Deretan Karya Seni Dunia yang Jadi Sasaran Protes Aktivis Perubahan Iklim
06 June 2024 |
07:30 WIB
Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah aktivis yang melakukan protes dengan cara merusak karya seni mahal, sebagai cara provokatif untuk memusatkan perhatian publik pada kebutuhan mendesak akan tindakan menyelamatkan lingkungan.
Aksi tersebut bertujuan untuk menarik perhatian dengan merusak karya seni yang berharga, memicu dialog tentang perubahan iklim dan meneriakkan slogan-slogan untuk menghentikan perusahaan-perusahaan besar yang semakin menguras sumber daya yang terbatas.
Baca juga: 5 Karya Maestro Lukis Sering Jadi Sasaran Protes, Mona Lisa hingga Death and Life
Terbaru, seorang aktivis iklim ditangkap oleh pihak kepolisian karena menempelkan poster berperekat pada lukisan karya Claude Monet di Musee d'Orsay di Paris, Prancis, pada Sabtu (1/6/2024) waktu setempat. Aksi itu dilakukan oleh sang aktivis untuk menyuarakan keresahannya terkait pemanasan global kepada publik luas.
Seperti diketahui, aktivis perempuan tersebut merupakan anggota Riposter Alimentaire (Food Response), sebuah kelompok aktivis lingkungan dan pembela produksi pangan berkelanjutan. Dia menempelkan poster berwarna merah darah di atas lukisan berjudul Coquelicots (Poppies) karya maestro Claude Monet, yang terpacak di Musee d'Orsay.
Aktivis yang tidak diketahui namanya itu mengatakan bahwa poster yang ditempelkan untuk menutupi lukisan Monet adalah versi gambaran buruk yang menanti dari lukisan tersebut, yang mewakili ladang bunga poppy pada 2100 mendatang jika warga dunia tidak segera sadar akan bahaya dari krisis iklim.
"Inilah yang mungkin digambarkan oleh Claude Monet pada 2100 jika tidak ada tindakan radikal yang diambil untuk menghentikan perubahan iklim pada saat itu," katanya dikutip dari video yang diunggah oleh Riposter Alimentaire di akun X @riposte_alim.
Dalam tuntutannya, Riposter Alimentaire juga menuliskan bahwa aksi mereka didasari pada perkiraan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang menyebut bahwa suhu Bumi akan naik lebih dari 4 derajat celcius pada 2100.
"Jika itu terjadi, maka Eropa Selatan akan menyerupai Sahara, salju akan hilang dari pegunungan Himalaya, dan monsun di India utara akan terganggu, sehingga berdampak besar pada pertaniannya. Daftar contoh-contoh mengerikan ini bisa jadi sangat panjang. Tidak ada seorang pun yang ingin hidup di dunia seperti itu," kata kelompok tersebut.
Sebelumnya, telah ada beberapa aksi serupa yang menggemparkan publik dunia khususnya di kalangan pencinta seni. Namun, aksi ini masih kontroversial karena menimbulkan dilema etika dan hukum serta tidak semua aktivis mendukung metode ini. Dihimpun dari berbagai sumber, berikut adalah sederet karya seni yang dirusak oleh aktivis perubahan iklim untuk menyuarakan protes mereka.
Lukisan Mona Lisa karya Leonardo da Vinci yang dipajang di museum Louvre di Paris, Prancis, menjadi karya seni yang sering dijadikan sasaran aksi protes para aktivis iklim. Pada 28 Januari 2024, dua aktivis dari Riposte Alimentaire melemparkan sup berwarna oranye ke mahakarya Mona Lisa yang dibuat pada abad ke-16 itu. Beruntung, lukisan tersebut memang telah dilapisi kaca antipeluru sejak banyaknya aksi serupa.
"Apa yang lebih penting? Seni atau hak untuk memiliki sistem pangan yang sehat dan berkelanjutan? Sistem pertanian kami sedang sakit," kata aktivis tersebut.
Sebelumnya, pada Mei 2021, seorang aktivis perubahan iklim yang menyamar sebagai wanita lanjut usia berkursi roda mencoba merusak lukisan Mona Lisa dengan mengolesi kue pada lukisan tersebut. Lantaran penyaramannya itu, aktivis itu memperoleh akses dekat ke lukisan Mona Lisa di lokasi prioritas di dekat lukisan itu. Ketika sudah cukup dekat, dia turun dari kursi roda dan mengoleskan kue di atas kaca antipeluru yang melindungi lukisan itu.
Dua aktivis dari kelompok Just Stop Oil memecahkan kaca yang melindungi karya seni Rokeby Venus (1647) karya Diego Velazquez yang dipajang di The National Gallery di London, pada 6 November 2023. Kaca lukisan tersebut mengalami kerusakan setelah kedua aktivis itu memukulnya empat hingga lima kali menggunakan palu pengaman. Akibat aksi itu, mereka pun ditahan oleh pihak kepolisian setempat.
Pada Oktober 2022, dua aktivis iklim dari kelompok Last Generation melemparkan kentang tumbuk ke atas lukisan Grainstack (1890) karya Claude Monet yang dipacak di Museum Barberini, Potsdam, Jerman. Namun, lukisan itu tidak mengalami kerusakan karena telah dilapisi oleh kaca.
Kedua aktivis itu mengungkapkan bahwa mereka ingin menyadarkan masyarakat akan urgensi situasi terkait perubahan iklim. Mereka juga mengungkapkan rasa frustasinya lantaran menurut mereka orang-orang di dunia lebih peduli dengan kerusakan lukisan, alih-alih memikirkan keberlangsungan planet Bumi yang sudah rusak. Meski tidak menyebabkan kerusakan apapun, kedua aktivis itu tetap ditangkap oleh kepolisian setempat.
Dalam tuntutannya, kedua aktivis itu menyerukan protesnya agar publik lebih peduli dengan keberlangsungan kehidupan di planet Bumi. "Krisis biaya hidup adalah bagian dari dampak krisis minyak, bahan bakar tidak terjangkau oleh jutaan keluarga yang kedinginan dan kelaparan. Mereka bahkan tidak mampu memanaskan sekaleng sup," kata aktivis tersebut.
Pada November 2022, tiga aktivis iklim ditangkap setelah menggunakan lukisan The Scream (1893) karya Edvard Munch yang dipacak di The National Museum, Oslo, Norwegia. Dua orang dari mereka diduga mencoba menempelkan diri pada lukisan terkenal tersebut, sementara satu orang lainnya merekam aksi tersebut.
Lantaran aksi itu, terdapat sisa lem yang tertinggal di dudukan kaca tetapi tidak ada kerusakan yang terjadi pada lukisan tersebut. Ketiga aktivis itu berasal dari organisasi Stopp Oljeletinga yang berarti Hentikan Eksplorasi Minyak. Mereka ingin menekan politisi di Norwegia terutama produsen utama minyak dan gas lepas pantai untuk menghentikan eksploitasi sumber minyak.
Lukisan berjudul Stumps and Sky karya Emily Carr yang dibuat tahun 1934 menjadi sasaran protes aktivis iklim di Galeri Seni Vancouver, Kanada, pada 12 November 2022. Mereka menyiramkan sirup maple ke lukisan tersebut untuk menarik perhatian publik terhadap darurat iklim global.
Aktivis dari kelompok Stop Fracking Around itu menuntut diakhirinya proyek Jalur Pipa GasLink Pesisir yang dibangun dari Dawson Creek hingga Kitimat di pantai utara BC. Kelompok tersebut menargetkan karya seni sebagai media protes karena menilai terlalu sedikit upaya yang dilakukan untuk menghentikan kemajuan perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.
Dua aktivis yang tergabung dalam kelompok Last Generation melamparkan cairan hitam ke lukisan berjudul Life and Death karya Gustav Klimt (1915) pada November 2022 di Museum Leopold, Wina, Austria. Setelah melemparkan cairan itu ke atas lukisan, seorang dari mereka menempelkan dirinya pada kaca yang melindungi lukisan tersebut. Mereka menuntut penyetopan penghancuran bahan bakar fosil agar dunia tak berubah menjadi neraka iklim.
Baca juga: Fakta Unik di Balik Lukisan Fenomenal The Scream Karya Edvard Munch
Editor: Dika Irawan
Aksi tersebut bertujuan untuk menarik perhatian dengan merusak karya seni yang berharga, memicu dialog tentang perubahan iklim dan meneriakkan slogan-slogan untuk menghentikan perusahaan-perusahaan besar yang semakin menguras sumber daya yang terbatas.
