Ilustrasi maneki berbentuk humanoid (Sumber foto: unsplash.com/@christianlue)

Mengenal Uncanny Valley, Fenomena Menyeramkan yang Ramai di TikTok

03 June 2024   |   13:48 WIB
Image
Arindra Fachri Satria Pradana Mahasiswa Mass Communication BINUS University

Pernahkah Genhype mendapati perasaan tidak nyaman saat melihat sesuatu yang menyerupai manusia, tapi bukan manusia? Fenomena ini disebut sebagai uncanney valley, yang hingga kini masih menjadi sesuatu yang sangat misterius. Namun yang jelas, konsep ini sangat populer dan sering dibahas di media sosial TikTok. 

Ternyata kalimat uncanny valley pertama kali dijelaskan oleh profesor robotik asal Jepang, Masahiro Mori pada 1970. Kala itu, dia menulis sebuah esai dalam bahasa Jepang bertajuk "Bukimi no Tani," yang diterjemahkan menjadi uncanny valley atau lembah yang menakutkan.

Maksud dari “lembah” yang dijelaskan adalah kurva penurunan yang tajam dalam grafik yang Masahiro sertakan dalam esai miliknya. 

Baca juga: Makna di Balik Meme TikTok Galvanized Steel and Eco-Friendly Wood Veneers
 

(Sumber: Britannica)

Grafik Uncanny Valley (Sumber foto: Britannica)

Melansir Tech Target, saat masih kecil Masahiro suka melihat patung-patung lilin, dan mendapat perasaan yang aneh dan tidak nyaman. Persis seperti yang dirasakan saat berinteraksi dan meneliti robot-robot yang dia ciptakan. Sehingga dia terinspirasi untuk membuat esai tersebut guna menjelaskan fenomena ini lebih lanjut. 

Meski awalnya dikhususkan untuk penampilan dari robot yang menyerupai manusia, kini frasa tersebut juga dapat diaplikasikan terhadap obyek apa pun dengan penampilan yang menyerupai manusia, seperti patung, gambar, robot, dan obyek-obyek lainnya. 

Namun obyek yang sering kali dikaitkan dengan fenomena ini adalah animatronik, boneka mekatronik yang dikendalikan oleh mesin untuk bergerak layaknya makhluk hidup. Khususnya boneka-boneka yang mirip manusia (humanoid), biasanya terbuat dari rangka endoskeleton dan kulit silikon sehingga punya gerakan sampai ekspresi yang akurat. 

Selain barang fisik, ternyata fenomena uncanny valley juga dapat diterapkan ke aset virtual seperti animasi. Pada 2001, pemutaran awal film animasi Shrek menampilkan model Princess Fiona dengan hasil render yang terlalu realistis.

Menurut beberapa pengguna Reddit yang menonton film ini di bioskop, fenomena ini bahkan membuat beberapa anak kecil menangis ketakutan. 
 

Perkembangan teknologi yang pesat juga berkontribusi pada intensitas uncanny valley, bahkan merembet ke faktor-faktor di luar penampilan saja. Fitur voice conversations yang dimiliki oleh ChatGPT 4.0 adalah salah satu bentuk baru dari fenomena ini, di mana kecerdasan buatan kini dapat dengan sempurna meniru suara, intonasi, dan tingkah laku manusia saat berbicara. 

Lantas apa penjelasan fenomena uncanny valley menurut psikologi? Ahli saraf Dr Fabian Grabenhorst dari Cambridge University, dan Professor Astrid Rosenthal-von der Pütten dari RWTH Aachen University telah melakukan penelitian untuk mengetahui “sumber” dari fenomena uncanny valley pada otak manusia. 

Dalam penelitian tersebut, para partisipan akan diberikan foto-foto dari berbagai “agen” yang mencakup manusia, manusia buatan, robot android, robot humanoid, dan robot mekanoid, dan menilai mereka berdasarkan kemiripannya dengan manusia normal. Kemudian para partisipan akan memilih agen mana yang paling dipercayai, untuk memberi sebuah hadiah. 

Melansir dari Cambridge University, para peneliti menemukan bahwa partisipan umumnya lebih menyukai hadiah dari manusia atau dari agen buatan sangat mirip dengan manusia. Dengan mengukur aktivitas otak selama tes, para peneliti menemukan bahwa bagian otak manusia yang paling aktif adalah bagian yang memproses dan mengevaluasi isyarat sosial, yaitu ventromedial prefrontal cortex (VMPFC). 

Selain itu, bagian amygdala juga tercatat sangat aktif pada partisipan yang menolak keras hadiah dari agen dengan penampilan yang paling tidak mirip manusia.

“Jadi, jika anda merasa bahwa agen buatan membuat pilihan yang tepat untuk anda – seperti memilih hadiah terbaik – maka korteks prefrontal ventromedial anda mungkin akan merespons lebih baik terhadap pasangan sosial baru ini,” ujar Dr Fabian Grabenhorst. 

Sebagai kesimpulan, uncanny valley adalah sebuah fenomena modern yang masih memiliki banyak pertanyaan untuk dijawab. Penelitian oleh Dr Fabian Grabenhorst dan Profesor Astrid Rosenthal-von der Pütten masih menjadi kerangka awal dari penelitian-penelitian lain di masa depan. 

Namun jelas, uncanny valley adalah topik menarik yang membahas seberapa besar manusia mempercayai ciptaan yang diciptakan berdasarkan penampilan mereka sendiri. Apalagi dengan pesatnya kemajuan teknologi, fenomena ini mungkin akan lebih umum terjadi pada siapa pun. 

Baca juga: Arti Istilah Gaul Berbahasa Inggris yang Viral di TikTok 

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Ningning Aespa Absen dari Konser K-Wave karena Alasan Kesehatan

BERIKUTNYA

Ramai-ramai Artis Naik Kereta, dari Maudy Ayunda Sampai Berusia Jodie

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: