Aktor Kiki Narendra berpose di sela-sela wawancara dengan redaksi Bisnis Indonesia di Jakarta, Selasa (28/5/2024). (Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti)

Hypeprofil Kiki Narendra: Menguatkan Karakter Film Lewat Observasi Diri

02 June 2024   |   08:48 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Menggeluti dunia seni peran lebih dari satu dekade, Kiki Narendra menjadi salah satu aktor yang wajahnya kian sering menghiasi perfilman Indonesia. Belakangan, sejak perannya yang monumental di Perempuan Tanah Jahanam (2019), dirinya jadi kerap didapuk membintangi film genre horor.

Memasuki pertengahan tahun ini, dua film horor yang dibintangi Kiki Narendra, yakni Temurun dan Malam Pencabut Nyawa, juga tengah tayang di bioskop secara bersamaan. Dua film tersebut bahkan dijadwalkan tak hanya beredar di dalam negeri, tetapi juga akan tayang di bioskop mancanegara.

Baca juga: Hypeprofil Komikus Is Yuniarto: Setia Menghidupkan Komik Wayang dengan Sentuhan Kekinian

Namun, sebelum berada di posisi sekarang, ketika dalam satu tahun dirinya bisa muncul di lebih dari 8 judul, Kiki memulai karier keaktorannya dengan penuh lika-liku. Akan tetapi, tak mengapa, kata dia.

Lantaran di tempat-tempat seperti itulah, dirinya menempa diri untuk menjadi aktor yang kian matang dan mencuri perhatian seberapa kecil pun scene yang dimilikinya di sebuah film.
 

Aktor Kiki Narendra berpose di sela-sela wawancara dengan redaksi Bisnis Indonesia di Jakarta, Selasa (28/5/2024). (Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti)

Aktor Kiki Narendra berpose di sela-sela wawancara dengan redaksi Bisnis Indonesia di Jakarta, Selasa (28/5/2024). (Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti)


Aktor berusia 44 tahun ini memulai perkenalan dengan dunia seni peran lewat panggung teater pada 2009. Selama hampir enam tahun, Kiki mendalami praktik seni peran dari panggung ke panggung.

Tak hanya berteater, pada masa ini, dirinya pun mulai mencoba memasuki dunia keaktoran di film. Terkadang, untuk mencoba peruntungan, dirinya juga beberapa kali membuat band. Namun, tampaknya dunia seni peran lebih tepat untuknya.

Pada 2013, Kiki memulai debut film dengan tampil di Tampan Tailor. Namun, saat itu perannya masih belum terlalu signifikan. Begitu pun pada film-film setelahnya. Selama 2013 hingga 2017, dirinya kerap kali tampil satu atau dua scene di dalam sebuah film.

Butuh waktu lima tahun hingga akhirnya Kiki mulai perlahan mendapat tempat. Dia masih ingat betul, kesempatan itu datang pada 2018. Kala itu, dirinya mencapatkan peran sebagai Gino di film Suzzanna: Bernapas dalam Kubur.

“Ini prosesnya cepat banget, sore casting, malam di-lock, dan besok paginya langsung syuting. Film ini sudah melakukan persiapan yang lama, tetapi salah satu aktornya cedera. Sampai sekarang, saya enggak tahu siapa, tetapi kemudian saya yang masuk,” ujar Kiki kepada Hypeabis.id.

Kiki mengenang dengan bangga, ketika itu dirinya untuk kali pertama mendapat jatah sekitar 30 scene. Dia pun harus beradu akting dengan nama-nama senior, seperti Verdi Solaiman, Rifnu Wikana, Asri Welas, hingga Luna Maya.

Dengan persiapan yang begitu mepet, dirinya mencoba secepat mungkin beradaptasi. Beruntung, debut scene panjang yang dilakoninya benar-benar sukses. Film tersebut juga ditonton lebih dari 3 juta orang selama penayangannya di bioskop.


Di Balik Penampilan yang Mencuri Perhatian

 

Aktor Kiki Narendra berpose di sela-sela wawancara dengan redaksi Bisnis Indonesia di Jakarta, Selasa (28/5/2024). (Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti)

Aktor Kiki Narendra berpose di sela-sela wawancara dengan redaksi Bisnis Indonesia di Jakarta, Selasa (28/5/2024). (Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti)


Kiki Narendra membawa pengaruh unik dalam sinema Indonesia. Tidak banyak aktor yang punya kemampuan sepertinya, yang meski menjadi pemeran pendukung, penampilannya kerap memberi kesan tersendiri bagi para penonton.

Dalam film Perempuan Tanah Jahanam, perannya sebagai Bambang mampu mengantarkannya masuk dalam nominasi Festival Film Indonesia kategori Pemeran Pendukung Pria Terbaik. Setahun setelahnya, dia mengulanginya saat berperan sebagai Pak Guru di film Preman.

Pada 2023, Kiki berhasil menyabet piala Penampilan Singkat nan Berkesan untuk perannya di Pengabdi Setan 2: Communion di ajang Piala Maya.

Kiki mengatakan saat bermain di setiap film, dirinya selalu berpandangan bahwa apa pun yang muncul di layar, itu selalu punya nilai. Bahkan, properti yang diletakkan di dalam film bisa jadi merupakan petunjuk penting untuk mengungkap hal besar di dalam film tersebut.

