Profil Hamdan Ballal, Sutradara Film Dokumenter Palestina No Other Land
25 March 2025 |
13:14 WIB
Hamdan Ballal, sutradara Palestina pemenang Oscar berkat film No Other Land, dilaporkan hilang dan ditahan oleh tentara Israel di Tepi Barat setelah diserang oleh pemukim Israel pada Senin (24/3/2025) malam. Hal ini diketahui dari Yuval Abraham, rekan sesama sutradara Palestina, yang mengabarkan informasi tersebut melalui unggahan di akun X pribadinya.
"Sekelompok pemukim [Israel] baru saja menghakimi Hamdan Ballal, salah satu sutradara film kami No Other Land. Mereka memukulinya dan dia mengalami luka di kepala dan perutnya, berdarah. Tentara menyerbu ambulans yang dia panggil dan membawanya. Tidak ada tanda-tanda keberadaannya sejak saat itu," cuit Yuval, Senin (24/3/2025).
Baca juga: 5 Fakta Film Dokumenter No Other Land Karya Sutradara Palestina dan Israel Peraih Piala Oscar 2025
Seorang saksi bernama Joseph Kaplan Weinger (26) yang berada di lokasi kejadian, mengatakan bahwa Hamdan Ballal diserang di Susya, desa asalnya, oleh sedikitnya 20 orang bertopeng. Sebagian besar dari mereka merupakan remaja yang bersenjata batu, tongkat, dan pisau, sebagaimana dilaporkan oleh New York Times.
Tidak jelas apa yang memicu serangan tersebut, namun kelompok itu menyerbu Susya yang berada di sebelah selatan Hebron, dan menyerang penduduk Tepi Barat saat mereka berbuka puasa selama bulan suci Ramadan. Beberapa orang meneriakkan ucapan selamat hari raya sambil mengejek, kata Weinger.
Ballal dilaporkan menjadi salah satu dari tiga warga Palestina yang ditahan, menurut para saksi dan militer Israel. Leah Zemel, seorang pengacara yang mewakili para tahanan, mengatakan ketiga warga Palestina ditahan di sebuah pusat militer untuk perawatan medis sebelum diinterogasi, tetapi dia tidak mengetahui alasan penahanan mereka.
Merespons kejadian tersebut, International Documentary Association (IDA) menuntut pembebasan Ballal segera, serta publik diberi tahu terkait kondisinya. "Kami menuntut pembebasan Ballal segera dan agar keluarga serta masyarakat diberitahu tentang kondisinya, lokasi, dan alasan penahanannya," demikian pernyataan IDA.
Serangan terhadap Ballal terjadi saat militer Israel melakukan penggerebekan besar-besaran di Tepi Barat, yang disebut sebagai upaya untuk menindak kelompok militan. Sejak Januari 2025, operasi yang difokuskan di Tepi Barat utara telah memaksa lebih dari 40.000 warga Palestina meninggalkan rumah mereka. Hal ini menjadikan pengungsian warga sipil terbesar di wilayah tersebut sejak perang Arab-Israel tahun 1967.
Nama Hamdan Ballal dikenal publik dunia berkat film dokumenter No Other Land yang berhasil menyabet penghargaan Best Documentary Feature Film di ajang Academy Awards ke-97 atau Piala Oscar 2025.
Dia menggarap film tersebut bersama tiga sutradara lainnya yakni Basel Adra, Yuval Abraham, dan Rachel Szor, yang tergabung dalam kolektif empat aktivis Palestina-Israel.
Film No Other Land yang direkam antara 2019 dan 2023 mendokumentasikan pemindahan paksa yang dilakukan oleh militer Israel di Masafer Yatta, sebuah wilayah di Tepi Barat, yang merupakan tempat asal Basel Adra. Film itu mendokumentasikan potret masyarakat Palestina di tengah upaya penggusuran oleh otoritas dan pemukim Israel.
No Other Land merekam penghancuran yang dilakukan di Masafer Yatta, di mana tentara Israel merobohkan rumah-rumah dan mengusir penduduk setempat untuk menegakkan perintah pengadilan yang menyatakan bahwa daerah itu diklaim sebagai zona tembak militer Israel adalah sah menurut hukum Israel.
Hamdan Ballal sendiri merupakan petani, fotografer, sekaligus aktivis hak asasi manusia asal Susiya, sebuah desa di Tepi Barat. Sebagai aktivis hak asasi manusia, dia tergabung sebagai anggota inisiatif "Humans of Masafer Yatta", yang menyoroti kisah-kisah pribadi dari wilayah tersebut.
Pria kelahiran 1989 itu juga menjadi sukarelawan sebagai peneliti lapangan untuk organisasi hak asasi manusia termasuk B'Tselem, yang mendokumentasikan pelanggaran hak asasi manusia terkait pendudukan Israel di Tepi Barat.
Baca juga: Dokumenter tentang Palestina No Other Land Tayang di Bioskop 7 Maret 2025
Nama Ballal dikenal publik global setelah membuat film No Other Land yang mendapatkan pujian kritis di sejumlah ajang festival film bergengsi internasional. No Other Land adalah film pertama Ballal, yang digarap bersama tiga sutradara lainnya selama 5 tahun.
Tak hanya di ajang Piala Oscar, No Other Land juga berhasil menyabet penghargaan sebagai Dokumenter Terbaik di International Documentary Association 2024, Berlin International Film Festival 2024, dan British Academy Film Awards 2025.
"Sekelompok pemukim [Israel] baru saja menghakimi Hamdan Ballal, salah satu sutradara film kami No Other Land. Mereka memukulinya dan dia mengalami luka di kepala dan perutnya, berdarah. Tentara menyerbu ambulans yang dia panggil dan membawanya. Tidak ada tanda-tanda keberadaannya sejak saat itu," cuit Yuval, Senin (24/3/2025).
Baca juga: 5 Fakta Film Dokumenter No Other Land Karya Sutradara Palestina dan Israel Peraih Piala Oscar 2025
Seorang saksi bernama Joseph Kaplan Weinger (26) yang berada di lokasi kejadian, mengatakan bahwa Hamdan Ballal diserang di Susya, desa asalnya, oleh sedikitnya 20 orang bertopeng. Sebagian besar dari mereka merupakan remaja yang bersenjata batu, tongkat, dan pisau, sebagaimana dilaporkan oleh New York Times.
Tidak jelas apa yang memicu serangan tersebut, namun kelompok itu menyerbu Susya yang berada di sebelah selatan Hebron, dan menyerang penduduk Tepi Barat saat mereka berbuka puasa selama bulan suci Ramadan. Beberapa orang meneriakkan ucapan selamat hari raya sambil mengejek, kata Weinger.
A group of settlers just lynched Hamdan Ballal, co director of our film no other land. They beat him and he has injuries in his head and stomach, bleeding. Soldiers invaded the ambulance he called, and took him. No sign of him since.
— Yuval Abraham (@yuval_abraham) March 24, 2025
Ballal dilaporkan menjadi salah satu dari tiga warga Palestina yang ditahan, menurut para saksi dan militer Israel. Leah Zemel, seorang pengacara yang mewakili para tahanan, mengatakan ketiga warga Palestina ditahan di sebuah pusat militer untuk perawatan medis sebelum diinterogasi, tetapi dia tidak mengetahui alasan penahanan mereka.
Merespons kejadian tersebut, International Documentary Association (IDA) menuntut pembebasan Ballal segera, serta publik diberi tahu terkait kondisinya. "Kami menuntut pembebasan Ballal segera dan agar keluarga serta masyarakat diberitahu tentang kondisinya, lokasi, dan alasan penahanannya," demikian pernyataan IDA.
Serangan terhadap Ballal terjadi saat militer Israel melakukan penggerebekan besar-besaran di Tepi Barat, yang disebut sebagai upaya untuk menindak kelompok militan. Sejak Januari 2025, operasi yang difokuskan di Tepi Barat utara telah memaksa lebih dari 40.000 warga Palestina meninggalkan rumah mereka. Hal ini menjadikan pengungsian warga sipil terbesar di wilayah tersebut sejak perang Arab-Israel tahun 1967.
Profil Hamdan Ballal
Nama Hamdan Ballal dikenal publik dunia berkat film dokumenter No Other Land yang berhasil menyabet penghargaan Best Documentary Feature Film di ajang Academy Awards ke-97 atau Piala Oscar 2025.Dia menggarap film tersebut bersama tiga sutradara lainnya yakni Basel Adra, Yuval Abraham, dan Rachel Szor, yang tergabung dalam kolektif empat aktivis Palestina-Israel.
Film No Other Land yang direkam antara 2019 dan 2023 mendokumentasikan pemindahan paksa yang dilakukan oleh militer Israel di Masafer Yatta, sebuah wilayah di Tepi Barat, yang merupakan tempat asal Basel Adra. Film itu mendokumentasikan potret masyarakat Palestina di tengah upaya penggusuran oleh otoritas dan pemukim Israel.
No Other Land merekam penghancuran yang dilakukan di Masafer Yatta, di mana tentara Israel merobohkan rumah-rumah dan mengusir penduduk setempat untuk menegakkan perintah pengadilan yang menyatakan bahwa daerah itu diklaim sebagai zona tembak militer Israel adalah sah menurut hukum Israel.
Hamdan Ballal sendiri merupakan petani, fotografer, sekaligus aktivis hak asasi manusia asal Susiya, sebuah desa di Tepi Barat. Sebagai aktivis hak asasi manusia, dia tergabung sebagai anggota inisiatif "Humans of Masafer Yatta", yang menyoroti kisah-kisah pribadi dari wilayah tersebut.
Pria kelahiran 1989 itu juga menjadi sukarelawan sebagai peneliti lapangan untuk organisasi hak asasi manusia termasuk B'Tselem, yang mendokumentasikan pelanggaran hak asasi manusia terkait pendudukan Israel di Tepi Barat.
Baca juga: Dokumenter tentang Palestina No Other Land Tayang di Bioskop 7 Maret 2025
Nama Ballal dikenal publik global setelah membuat film No Other Land yang mendapatkan pujian kritis di sejumlah ajang festival film bergengsi internasional. No Other Land adalah film pertama Ballal, yang digarap bersama tiga sutradara lainnya selama 5 tahun.
Tak hanya di ajang Piala Oscar, No Other Land juga berhasil menyabet penghargaan sebagai Dokumenter Terbaik di International Documentary Association 2024, Berlin International Film Festival 2024, dan British Academy Film Awards 2025.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.