Tesla. (Sumber foto: Pexels/Vladimir Srajber)

Survei Terbaru IMD, Tesla Masih Menjadi Pabrikan Otomotif Paling Inovatif

21 May 2024   |   19:00 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Survei terbaru berjudul Future Readiness Indicator atau Indikator Kesiapan Masa Depan 2024 dari The International Institute of Management and Development (IMD) mengungkapkan pabrikan mobil listrik asal Amerika Serikat (AS), yakni Tesla Inc. masih memegang takhta perusahaan otomotif paling inovatif.
 
Howard Yu, Direktur IMD Center for Future Readiness, menuturkan bahwa Tesla berhasil mempertahankan posisinya di peringkat teratas dengan skor 100 pada 2023 dan 2024. Namun, perusahaan ini mesti berhati-hati lantaran para pesaingnya terus merapatkan posisi. Produsen asal China, yakni BYD Co. Ltd., berada di posisi 2. 

Baca juga: Tesla Ambisius dengan Teknologi Full Self-Driving
 
"Sebagai contoh raksasa EV China BYD terus meningkatkan skor daya saing mereka dari 74,7 pada 2023 menjadi 78,20 tahun ini. Ditambah lagi pada Q3 2023, untuk pertama kalinya penjualan BYD sempat melampaui Tesla. Meski akhirnya penjualan kendaraan listrik Tesla kembali unggul pada Q1 2024. Hal ini menunjukkan dominasi Tesla terancam," ujarnya pada Selasa (21/5/2024).
 
Dia menambahkan, laporan survei itu juga menemukan bahwa supremasi Tesla dalam industri mobil listrik sangat cepat terancam. Tesla memang masih nomor satu, tetapi selisih skor dengan peringkat di bawahnya semakin menipis.
 
Tidak hanya itu, Yu juga mengungkapkan bahwa pabrikan asal China akan menguasai sepertiga pasar mobil listrik global pada 2030, imbas dari harga yang bersaing dan inovasi yang agresif - terlebih produsen mobil asal negara yang dikenal sebagai Negeri Panda lainnya, seperti Geely, Nio, dan Li Auto juga membanderol kendaraan listriknya dengan harga yang relatif terjangkau. 
 
Langkah itu membuat produsen mobil listrik China lebih kompetitif, sehingga menjadi ancaman serius bagi para manufaktur mobil asal Eropa. 
 
Sadar akan ancaman serbuan mobil listrik asal Negeri Panda, beberapa waktu lalu Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengumumkan kebijakan yang dapat melindungi pabrikan kendaraan listrik asal Paman Sam. 
 
Terkait langkah pemerintah Amerika Serikat itu, Yu memprediksi bahwa pabrikan mobil listrik China akan menerapkan sistem white-label untuk mengakali aturan tarif pada masa yang akan datang. 
 

Interior BYD Dolphin. (Sumber foto: BYD)

Interior BYD Dolphin. (Sumber foto: BYD)

Sistem tersebut mirip dengan strategi Intel Inside di mana produsen laptop menggunakan prosesor Intel tanpa merakit CPU mereka sendiri. Pabrikan China akan menjual komponen, baterai, teknologi, atau semikonduktor mereka. 
 
Saat ini, BYD juga sudah memasok chipset dari pabrik semikonduktor mereka ke Fiat dan Toyota di China. Jadi, hal serupa besar kemungkinan akan diterapkan ke negara-negara lain, termasuk di Amerika Serikat.
 
“Dengan cara ini, margin yang didapat bisa lebih besar. Sebagai contoh, tidak ada produsen yang mendapat uang dari AC rakitan. Pendapatan terbesar ada di produsen kompresor. Sama halnya dengan PC, merakit PC tidak menghasilkan uang lebih banyak dari mereka yang menjual chipset dan perangkat lunak. Jadi, saya kira industri mobil bergerak ke arah yang sama,” katanya.
 
Di sisi lain, pada saat ini, BYD dan produsen kendaraan listrik China lainnya gencar melakukan ekspor ke sejumlah pasar di Asia Tenggara - termasuk Indonesia - beberapa waktu belakangan. Langkah ini menjadi cara bagi produsen mobil listrik China untuk menyalurkan kelebihan kapasitas produksi di pasar domestik mereka.
 
Sementara itu, laporan ini juga menunjukkan bahwa peringkat pabrikan asal Jepang, yakni Toyota mengalami penurunan peringkat. Jika pada 2022 berada di posisi 2, mereka berada di peringkat 10 pada 2023 dan 11 pada tahun ini.  
 
Posisi Toyota lantas disalip oleh BYD, Neo, dan Lee Auto dari China. “Mengapa peringkat Toyota jatuh? Bukan karena mereka tidak membuat persiapan untuk kendaraan listrik, tapi inovasi mereka tidak bergerak secepat kompetitor asal China,” ujarnya. 
 
Indikator tahunan FRI 2024 mengukur ketahanan masa depan dari 24 perusahaan otomotif dunia. Indikator ini mengurutkan peringkat berdasarkan tingkat inovasi yang dilakukan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. 
 
Indikator Kesiapan Masa Depan selalu bergerak dinamis. Penurunan peringkat perusahaan dalam daftar bukan berarti perusahaan itu tidak inovatif. Inovasi mereka tidak cukup pesat, sehingga diambil alih oleh para pesaing.

Baca juga: 5 Perbedaan Mobil Listrik BYD Dolphin & Wuling Binguo EV, Mana Yang Lebih Unggul?

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

20 Kereta Api Tambahan Dikerahkan Periode Libur Panjang Waisak 2024, Cek Rutenya

BERIKUTNYA

Starlink Beri Diskon 40% untuk Pengguna Awal hingga 10 Juni 2024, Berapa Harganya?

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: