kunci

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: