Novelis Cerita Anak Klasik Dwianto Setyawan Meninggal Dunia, Simak Rekam Jejaknya
02 June 2024 |
14:38 WIB
Penulis novel klasik anak-anak, Dwianto Setyawan berpulang pada 1 Juni 2024 pukul 23.30 malam. Kakak dari penulis Romo Sindhunata tersebut mengembuskan napas terakhir di usianya yang ke 75 tahun. Karya-karya novelnya yang telah menjadi teman masa kecil anak Indonesia di era 1980-an, akan selalu dikenang sepanjang masa.
Dwianto Setyawan disemayamkan di rumah duka gotong royong malang. Pemberkatannya, Senin, 3 Juni 2024 dipimpin oleh Romo sindunata, saudara kandungnya. Dwianto Setyawan lahir di Kota Batu, Jawa Timur pada 12 Agustus 1949. Sepanjang kariernya sebagai penulis, dia telah menulis lebih dari 60 judul novel dan komik anak, bertemakan petualangan dan detektif yang populer di era1980-an.
Baca juga: Mengenang Karya-karya Hebat Penulis & Sutradara Paul Auster
Karya-karyanya diterbitkan oleh berbagai penerbit dan media massa di Indonesia. Dia juga pernah menjadi redaktur tabloid anak-anak, direktur eksekutif surat kabar, dan mendirikan studio untuk seniman di Malang.
Karier menulisnya dimulai pada 1972. Kalau kita masih ingat dengan serial novel Lima Sekawan karya Enyd Blyton, karya-karya Dwianto Setyawan juga mengusung ide-ide serupa mengenai cerita tentang petualangan yang dilakoni oleh sekelompok anak cerdas dan pemberani. Mereka membantu memecahkan misteri yang bahkan sulit dipecahkan oleh polisi sekalipun.
Salah satu ciri khasnya, yang tampaknya menjadi ciri khas kebanyakan penulis cerita anak pada masa itu, yakni karya-karyanya dirilis dalam bentuk novel berseri yang terdiri dari beberapa volume. Sejauh ini, Dwianto Setyawan telah menerbitkan puluhan judul novel anak. Beberpaa karya populernya seperti Sersan Grung Grung (9 judul), Kelompok 2 & 1 (10 judul), Seri Sandi (3 judul), dan lainnya.
Serial Sersan Grung-Grung dimuat secara bersambung di Majalah Bobo, kemudian dibukukan oleh Penerbit Gramedia. Ada 9 judul yang telah terbit, yaitu Sersan Grung-Grung, Rahasia Gua Jepang, Orang-Orang Serakah, Komplotan Daun Emas, Penyamar Ulung, Rencana Terselubung, Ratu Bergaun Hitam, Rahasia Topeng Berkumis, dan Pala-Pala Motosep.
Tak ketinggalan novel lainnya, yakni Kelompok 2 & 1 merupakan cerita serial detektif cilik Indonesia karangan Dwianto Setyawan. Serial ini menceritakan petualangan 3 sahabat, yakni Irma, Hadian alias Yan, dan Dede dalam memecahkan misteri disekitar mereka.
Ada 10 buku dalam serial ini, mulai dari Malam Yang Mencekam, Ancaman Surat Berantai, Dua Belas Lembar Lima Ribuan, Misteri Patung Airlangga, Sang Pengintai, Rahasia Pesan Serigala, Kutukan Akik Biru, Pencuri Intelek, Kasus Foto Kuno, dan Lewat Pintu Samping.
Seri Sandi memiliki tiga judul, yakni Terlibat di Bromo, Terlibat di Trowulan, dan Terlibat di Mahakam. Ada tiga karakter utama dalam seri Sandi, yaitu Rin Dama, Agung, dan Ilham. Ketiganya berusia 11-12 tahun dari Surabaya. Rin Dama digambarkan sebagai anak tomboy yang menjadi pemimpin mereka. Nama aslinya Karina Damayanti.
Sementara Agung bernama langkap Agung Nur Wisesa. Dia merupakan anak orang kaya yang berkali-kali membiayai petualangan ketiga sekawan tersebut. Sementara Ilham anak yang paling serius di antara teman-temannya. Dia sangat menggemari arkeologi gara-gara tinggal bersama kakeknya, Profesor Doktor Triman Samiaji, seorang arkeolog.
Dwianto Setyawan tak hanya menulis novel anak, dia juga menulis karya fiksi yang sasaran konsumsinya pembaca dewasa, misalnya tiga buku serial Kartika Kadarman yang jilid kesatunya menjuarai Sayembara Novelet Femina 1983. Selain itu, dia juga menulis novel untuk pembaca young-adult seperti Lorong-Lorong keraguan hingga Aku dan Mama.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Dwianto Setyawan disemayamkan di rumah duka gotong royong malang. Pemberkatannya, Senin, 3 Juni 2024 dipimpin oleh Romo sindunata, saudara kandungnya. Dwianto Setyawan lahir di Kota Batu, Jawa Timur pada 12 Agustus 1949. Sepanjang kariernya sebagai penulis, dia telah menulis lebih dari 60 judul novel dan komik anak, bertemakan petualangan dan detektif yang populer di era1980-an.
Baca juga: Mengenang Karya-karya Hebat Penulis & Sutradara Paul Auster
Karya-karyanya diterbitkan oleh berbagai penerbit dan media massa di Indonesia. Dia juga pernah menjadi redaktur tabloid anak-anak, direktur eksekutif surat kabar, dan mendirikan studio untuk seniman di Malang.
Karier menulisnya dimulai pada 1972. Kalau kita masih ingat dengan serial novel Lima Sekawan karya Enyd Blyton, karya-karya Dwianto Setyawan juga mengusung ide-ide serupa mengenai cerita tentang petualangan yang dilakoni oleh sekelompok anak cerdas dan pemberani. Mereka membantu memecahkan misteri yang bahkan sulit dipecahkan oleh polisi sekalipun.
Salah satu ciri khasnya, yang tampaknya menjadi ciri khas kebanyakan penulis cerita anak pada masa itu, yakni karya-karyanya dirilis dalam bentuk novel berseri yang terdiri dari beberapa volume. Sejauh ini, Dwianto Setyawan telah menerbitkan puluhan judul novel anak. Beberpaa karya populernya seperti Sersan Grung Grung (9 judul), Kelompok 2 & 1 (10 judul), Seri Sandi (3 judul), dan lainnya.
Serial Sersan Grung-Grung dimuat secara bersambung di Majalah Bobo, kemudian dibukukan oleh Penerbit Gramedia. Ada 9 judul yang telah terbit, yaitu Sersan Grung-Grung, Rahasia Gua Jepang, Orang-Orang Serakah, Komplotan Daun Emas, Penyamar Ulung, Rencana Terselubung, Ratu Bergaun Hitam, Rahasia Topeng Berkumis, dan Pala-Pala Motosep.
Tak ketinggalan novel lainnya, yakni Kelompok 2 & 1 merupakan cerita serial detektif cilik Indonesia karangan Dwianto Setyawan. Serial ini menceritakan petualangan 3 sahabat, yakni Irma, Hadian alias Yan, dan Dede dalam memecahkan misteri disekitar mereka.
Ada 10 buku dalam serial ini, mulai dari Malam Yang Mencekam, Ancaman Surat Berantai, Dua Belas Lembar Lima Ribuan, Misteri Patung Airlangga, Sang Pengintai, Rahasia Pesan Serigala, Kutukan Akik Biru, Pencuri Intelek, Kasus Foto Kuno, dan Lewat Pintu Samping.
Seri Sandi memiliki tiga judul, yakni Terlibat di Bromo, Terlibat di Trowulan, dan Terlibat di Mahakam. Ada tiga karakter utama dalam seri Sandi, yaitu Rin Dama, Agung, dan Ilham. Ketiganya berusia 11-12 tahun dari Surabaya. Rin Dama digambarkan sebagai anak tomboy yang menjadi pemimpin mereka. Nama aslinya Karina Damayanti.
Sementara Agung bernama langkap Agung Nur Wisesa. Dia merupakan anak orang kaya yang berkali-kali membiayai petualangan ketiga sekawan tersebut. Sementara Ilham anak yang paling serius di antara teman-temannya. Dia sangat menggemari arkeologi gara-gara tinggal bersama kakeknya, Profesor Doktor Triman Samiaji, seorang arkeolog.
Dwianto Setyawan tak hanya menulis novel anak, dia juga menulis karya fiksi yang sasaran konsumsinya pembaca dewasa, misalnya tiga buku serial Kartika Kadarman yang jilid kesatunya menjuarai Sayembara Novelet Femina 1983. Selain itu, dia juga menulis novel untuk pembaca young-adult seperti Lorong-Lorong keraguan hingga Aku dan Mama.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.