Baca juga: 5 Karya Maestro Lukis Sering Jadi Sasaran Protes, Mona Lisa hingga Death and Life
Terbaru, seorang aktivis iklim ditangkap oleh pihak kepolisian karena menempelkan poster berperekat pada lukisan karya Claude Monet di Musee d'Orsay di Paris, Prancis, pada Sabtu (1/6/2024) waktu setempat. Aksi itu dilakukan oleh sang aktivis untuk menyuarakan keresahannya terkait pemanasan global kepada publik luas.
Seperti diketahui, aktivis perempuan tersebut merupakan anggota Riposter Alimentaire (Food Response), sebuah kelompok aktivis lingkungan dan pembela produksi pangan berkelanjutan. Dia menempelkan poster berwarna merah darah di atas lukisan berjudul Coquelicots (Poppies) karya maestro Claude Monet, yang terpacak di Musee d'Orsay.
Aktivis yang tidak diketahui namanya itu mengatakan bahwa poster yang ditempelkan untuk menutupi lukisan Monet adalah versi gambaran buruk yang menanti dari lukisan tersebut, yang mewakili ladang bunga poppy pada 2100 mendatang jika warga dunia tidak segera sadar akan bahaya dari krisis iklim.
"Inilah yang mungkin digambarkan oleh Claude Monet pada 2100 jika tidak ada tindakan radikal yang diambil untuk menghentikan perubahan iklim pada saat itu," katanya dikutip dari video yang diunggah oleh Riposter Alimentaire di akun X @riposte_alim.
ACTION EN COURS - PARIS
— Riposte Alimentaire (@riposte_alim) June 1, 2024
Samedi 1er Juin, 10h
Une citoyenne engagée avec la campagne Riposte Alimentaire a recouvert le tableau "Les Coquelicots” d'une version cauchemardesque du même tableau, représentant un champ de coquelicots en 2100. #A22Network #RiposteAlimentaire [1] pic.twitter.com/SpHbfuTI0r
Dalam tuntutannya, Riposter Alimentaire juga menuliskan bahwa aksi mereka didasari pada perkiraan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang menyebut bahwa suhu Bumi akan naik lebih dari 4 derajat celcius pada 2100.
"Jika itu terjadi, maka Eropa Selatan akan menyerupai Sahara, salju akan hilang dari pegunungan Himalaya, dan monsun di India utara akan terganggu, sehingga berdampak besar pada pertaniannya. Daftar contoh-contoh mengerikan ini bisa jadi sangat panjang. Tidak ada seorang pun yang ingin hidup di dunia seperti itu," kata kelompok tersebut.
Sebelumnya, telah ada beberapa aksi serupa yang menggemparkan publik dunia khususnya di kalangan pencinta seni. Namun, aksi ini masih kontroversial karena menimbulkan dilema etika dan hukum serta tidak semua aktivis mendukung metode ini. Dihimpun dari berbagai sumber, berikut adalah sederet karya seni yang dirusak oleh aktivis perubahan iklim untuk menyuarakan protes mereka.
1. Mona Lisa karya Leonardo da Vinci
(Sumber foto: ripostealimentaire)
"Apa yang lebih penting? Seni atau hak untuk memiliki sistem pangan yang sehat dan berkelanjutan? Sistem pertanian kami sedang sakit," kata aktivis tersebut.
Sebelumnya, pada Mei 2021, seorang aktivis perubahan iklim yang menyamar sebagai wanita lanjut usia berkursi roda mencoba merusak lukisan Mona Lisa dengan mengolesi kue pada lukisan tersebut. Lantaran penyaramannya itu, aktivis itu memperoleh akses dekat ke lukisan Mona Lisa di lokasi prioritas di dekat lukisan itu. Ketika sudah cukup dekat, dia turun dari kursi roda dan mengoleskan kue di atas kaca antipeluru yang melindungi lukisan itu.
Activists throw soup over Mona Lisa painting pic.twitter.com/q4mQHTcsad
— Crime Net (@TRIGGERHAPPYV1) March 5, 2024
2. Rokeby Venus karya Diego Velazquez
Dua aktivis dari kelompok Just Stop Oil memecahkan kaca yang melindungi karya seni Rokeby Venus (1647) karya Diego Velazquez yang dipajang di The National Gallery di London, pada 6 November 2023. Kaca lukisan tersebut mengalami kerusakan setelah kedua aktivis itu memukulnya empat hingga lima kali menggunakan palu pengaman. Akibat aksi itu, mereka pun ditahan oleh pihak kepolisian setempat.
