Seorang aktivis iklim ditangkap oleh pihak kepolisian karena menempelkan poster berperekat pada lukisan karya Claude Monet di Musee d'Orsay di Paris, Prancis, pada Sabtu (1/6/2024) waktu setempat. (Sumber gambar: Riposter Alimentaire/X)

Serukan Pemanasan Global, Aktivis Rusak Lukisan Poppies Claude Monet di Paris

04 June 2024   |   16:23 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Seorang aktivis iklim ditangkap oleh pihak kepolisian karena menempelkan poster berperekat pada lukisan karya Claude Monet di Musee d'Orsay di Paris, Prancis, pada Sabtu (1/6/2024) waktu setempat. Aksi itu dilakukan oleh sang aktivis untuk menyuarakan keresahannya terkait pemanasan global kepada publik luas.

Diketahui, aktivis perempuan tersebut merupakan anggota Riposter Alimentaire (Food Response), sebuah kelompok aktivis lingkungan dan pembela produksi pangan berkelanjutan. Dalam video yang diunggah di akun X kelompok tersebut, tampak seorang perempuan mengenakan blazer abu-abu dan celana coklat menempelkan poster berwarna merah darah di atas lukisan berjudul Coquelicots (Poppies) karya maestro Claude Monet, yang terpacak di Musee d'Orsay.

Baca juga :  K-washing, Fanbase K-Pop Bersatu Memprotes Komitmen Iklim dari Brand Fashion Tersohor

Aktivis yang tidak diketahui namanya itu mengatakan bahwa poster yang dia tempelkan untuk menutupi lukisan Monet adalah versi gambaran buruk yang menanti dari lukisan tersebut, yang mewakili ladang bunga poppy pada tahun 2100 mendatang jika warga dunia tidak segera sadar akan bahaya dari krisis iklim.

"Inilah yang mungkin digambarkan oleh Claude Monet pada tahun 2100 jika tidak ada tindakan radikal yang diambil untuk menghentikan perubahan iklim pada saat itu," demikian tulis Riposter Alimentaire dikutip dari akun X @riposte_alim.
 


Diketahui, lukisan Coquelicots (Poppies) karya Claude Monet yang dibuat tahun 1873 adalah salah satu karya sang maestro yang paling terkenal di dunia. Lukisan bergaya impresionisme ini menampilkan suasana cerah di ladang pada hari musim panas.

Lukisannya menampilkan sebuah hamparan ladang luas warna hijau dipenuhi bunga-bunga berwarna merah, dengan langit biru yang cerah. Dalam lanskap indah itu, terdapat ibu dan anak yang tengah berjalan di ladang luas tersebut. Lukisan itu dibuat Monet ketika dia kembali dari Inggris pada 1871, dan menetap di Argenteuil hingga tahun 1878.

Pemandangan indah yang dilukis Monet diketahui merupakan lanskap cerah di kawasan sekitar rumahnya, dan sosok ibu dan anak di lukisan itu disinyalir adalah istri Monet yang bernama Camille dan putra mereka yang bernama Jean. 
 

F

Coquelicots (Poppies), 1873, Claude Monet. (Sumber gambar: Wikimedia Commons)

Dalam tuntutannya, Riposter Alimentaire juga menuliskan bahwa aksi mereka didasari pada perkiraan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang menyebut bahwa suhu Bumi akan naik lebih dari 4 derajat celcius pada tahun 2100. 

"Jika itu terjadi, maka Eropa Selatan akan menyerupai Sahara, salju akan hilang dari pegunungan Himalaya, dan monsun di India utara akan terganggu, sehingga berdampak besar pada pertaniannya. Daftar contoh-contoh mengerikan ini bisa jadi sangat panjang. Tidak ada seorang pun yang ingin hidup di dunia seperti itu," kata kelompok tersebut.

Seiring dengan tuntutan itu, mereka pun menyerukan kepada publik untuk menjalani sistem pertanian yang lebih ramah lingkungan, guna meminimalisir 21 persen emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari aktivitas pertanian secara nasional. 

Menurut mereka, sistem pertanian saat ini telah mengeksploitasi berlebihan terhadap sumber daya air bersih. Pada saat yang sama, model tersebut juga didukung oleh aturan negara yang terus-menerus merugikan sumber daya dan keanekaragaman hayati.

Pasca aksi tersebut, seorang ahli restorasi memerisa lukisan itu dan menyebutkan bahwa tidak ada kerusakan permanen yang terjadi sebagaimana dilaporkan oleh France24. Meski demikian, pihak museum akan mengajukan tuntutan pidana terhadap aktivis tersebut. "Pameran ini dapat diakses kembali oleh publik sepenuhnya," kata seorang juru bicara museum tersebut.

Aktivis perempuan itu pun ditahan oleh kantor kejaksaan Paris karena dianggap melakukan pengrusakan karya yang disengaja, sebagaimana dilaporkan oleh Gulf Today. Riposte Alimentaire mengaku bertanggung jawab atas beberapa serangan seni di Prancis dalam upaya menarik perhatian publik terhadap isu krisis iklim dan memburuknya kualitas makanan.

Diketahui, ini bukan aksi pertama yang dilakukan oleh para aktivis di kelompok Riposte Alimentaire. Sebelumnya, dua aktivis dari kelompok itu melemparkan sup ke lukisan Mona Lisa karya maestro Leonardo da Vinci di Museum Louvre. Beruntung, lukisan itu dilapisi kaca antipeluru. Kedua aktivis itupun dijatuhi hukuman oleh pengadilan Paris.

Pada Februari 2024, aktivis Riposte Alimentaire juga melemparkan sup ke lukisan Monet lainnya yang berjudul Springtime di Lyon, Prancis tenggara. Bulan lalu tepatnya pada Mei 2024, para aktivis kelompok tersebut menempelkan brosur di sekitar lukisan Liberty Leading the People karya Eugene Delacroix di Louvre. Pada bulan April, dua anggota ditangkap di Musee d'Orsay, karena dicurigai sedang mempersiapkan aksi di sana.

Riposte Alimentaire menyebut dirinya sebagai gerakan perlawanan sipil Prancis yang bertujuan untuk memacu perubahan sosial yang radikal bagi lingkungan dan masyarakat. "Kami mencintai seni, tetapi seniman masa depan tidak akan punya apa-apa untuk dilukis di planet yang sedang terbakar ini," tegas kelompok tersebut. 

Baca juga ; 5 Karya Maestro Lukis Sering Jadi Sasaran Protes, Mona Lisa hingga Death and Life

Editor : Puput Ady Sukarno
 

SEBELUMNYA

Antisipasi Lonjakan Permintaan Saat Libur Hari Raya Iduladha, KAI Operaikan 18 KA Tambahan

BERIKUTNYA

5 Tips Agar Makanan Gorengan Tetap Crispy dalam Waktu Lama

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: