Meraup Cuan dari Huruf Timbul Berkualitas. Apa Itu?
16 May 2024 |
18:11 WIB
Huruf timbul telah menjadi pilihan umum untuk identitas visual perusahaan kecil hingga besar. Di kota-kota besar, hampir semua jenis instansi menggunakan huruf timbul ini untuk menampilkan nama perusahaan untuk kebutuhan media marketing atau komunikasi lainnya.
Salah satu pelaku usaha yang menggeluti usaha ini adalah Ahmad Rifai (25). Laki-laki bertubuh besar ini sudah menjalani usaha ini sejak 2 tahun, karena melanjutkan usaha milik orang tuanya, selain itu juga dia melihat usaha ini memiliki daya tarik yang kuat sebagai elemen visual yang menonjol dan menarik perhatian sehingga banyak perusahaan untuk membuat huruf timbul untuk nama perusahaan mereka.
Baca juga : Begini Strategi Brand Meraup Cuan dari Kolaborasi Idola K-Pop
Rifai mengatakan, selama menjalani usaha ini banyak menerima orderan pembuatan huruf timbul dari berbagai pihak seperti usaha toko, kantor, sekolah, hingga tempat ibadah. Mengenai bahan dasar untuk membuat huruf timbulnya, dia menggunakan stainless dan akrilik karena tahan dengan berbagai cuaca.
“Dari kedua bahan tersebut yang paling banyak permintaanya adalah akrilik karena murah dan multifungsi untuk digunakan pada sign apa pun dan di manapun, seperti tanda dilarang merokok untuk di dalam ruangan dan neon box untuk nama tempat di luar ruangan,” tutur Rifai.
Sementara, untuk harga yang dipatok Rifai dalam memproduksi huruf timbul ini bervariasi tergantung dari bahan dasar, ukuran, dan desainnya. Untuk yang berbahan dasar stainless dijual seharga Rp80.000 per huruf dengan ukuran 40 cm, sementara untuk berbahan dasar akrilik dihargai Rp30.000 per huruf dengan ukuran 30 cm.
“Tantangan utama dalam memproduksi huruf timbul bagi saya adalah menjaga kualitas dan detail yang tinggi dalam setiap produk, terutama dalam hal presisi pemotongan dan finishing-nya agar huruf yang dihasilkan bagus secara keseluruhan,” kata Rifai.
Rifai juga menjelaskan, hal terpenting dari usaha ini adalah ketekunan. Hal tersebut karena dalam memproduksi huruf timbul tidak mudah, terlebih lagi jika pemesanan sedang meningkat.
Sementara itu Rifai berencana untuk membuka usahanya lewat platform media sosial dan belanja online. Hal itu dia lakukan untuk mengembangkan usahanya dan bisa menjangkau lebih luas.
Selain Rifai, ada juga pebisnis lainnya yang membuka usaha ini yakni, Marwandi Saputro (26) yang baru setahun menjalankan usaha ini. Laki-laki berkacamata ini memutuskan untuk menjalankan usaha ini karena ajakan dari temannya yang sudah berpengalaman dibidang percetakan.
Wandi dan temannya melihat permintaan pasar terhadap huruf timbul terus meningkat, terutama dalam konteks branding untuk bisnis dan dekorasi interior. Perjalanan mereka berawal dari diskusi tentang potensi bisnis huruf timbul, yang kemudian berkembang menjadi ide yang bisa diwujudkan bersama.
Berbeda dengan Rifai, bahan dasar yang digunakan Wandi untuk membuat huruf timbul hanya menggunakan stainless karena penggunaanya yang lebih fleksibel dan lebih kuat diberbagai kondisi. Meskipun hal tersebut membuat harga yang dipasarkan lebih mahal dari bahan dasar lainnya.
Wandi mengatakan, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu proyek bervariasi tergantung pada kompleksitas desain, ukuran huruf timbul, dan jumlah pesanan. Namun biasanya memakan waktu beberapa hari hingga beberapa minggu.
“Tantangan yang sering saya alami dalam menjalani bisnis ini adalah soal manajemen persediaan bahan baku terlebih lagi jika pemesanan sedang tinggi. Dalam mengatasi hal tersebut, saya akan berkoordinasi dengan teman saya dan terus memantau persediaan bahan bakunya,” ujar Wandi.
Bagi Wandi, dalam menjalankan usaha ini yang terpenting adalah desain yang diinginkan klien. Kolaborasi yang baik antara produsen dan klien menjadi kunci kesuksesan dalam mencapai hasil akhir yang memuaskan.
“untuk harga yang saya tawarkan di kisaran Rp70.000 hingga Rp80.000 per hurufnya dan itu juga tergantung dari ukurannya, mulai dari 15 cm hingga 20 cm,” ucap Wanda.
Dalam mengembangkan usahanya, Wandi dan kawannya akan melakukan promosi online di platform belanja online seperti di Tokopedia dan Lazada. Mereka juga menggunakan strategi pemasaran dengan word of mouth atau mulut ke mulut dan mengandalkan reputasi baik dalam memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.
Baca juga : Mendorong Kemudahan Akses Literatur Buku Braille Bagi Masyarakat Berkebutuhan Khusus
Editor : Puput Ady Sukarno
Salah satu pelaku usaha yang menggeluti usaha ini adalah Ahmad Rifai (25). Laki-laki bertubuh besar ini sudah menjalani usaha ini sejak 2 tahun, karena melanjutkan usaha milik orang tuanya, selain itu juga dia melihat usaha ini memiliki daya tarik yang kuat sebagai elemen visual yang menonjol dan menarik perhatian sehingga banyak perusahaan untuk membuat huruf timbul untuk nama perusahaan mereka.
Baca juga : Begini Strategi Brand Meraup Cuan dari Kolaborasi Idola K-Pop
Rifai mengatakan, selama menjalani usaha ini banyak menerima orderan pembuatan huruf timbul dari berbagai pihak seperti usaha toko, kantor, sekolah, hingga tempat ibadah. Mengenai bahan dasar untuk membuat huruf timbulnya, dia menggunakan stainless dan akrilik karena tahan dengan berbagai cuaca.
“Dari kedua bahan tersebut yang paling banyak permintaanya adalah akrilik karena murah dan multifungsi untuk digunakan pada sign apa pun dan di manapun, seperti tanda dilarang merokok untuk di dalam ruangan dan neon box untuk nama tempat di luar ruangan,” tutur Rifai.
Sementara, untuk harga yang dipatok Rifai dalam memproduksi huruf timbul ini bervariasi tergantung dari bahan dasar, ukuran, dan desainnya. Untuk yang berbahan dasar stainless dijual seharga Rp80.000 per huruf dengan ukuran 40 cm, sementara untuk berbahan dasar akrilik dihargai Rp30.000 per huruf dengan ukuran 30 cm.
“Tantangan utama dalam memproduksi huruf timbul bagi saya adalah menjaga kualitas dan detail yang tinggi dalam setiap produk, terutama dalam hal presisi pemotongan dan finishing-nya agar huruf yang dihasilkan bagus secara keseluruhan,” kata Rifai.
Rifai juga menjelaskan, hal terpenting dari usaha ini adalah ketekunan. Hal tersebut karena dalam memproduksi huruf timbul tidak mudah, terlebih lagi jika pemesanan sedang meningkat.
Sementara itu Rifai berencana untuk membuka usahanya lewat platform media sosial dan belanja online. Hal itu dia lakukan untuk mengembangkan usahanya dan bisa menjangkau lebih luas.
Selain Rifai, ada juga pebisnis lainnya yang membuka usaha ini yakni, Marwandi Saputro (26) yang baru setahun menjalankan usaha ini. Laki-laki berkacamata ini memutuskan untuk menjalankan usaha ini karena ajakan dari temannya yang sudah berpengalaman dibidang percetakan.
Wandi dan temannya melihat permintaan pasar terhadap huruf timbul terus meningkat, terutama dalam konteks branding untuk bisnis dan dekorasi interior. Perjalanan mereka berawal dari diskusi tentang potensi bisnis huruf timbul, yang kemudian berkembang menjadi ide yang bisa diwujudkan bersama.
Berbeda dengan Rifai, bahan dasar yang digunakan Wandi untuk membuat huruf timbul hanya menggunakan stainless karena penggunaanya yang lebih fleksibel dan lebih kuat diberbagai kondisi. Meskipun hal tersebut membuat harga yang dipasarkan lebih mahal dari bahan dasar lainnya.
Wandi mengatakan, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu proyek bervariasi tergantung pada kompleksitas desain, ukuran huruf timbul, dan jumlah pesanan. Namun biasanya memakan waktu beberapa hari hingga beberapa minggu.
“Tantangan yang sering saya alami dalam menjalani bisnis ini adalah soal manajemen persediaan bahan baku terlebih lagi jika pemesanan sedang tinggi. Dalam mengatasi hal tersebut, saya akan berkoordinasi dengan teman saya dan terus memantau persediaan bahan bakunya,” ujar Wandi.
Bagi Wandi, dalam menjalankan usaha ini yang terpenting adalah desain yang diinginkan klien. Kolaborasi yang baik antara produsen dan klien menjadi kunci kesuksesan dalam mencapai hasil akhir yang memuaskan.
“untuk harga yang saya tawarkan di kisaran Rp70.000 hingga Rp80.000 per hurufnya dan itu juga tergantung dari ukurannya, mulai dari 15 cm hingga 20 cm,” ucap Wanda.
Dalam mengembangkan usahanya, Wandi dan kawannya akan melakukan promosi online di platform belanja online seperti di Tokopedia dan Lazada. Mereka juga menggunakan strategi pemasaran dengan word of mouth atau mulut ke mulut dan mengandalkan reputasi baik dalam memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.
Baca juga : Mendorong Kemudahan Akses Literatur Buku Braille Bagi Masyarakat Berkebutuhan Khusus
Editor : Puput Ady Sukarno
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.