3. Grainstack karya Claude Monet
Pada Oktober 2022, dua aktivis iklim dari kelompok Last Generation melemparkan kentang tumbuk ke atas lukisan Grainstack (1890) karya Claude Monet yang dipacak di Museum Barberini, Potsdam, Jerman. Namun, lukisan itu tidak mengalami kerusakan karena telah dilapisi oleh kaca.Kedua aktivis itu mengungkapkan bahwa mereka ingin menyadarkan masyarakat akan urgensi situasi terkait perubahan iklim. Mereka juga mengungkapkan rasa frustasinya lantaran menurut mereka orang-orang di dunia lebih peduli dengan kerusakan lukisan, alih-alih memikirkan keberlangsungan planet Bumi yang sudah rusak. Meski tidak menyebabkan kerusakan apapun, kedua aktivis itu tetap ditangkap oleh kepolisian setempat.
Activists with @JustStop_Oil have thrown tomato soup on Van Gogh’s Sunflowers at the national Gallery and glued themselves to the wall. pic.twitter.com/M8YP1LPTOU
— Damien Gayle (@damiengayle) October 14, 2022
4. Sunflower karya Vincent van Gogh
Pada Oktober 2022, dua aktivis iklim dari kelompok Just Stop Oil melemparkan sup tomat ke atas lukisan Sunflower karya Vincent van Gogh yang dipajang di The National Gallery di London, Inggris. Meski demikian, lukisan yang dibuat pada tahun 1887 itu tidak mengalami kerusakan karena dilindungi dengan penutup kaca.Dalam tuntutannya, kedua aktivis itu menyerukan protesnya agar publik lebih peduli dengan keberlangsungan kehidupan di planet Bumi. "Krisis biaya hidup adalah bagian dari dampak krisis minyak, bahan bakar tidak terjangkau oleh jutaan keluarga yang kedinginan dan kelaparan. Mereka bahkan tidak mampu memanaskan sekaleng sup," kata aktivis tersebut.
5. The Scream karya Edvard Munch
Pada November 2022, tiga aktivis iklim ditangkap setelah menggunakan lukisan The Scream (1893) karya Edvard Munch yang dipacak di The National Museum, Oslo, Norwegia. Dua orang dari mereka diduga mencoba menempelkan diri pada lukisan terkenal tersebut, sementara satu orang lainnya merekam aksi tersebut.Lantaran aksi itu, terdapat sisa lem yang tertinggal di dudukan kaca tetapi tidak ada kerusakan yang terjadi pada lukisan tersebut. Ketiga aktivis itu berasal dari organisasi Stopp Oljeletinga yang berarti Hentikan Eksplorasi Minyak. Mereka ingin menekan politisi di Norwegia terutama produsen utama minyak dan gas lepas pantai untuk menghentikan eksploitasi sumber minyak.
6. Stumps and Sky karya Emily Carr
Lukisan berjudul Stumps and Sky karya Emily Carr yang dibuat tahun 1934 menjadi sasaran protes aktivis iklim di Galeri Seni Vancouver, Kanada, pada 12 November 2022. Mereka menyiramkan sirup maple ke lukisan tersebut untuk menarik perhatian publik terhadap darurat iklim global.Aktivis dari kelompok Stop Fracking Around itu menuntut diakhirinya proyek Jalur Pipa GasLink Pesisir yang dibangun dari Dawson Creek hingga Kitimat di pantai utara BC. Kelompok tersebut menargetkan karya seni sebagai media protes karena menilai terlalu sedikit upaya yang dilakukan untuk menghentikan kemajuan perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.
7. Life and Death karya Gustav Klimt
Dua aktivis yang tergabung dalam kelompok Last Generation melamparkan cairan hitam ke lukisan berjudul Life and Death karya Gustav Klimt (1915) pada November 2022 di Museum Leopold, Wina, Austria. Setelah melemparkan cairan itu ke atas lukisan, seorang dari mereka menempelkan dirinya pada kaca yang melindungi lukisan tersebut. Mereka menuntut penyetopan penghancuran bahan bakar fosil agar dunia tak berubah menjadi neraka iklim.Baca juga: Fakta Unik di Balik Lukisan Fenomenal The Scream Karya Edvard Munch
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.