Untuk itulah, setiap kali mendapatkan karakter, dirinya selalu membaca naskah dengan baik dan berperan semaksimal mungkin. Proses reading, pendalaman karakter, hingga membangun chemistry dengan pemain lain maupun sutradara selalu dilakukannya.

Kesetiaannya pada berproses ini rupanya menjadi jurus sendiri baginya. Guru dan mentornya, Slamet Rahardjo, selalu menginspirasinya untuk memanfaatkan setiap adegan yang diberikan dengan seoptimal mungkin.

“Setiap dapat peran, saya mencoba untuk observasi tidak hanya ke luar, tetapi juga ke dalam. Saya selalu mencoba mencari irisan antara kehidupan si karakter dengan diri saya sendiri. Cara ini membuat saya bisa membuat sentuhan yang berbeda di tiap karakternya,” imbuhnya.


Lanskap Perfilman Indonesia yang Berubah


Menurut Kiki Narendra, lanskap perfilman Indonesia telah menemui bentuk baru. Utamanya, setelah era pandemi Covid-19 selesai dan pecah rekor film KKN di Desa Penari yang mendapat jumlah penonton lebih dari 10 juta orang.

Tak bisa dimungkiri, dua faktor ini membuat banyak sineas dan rumah produksi seolah berlomba membuat film horor. Keduanya dianggap Kiki telah menguba peta film Indonesia. Hasilnya, kini hampir setiap minggu selalu ada film horor baru yang muncul.

Membanjirnya genre horor di Indonesia membawa hal yang menarik bagi Kiki. Selain karena Indonesia punya gudang cerita mistis yang banyak, genre horor yang makin mendapatkan pasar ini juga adalah bagian dari ‘tabungan’ yang mulai mendapatkan imbal hasil.

Dalam artian, proses pecah rekornya film KKN di Desa Penari yang kemudian disusul makin banyak film horor yang meraih lebih dari satu juta penonton, itu tidak datang dalam waktu sekejap. Semua capaian ini adalah hasil dari upaya yang dilakukan dalam kurun waktu yang lama.

“Misalnya, kita mulai dari Pengabdi Setan 1. Tidak akan Pengabdi Setan 1 itu meledak kalau tidak ada film horor sebelumnya. Karena, pangsa pasarnya harus dibikin dulu. Begitu pangsa pasarnya dibikin, mengeluarkan Pengabdi Setan 1 orang udah mulai paham, hingga akhir KKN di Desa Penari muncul,” terangnya.
 

Aktor Kiki Narendra berpose di sela-sela wawancara dengan redaksi Bisnis Indonesia di Jakarta, Selasa (28/5/2024). (Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti)

Aktor Kiki Narendra berpose di sela-sela wawancara dengan redaksi Bisnis Indonesia di Jakarta, Selasa (28/5/2024). (Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti)


Pada era sekarang, lanskap perfilman Indonesia memang sepertinya tengah mencari bentuk-bentuk baru. Setelah ledakan penonton yang terjadi setelah pagebluk, era ini juga berbarengan dengan munculnya platform OTT.

Menurut Kiki, kemunculan platform OTT membuat jumlah produksi film maupun serial di Indonesia meningkat drastis. Sebab, ruang untuk menampilkan karya tidak lagi hanya terbatas di bioskop.

Namun, ada isu penting di balik melimpahnya produksi tersebut. Sebab, ketika kebutuhan membuat film sedang bertambah, beberapa persiapan produksi justru jadi kurang maksimal. Terutama, waktu untuk para pemain mengenal karakter yang akan dimainkannya.

“Iya, karena demand lagi banyak, persiapan jadi makin mepet. Kita [aktor] mau jadi apa? Kalau misalnya cuma dikasih 2 minggu buat persiapan, aktor sekelas Brad Pitt pun akan kesusahan kalau harus memerankan orang Madura, misalnya,” terang Kiki sembari tertawa.

Menurut Kiki, pra-produksi mestinya mendapat jatah waktu yang lebih panjang. Sebab, pada fase inilah para pemain akan melakukan observasi dan mencoba masuk ke dalam karakternya. Oleh karena itu, proses menuju ke sana mesti diberikan waktu yang lebih. 

Kendati demikian, ekosistem perfilman menurutnya sudah makin membaik. Salah satu yang cukup membaik, kata Kiki, adalah perihal jam kerja di dunia film. Menurutnya, belakangan ini makin banyak production house (PH) yang sadar untuk menciptakan sistem syuting yang sehat.

Kiki bersyukur beberapa rumah produksi kini sudah menerapkan standar yang ketat perihal jam kerja. Beberapa di antaranya bahkan dipelopori oleh rumah produksi yang terbilang masih baru.

Di sisi lain, para aktor juga kini mulai paham mengenai profesinya. Untuk memproteksi diri terhadap jam kerja yang sehat, aktor biasanya menuliskan beberapa klausul di dalam kontrak kerjanya sehingga hal-hal krusial menjadi lebi jelas aturan mainnya.

Baca juga: Hypeprofil Ario Bayu: Dedikasi & Komitmen untuk Perfilman Indonesia

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Pameran Desain Harmonisasi Nusae Pikat Kawula Muda

BERIKUTNYA

Studi Terbaru Ungkap Anak Perempuan Prasekolah Terbosesi dengan Kecantikan, Bahayakah?

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: