Ilustrasi anak sekolah sedang membaca. (Sumber gambar: Ed Us/Unsplash)

Kemendikbudristek Masukkan Sastra ke Kurikulum Merdeka, 177 Buku Jadi Rujukan Bacaan

21 May 2024   |   10:23 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Kemendikbudristek RI secara resmi meluncurkan program Sastra Masuk Kurikulum sebagai bagian dari Kurikulum Merdeka. Program ini bertujuan untuk memperkuat kompetensi dan budaya literasi pelajar dengan menggunakan buku sastra untuk meningkatkan minat baca, empati, kreativitas, dan nalar kritis.

Program ini diinisiasi oleh Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan sejak 2023 dengan mengumpulkan beberapa sastrawan, akademisi, dan pendidik yang memiliki perhatian khusus terhadap pemanfaatan sastra dalam pembelajaran di sekolah.

Baca juga: Menguatkan Jakarta sebagai Kota Sastra

Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Anindito Aditomo mengatakan Sastra Masuk Kurikulum merupakan program yang dibuat untuk membantu para guru mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, yang salah satu tujuan utamanya untuk menumbuhkan kemampuan berliterasi, dekat dengan buku dan terbiasa membaca.

Tujuan tersebut, katanya, hanya bisa dicapai kalau para peserta didik terpapar dengan buku-buku bacaan yang bagus. Menurutnya, anak-anak sekolah tidak akan suka membaca jika mereka tidak mengenal buku-buku bacaan yang menyenangkan bagi mereka.

"Membaca bukan sesuatu yang alamiah, bisa kita peroleh. Ini harus kita upayakan secara sistematis," katanya dalam acara Peluncuran Program Sastra Masuk Kurikulum yang tayang di YouTube Kemendikbud RI, Senin (20/5/2024).

Anindito menilai bahwa sastra dapat mendorong pembaca membayangkan realitas alternatif dan cara pikir serta perasaan para tokohnya sehingga sastra merupakan media belajar yang sangat berharga. "Tadi diskusi dengan Mas Menteri [Nadiem Makarim] sebelum ini, sudah langsung ada ide ini sepertinya harus diperluas ke sastra dunia. Nanti akan kita kerjakan juga," katanya.

Selain itu, dia juga menuturkan bahwa karya sastra sangat potensial sebagai wahana untuk pendidikan karakter. Menurutnya, untuk mengembangkan karakter para peserta didik, pembelajaran tidak mungkin dilakukan hanya melalui buku teks yang berfokus pada konten akademik.

"Karya sastra mengundang pembaca untuk menghayati dunia batin para tokoh dalam cerita itu, sehingga pembaca bisa ikut merasakan dan memikirkan peristiwa dari sudut pandang yang berbeda-beda. Ini keterampilan literasi tingkat tinggi, bukan hanya memahami apa yang dibaca, tetapi mengambil perspektif yang berbeda," ujarnya.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim mengatakan lebih dari sekadar mengajak para siswa untuk membaca, program Sastra Masuk Kurikulum juga mengajak peserta didik untuk melakukan internalisasi, refleksi, reinterpretasi, dan reimajnasi dalam berbagai macam format.

"Sastra Masuk Kurikulum menandai keseriusan kami dalam meningkatkan minat baca dan kemampuan berliterasi peserta didik, yang menjadi tujuan utama Merdeka Belajar," katanya.

Nadiem juga menyampaikan kehadiran sastra dalam proses pembelajaran selama ini memang sudah berlangsung di sebagian kelas, tetapi terbatas di mata pelajaran Sastra Indonesia. Pembahasannya pun dilakukan secara sekilas dan tidak mendalam yang merangsang pembacaan yang kritis.

"Lewat inisiatif ini, kami mendorong guru-guru untuk memanfaatkan karya-karya sastra yang sudah dikurasi sebagai bahan ajar berbagai mata pelajaran, bukan hanya bahasa Indonesia. Guru perlu mendampingi proses pembacaan para murid, sehingga dapat menggali nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra. Itu kuncinya," jelasnya.

Eka Kurniawan, penulis sekaligus salah satu kurator dalam program Sastra Masuk Kurikulum membagikan informasi yang menyampaikan ada sebanyak 177 karya sastra yang bisa menjadi rujukan para guru dalam mengimplementasikan program tersebut. Buku-buku yang ada pun dipilih dan dikategorikan berdasarkan jenjang sekolah mulai dari SD/MI, SMP/Mts, hingga SMA/SMK/MA/MAK.

"Dulu kita sering mengeluh, di negara lain karya-karya Pramoedya Ananta Toer dibaca di sekolah, sementara di negeri sendiri malah (pernah) dilarang. Hari ini, Bumi Manusia secara resmi direkomendasikan oleh Kemendikbudristek untuk sekolah beserta 176 karya lainnya," tulisnya lewat akun X pribadi @gnolbo.

Untuk lebih lengkapnya, baik peserta didik maupun guru dapat membaca Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra melalui link berikut ini

Baca juga: Ingin Sastra Jawa dan Daerah Lainnya Maju, Ini Kiat dari Praktisi

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Serba-Serbi Hari Waisak 2024 di Candi Borobudur: Jam Operasional hingga Rangkaian Acara

BERIKUTNYA

Emilia Perez, Drama Musikal Terbaru Selena Gomez Dapat Standing Ovation 9 Menit di Cannes

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: