Cine-concert Samsara Karya Garin Nugroho Dapat Sambutan Meriah di Singapura
16 May 2024 |
08:07 WIB
Pertunjukan perdana cine-concert Samsara karya sutradara Garin Nugroho di Esplanade Concert Hall, Singapura pada Jumat malam, 10 Mei 2024 pukul 21.30 waktu setempat mendapatkan sambutan meriah dari para penontonnya. Sambutan meriah ini menjadi dorongan sang pengarah untuk berkarya dan datang kembali.
Lebih 1000 penonton dan undangan yang datang untuk menyaksikan cine-concert Samsara tersebut memberikan standing ovation setelah menyaksikannya.
Berdasarkan siaran pers yang diterima Hypeabis.id, Clement Perdana, salah satu penonton cine-concert Samsara, menilai bahwa pertunjukan karya Garin Nugroho itu sangat luar biasa. “Gamelan yang dimodernisasi merupakan hal yang sangat saya sukai, dan pertunjukan ini sangat pas dalam penyajiannya,” ujarnya.
Baca Juga: Fakta Menarik Film Samsara Garin Nugroho yang Tayang di Singapura
Clement mengatakan bahwa vibe pertunjukan itu terasa jelas, sehingga diri mengikuti irama dengan mengangguk—anggukan kepala. Selain itu, dia juga merasa terharu sampai mengeluarkan air mata. Baginya, pertunjukan tersebut benar-benar menjadi inspirasi.
Clement tidak sendirian, penonton lainnya bernama Faris Famok menilai bahwa cine-concert itu membawa diri ke dimensi yang berbeda. Dia pun merasa benar-benar hanyut dalam orkestra yang memadukan antara musik tradisional dan modern.
“Mulai dari kostum hingga gaya bercerita yang unik. Kolaborasi yang fenomenal. Sungguh sebuah cine-concert yang akan saya nantikan kesempatannya untuk menontonnya kembali,” ujarnya.
Sementara itu, sutradara Garin Nugroho mengatakan bahwa sambutan dan tepuk tangan dari para penonton di Esplanade Concert Hall terhadap cine-concert Samara menjadi dorongan kreativitas utnuk mencipta dan datang kembali ke tempat ini.
Dia menuturkan, Esplanade selalu menjadi jendela karya diri ke Asia dan dunia. Setelah Setan Jawa sukses di tempat ini, dia memutuskan dalam hati akan datang kembali.
“Esplanade selalu memberi energi, membawa Indonesia ke Asia dan dunia,” ujarnya.
Produser Gita Fara mengatakan bahwa pihaknya mencoba untuk kembali ke akar pertama kali sinema muncul, yaitu film bisu dengan iringan musik live dalam Samara. Dia pun berharap pertunjukan dalam bentuk cine-concert bisa memberikan pengalaman sinematik yang luar biasa.
Dia menginginkan, para penonton dapat merasakan kembali ke masa lalu. Namun, juga mereka dapat merasakan masa depan dengan kolaborasi yang avant garde antara sinema, musik tradisi Gamelan Yuganada, dan musik elektronik Gabber Modus Operandi.
“Kami juga berkolaborasi dengan talenta-talenta terbaik di Bali, baik dari tari, film maupun musik. Harapan kami, karya ini setelah Esplanade bisa kembali menemui penontonnya, baik di dalam maupun luar negeri,” tuturnya.
Samsara merupakan film bisu hitam putih terbaru karya sutradara Garin Nugroho yang dibintangi oleh aktor Ario Bayu dan penari keturunan Indonesia-Australia, Juliet Widyasari Burnett. Samsara diproduseri oleh Gita Fara dan Aldo Swastia, dan dipersembahkan oleh Cineria Films, Garin Workshop, dan Lynx Films, yang dibuat bersama dengan Esplanade-Theatres on the Bay Singapura, bekerja sama dengan Silurbarong.co, United Communication serta didukung oleh Kementerian Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia dan Yayasan Puri Kauhan Ubud.
Samsara berkisah tentang seorang pria dari keluarga miskin di Bali pada 1930an. Dia mengalami penolakan saat melamar sang kekasih. Kemudian, sang pria melakukan perjanjian gaib dengan Raja Monyet dan melakukan ritual gelap untuk mendapatkan kekayaan. Namun, ritual perjanjian tersebut justru mengutuk istri dan anaknya hingga menderita.
Samsara merupakan hasil kolaborasi dengan para seniman seperti Gus Bang Sada, Siko Setyanto, Maestro tari I Ketut Arini, Cok Sawitri, Aryani Willems, dan penari-penari dari Komunitas Bumi Bajra, Bali.
Dalam pertunjukan itu, film bisu hitam putih mendapatkan iringan live musik gamelan Bali dan musik elektronik yang dinamis di bawah pimpinan Komposer Wayan Sudirana dan Kasimyn. Keduanya dengan piawai “mengawinkan” musik gamelan dari Gamelan Yuganada dan musik elektronik Gabber Modus Operandi.
Selain itu, vokalis Ican Harem, Gusti Putu Sudarta, Dinar Rizkianti, dan Thaly Titi Kasih memberikan memberikan warna dalam komposisi musik dengan beragam genre dan cengkoknya, dari black metal, kontemporer sampai tradisional.
Baca Juga: Reza Rahadian dan Garin Nugroho Oper Baton Festival Film Indonesia 2023 ke Generasi Selanjutnya
Editor: M. Taufikul Basari
Lebih 1000 penonton dan undangan yang datang untuk menyaksikan cine-concert Samsara tersebut memberikan standing ovation setelah menyaksikannya.
Berdasarkan siaran pers yang diterima Hypeabis.id, Clement Perdana, salah satu penonton cine-concert Samsara, menilai bahwa pertunjukan karya Garin Nugroho itu sangat luar biasa. “Gamelan yang dimodernisasi merupakan hal yang sangat saya sukai, dan pertunjukan ini sangat pas dalam penyajiannya,” ujarnya.
Baca Juga: Fakta Menarik Film Samsara Garin Nugroho yang Tayang di Singapura
Clement mengatakan bahwa vibe pertunjukan itu terasa jelas, sehingga diri mengikuti irama dengan mengangguk—anggukan kepala. Selain itu, dia juga merasa terharu sampai mengeluarkan air mata. Baginya, pertunjukan tersebut benar-benar menjadi inspirasi.
Clement tidak sendirian, penonton lainnya bernama Faris Famok menilai bahwa cine-concert itu membawa diri ke dimensi yang berbeda. Dia pun merasa benar-benar hanyut dalam orkestra yang memadukan antara musik tradisional dan modern.
“Mulai dari kostum hingga gaya bercerita yang unik. Kolaborasi yang fenomenal. Sungguh sebuah cine-concert yang akan saya nantikan kesempatannya untuk menontonnya kembali,” ujarnya.
Sementara itu, sutradara Garin Nugroho mengatakan bahwa sambutan dan tepuk tangan dari para penonton di Esplanade Concert Hall terhadap cine-concert Samara menjadi dorongan kreativitas utnuk mencipta dan datang kembali ke tempat ini.
Dia menuturkan, Esplanade selalu menjadi jendela karya diri ke Asia dan dunia. Setelah Setan Jawa sukses di tempat ini, dia memutuskan dalam hati akan datang kembali.
“Esplanade selalu memberi energi, membawa Indonesia ke Asia dan dunia,” ujarnya.
Produser Gita Fara mengatakan bahwa pihaknya mencoba untuk kembali ke akar pertama kali sinema muncul, yaitu film bisu dengan iringan musik live dalam Samara. Dia pun berharap pertunjukan dalam bentuk cine-concert bisa memberikan pengalaman sinematik yang luar biasa.
Dia menginginkan, para penonton dapat merasakan kembali ke masa lalu. Namun, juga mereka dapat merasakan masa depan dengan kolaborasi yang avant garde antara sinema, musik tradisi Gamelan Yuganada, dan musik elektronik Gabber Modus Operandi.
“Kami juga berkolaborasi dengan talenta-talenta terbaik di Bali, baik dari tari, film maupun musik. Harapan kami, karya ini setelah Esplanade bisa kembali menemui penontonnya, baik di dalam maupun luar negeri,” tuturnya.
Samsara merupakan film bisu hitam putih terbaru karya sutradara Garin Nugroho yang dibintangi oleh aktor Ario Bayu dan penari keturunan Indonesia-Australia, Juliet Widyasari Burnett. Samsara diproduseri oleh Gita Fara dan Aldo Swastia, dan dipersembahkan oleh Cineria Films, Garin Workshop, dan Lynx Films, yang dibuat bersama dengan Esplanade-Theatres on the Bay Singapura, bekerja sama dengan Silurbarong.co, United Communication serta didukung oleh Kementerian Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia dan Yayasan Puri Kauhan Ubud.
Samsara berkisah tentang seorang pria dari keluarga miskin di Bali pada 1930an. Dia mengalami penolakan saat melamar sang kekasih. Kemudian, sang pria melakukan perjanjian gaib dengan Raja Monyet dan melakukan ritual gelap untuk mendapatkan kekayaan. Namun, ritual perjanjian tersebut justru mengutuk istri dan anaknya hingga menderita.
Samsara merupakan hasil kolaborasi dengan para seniman seperti Gus Bang Sada, Siko Setyanto, Maestro tari I Ketut Arini, Cok Sawitri, Aryani Willems, dan penari-penari dari Komunitas Bumi Bajra, Bali.
Dalam pertunjukan itu, film bisu hitam putih mendapatkan iringan live musik gamelan Bali dan musik elektronik yang dinamis di bawah pimpinan Komposer Wayan Sudirana dan Kasimyn. Keduanya dengan piawai “mengawinkan” musik gamelan dari Gamelan Yuganada dan musik elektronik Gabber Modus Operandi.
Selain itu, vokalis Ican Harem, Gusti Putu Sudarta, Dinar Rizkianti, dan Thaly Titi Kasih memberikan memberikan warna dalam komposisi musik dengan beragam genre dan cengkoknya, dari black metal, kontemporer sampai tradisional.
Baca Juga: Reza Rahadian dan Garin Nugroho Oper Baton Festival Film Indonesia 2023 ke Generasi Selanjutnya
Editor: M. Taufikul Basari
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.