Ilustrasi belajar bahasa Inggris. (Sumber foto : Freepik)

Rekomendasi Lembaga Kursus Bahasa Inggris, Belajarnya Anti Mainstream

29 May 2024   |   12:00 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Pemahaman bahasa asing sangat penting pada era globalisasi seperti sekarang. Setidaknya, fasih dalam bahasa Inggris menjadi hal yang wajib, mengingat bahasa ini paling banyak digunakan masyarakat dunia, termasuk dipakai dalam forum-forum internasional. 

Meskipun kemampuan bahasa Inggris masyarakat Indonesia masih tergolong rendah, minat untuk mempelajari bahasa global ini terbilang tinggi. Kondisi ini dimanfaatkan lembaga kursus belajar bahasa Inggris dengan menawarkan program yang menjadi lebih menarik lagi. Bahkan ada yang menawarkan program khusus belajar di luar negeri seperti EF Education First. 

Baca juga: Mengapa Belajar Bahasa Asing di Sekolah Belum Efektif?

Aprillia Adriyanti, Country Product Manager EF Language Travel, menerangkan program studi bahasa ke luar negeri ini menjadi program yang cukup banyak peminatnya karena peserta tidak hanya belajar, tapi juga memiliki pengalaman baru. Setidaknya lebih dari 500 peserta yang diberangkatkan untuk belajar ke luar negeri setiap tahunnya. 

Untuk yang memilih belajar bahasa Inggris, peserta akan memiliki pengalaman hidup di New York selama tiga minggu, di London selama dua bulan, atau selama satu tahun penuh di Sydney. Semua tergantung kategori program usia yang dipilih. Selain belajar bahasa Inggris, peserta jadi bisa belajar mandiri dan lebih percaya diri.

“Karena mau enggak mau mereka harus keluar dari comfort zone yang mana mereka harus komunikasi bahasa Inggris itu 24 jam,” ujar Aprillia. 

Para peserta nantinya akan memiliki orang tua angkat dan guru yang bukan orang Indonesia. Para tenaga pengajar dan pembantu selama di luar negeri sudah melewati seleksi khusus dalam membimbing anak-anak secara bahasa dan juga budaya. 

Dalam program ini, para peserta terutama kelompok remaja juga diajak untuk mengunjungi universitas yang ada di negara tujuan. Dengan demikian, mereka bisa mengenal lingkungan dan kampus di negara tersebut. “Ibaratnya cek ombak. Jadi mereka mengalami dulu nih di sana itu seperti apa, karena kan untuk kuliah itu komitmen yang besar. Biar enggak kaget gitu,” tuturnya. 

Sejauh ini, program untuk Summer, Winter, atau Holiday camp dengan durasi 2-3 minggu yang paling banyak diminati. Pesertanya terdiri dari usia 7 sampai 18 tahun atau kelas 1 SD sampai dengan kelas 3 SMA, yang ingin mengisi waktu libur sekolah. Biaya yang dikenakan mulai dari US$2.000 atau sekitar Rp32 juta jika dikonversikan ke dalam kurs mata uang rupiah saat ini.

Meskipun ramai peminat, Aprillia menyebut bahwa kegiatan ini tetap memiliki risiko dan tantangan. Risikonya lebih kepada isu-isu global, keamanan, dan keselamatan para peserta. Oleh karena itu, timnya selalu menentukan jadwal dan melihat situasi yang ada sebelum memberangkatkan peserta. 

EF katanya juga selalu mempertimbangkan situasi di sekitar camp atau rumah para peserta, hingga area yang akan disinggahi. Pemantauan dan keamanan ketat dilakukan agar peserta bisa nyaman beraktivitas. 

Situasi memanasnya Iran dan Israel pun turut menjadi pertimbangan. Aprillia mengungkapkan tentu ada dampak dari ketegangan global saat ini terhadap kegiatan belajar bahasa ke luar negeri ini. Bisa saja situasi tersebut memengaruhi kebijakan seperti lockdown di tempat transit sebelum ke negara tujuan.

“Isu-isu global gitu yang berhubungan dengan keamanan dunia kita harus betul-betul perhatikan karena di EF ini safety nomor satu,” tegasnya. 

Baca juga: 4 Aplikasi Belajar Bahasa Inggris Terbaik 2024, Bisa Buat Persiapan IELTS & GRE


Belajar Daring

Jika EF menawarkan belajar langsung ke negara asing, Cetta English justru memungkinkan peserta untuk belajar dari rumah. Ya, tidak perlu datang langsung ke tempat kursus, kamu bisa mempelajari bahasa Inggris secara daring. Kursus bahasa Inggris secara daring memang tengah menjamur ditawarkan di media sosial saat ini.

Hal ini didukung situasi Covid-19 terdahulu yang memaksa orang untuk diam dan berkegiatan dari rumah saja. Semua pun beralih secara daring. Beberapa orang pun memanfaatkan situasi ini dengan kreatif dengan membuka kelas online bahasa Inggris.

Head of Cetta English Aurellia Jasmine menyampaikan bisnis bahasa Inggris secara daring menjadi solusi di tengah modal mendirikan sekolah fisik bahasa asing, terutama saat pagebluk. Selain penyewaan tempat, kebutuhan operasional kursus bahasa asing terbilang memakan biaya yang banyak. 

Dengan membuka kelas bahasa Inggris online, menurutnya, juga memberi kesempatan luas bagi para tenaga pengajar atau tutor di seluruh Indonesia, tidak sebatas di kota besar saja. “Sehingga membuka opportunity baru baik untuk pebisnis dan juga tutor-tutor bahasa asing yang tersebar,” jelas Aurellia. 

Kursus online ini pun meningkatkan minat masyarakat untuk belajar bahasa Inggris, terlebih saat ini bahasa tersebut sangat dibutuhkan di dunia kerja. Kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan impian pun menjadi lebih besar dan mudah. 

Aurellia tidak memungkiri, dari sekian banyak peserta yang mendaftar dan belajar di Cetta English, sebagian besar merupakan mereka yang ingin bekerja di perusahaan multinasional, teknologi, dan ingin meraih kesempatan berkarier di luar negeri. Tidak sedikit para pekerja kantoran yang ingin meningkatkan skill agar lebih percaya diri saat tampil mempresentasikan proyeknya di dalam meeting atau di hadapan klien.

Oleh karena itu, rata-rata profesi yang belajar bahasa Inggris secara daring di Cetta English, selain pekerja kantoran, ada pula pengusaha, mahasiswa, dan tentunya siswa SMP hingga SMA. Adapun, program pembelajaran yang difokuskan yakni pengembangan kemampuan bicara. 

Banyak peserta yang sejatinya sudah mengenal bahasa Inggris, tetapi masih ragu untuk menggunakannya dan kurang dalam grammar. “Tapi kita bisa mengajar untuk siswa dari nol sekalipun karena speaking-nya juga dari dasar. Jadi nanti ada level yang berbeda-beda. Siswa bisa masuk ke dalam level sesuai dengan kemampuan bahasa Inggris siswanya itu sendiri,” terang Aurellia.

Kelas bahasa Inggris di Cetta menekankan kepada praktik untuk berbicara dan diskusi, bukan sekadar belajar teori. Untuk biayanya, mulai dari Rp215.000 untuk kelas reguler. Harga akan disesuaikan dengan level dan juga jenis kelas yang dipilih.

Bicara metode, untuk kelas reguler biasanya berisi hingga 10 siswa per kelas. Ada pula kelas private one on one atau 1 siswa di dalam 1 kelas, ada pula private group yang isinya 2-4 siswa.

Kelas akan dilakukan melalui live via Zoom. Seluruh kelas biasanya akan pertanyaan untuk membangkitkan semangat siswa menjawab dalam bahasa Inggris. Dengan demikian, siswa tidak hanya berlatih untuk menjawab, tetapi berpikir dalam bahasa Inggris. 

Aurellia optimis tren pembelajaran bahasa Inggris secara online akan terus meningkat di masa mendatang karena kebutuhan akan bahasa ini semakin tinggi. Untuk skala bisnis, persaingan penyedia kursus bahasa Inggris baik secara online maupun offline diprediksi semakin ketat. 

Cetta katanya akan terus meningkatkan kualitas pembelajaran dari segi pedagogi atau metode mengajar, hingga penyampaian ke siswa. Aurellia menyebut pihaknya akan terus menggaungkan pentingnya bahasa Inggris ke masyarakat Indonesia, tidak hanya untuk yang ingin bekerja ke luar negeri saja, tetapi yang ingin bekerja di dalam negeri.

“Jadi strategi kita adalah bagaimana kita bisa mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya bahasa Inggris dan juga meningkatkan reputasi kita itu di bidang sekolah,” sebutnya. 

Baca juga: Bahasa Mandarin Laris Manis di Kalangan Pekerja, Segini Biaya Kursusnya

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Perbedaan Camping dan Glamping, Genhype Tim yang Mana?

BERIKUTNYA

Kebun Teh Tambi, Pesona Agrowisata Sarat Sejarah & Cita Rasa

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: