Catat, Ini Daftar Obat-obatan yang Mesti Dibawa Jemaah Haji 2024
12 May 2024 |
18:30 WIB
Jemaah haji Indonesia dijadwalkan mulai berangkat ke Arab Saudi pada hari ini, Minggu (12/5/2024). Ratusan ribu jemaah haji akan melaksanakan serangkaian ibadah di Tanah Suci seperti wukuf, tawaf, sai, dan tahalul. Semua ibadah tersebut tentunya harus dilaksanakan dalam kondisi tubuh dan mental yang fit.
Berdasarkan catatan dari Kementerian Agama (Kemenag) RI, tahun ini, terdapat 241.000 jemaah yang melaksanakan ibadah haji. Jumlah tersebut terdiri atas 213.320 jemaah reguler dan 27.680 jemaah haji khusus. Data Kemenag juga mencatat tahun ini ada sekitar 45.000 jemaah haji reguler yang berusia 65 tahun ke atas.
Baca juga: Jenis-jenis Visa Haji & Persyaratan yang Harus Dipenuhi
Berdasarkan catatan dari Kementerian Agama (Kemenag) RI, tahun ini, terdapat 241.000 jemaah yang melaksanakan ibadah haji. Jumlah tersebut terdiri atas 213.320 jemaah reguler dan 27.680 jemaah haji khusus. Data Kemenag juga mencatat tahun ini ada sekitar 45.000 jemaah haji reguler yang berusia 65 tahun ke atas.
Baca juga: Jenis-jenis Visa Haji & Persyaratan yang Harus Dipenuhi
Rangkaian ibadah haji yang terbilang panjang membuat pelaksanaannya memakan waktu yang cukup lama. Untuk jemaah Indonesia, masa operasional pemberangkatan dan pemulangan jemaah haji berlangsung selama 30 hari. Sedangkan batas maksimal masa tinggal jemaah haji di Arab Saudi yakni 42 hari.
Hal itu tentunya perlu didukung dengan kesehatan yang fit secara fisik maupun mental setiap jemaah haji yang akan beribadah. Apalagi di tengah cuaca panas di tanah suci, jemaah perlu menjaga kondisi fisiknya agar tetap bugar dan sehat.
Menurut catatan Tim Penanganan Krisis dan Pertolongan Pertama pada Jemaah Haji (PKP3JH), terdapat beberapa penyakit yang rentan dialami jemaah haji saat di tanah suci, diantaranya Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) yang diakibatkan karena kerumunan besar jemaah, polusi udara, serta perubahan suhu yang drastis di Mekah dan Madinah.
"Gangguan pencernaan seperti diare, muntah, atau sakit perut yang disebabkan oleh perubahan pola makan, air minum yang berbeda, dan sanitasi yang mungkin tidak memadai juga perlu diwaspadai," kata Kasi Lansia, Disabilitas, dan PKP3JH Daker Madinah, Dokter Leksmana dilansir dari laman resmi Kemenag RI.
Dokter Leksmana menyebut dehidrasi menjadi risiko yang serius terutama jika jemaah tidak cukup minum air, selama menjalankan ibadah haji. Hal ini dikarenakan cuaca panas yang melanda Mekah dan Madinah.
Dia juga menambahkan, penyakit kulit, infeksi jamur, ruam panas, atau luka akibat gesekan pakaian bisa terjadi karena tingkat panas dan kelembaban yang tinggi.
"Penyakit menular seperti flu, demam, atau penyakit menular lainnya karena interaksi dengan jemaah dari berbagai negara dengan kondisi kesehatan yang berbeda juga perlu diantisipasi," sebut Dokter Leksmana.
Ilustrasi jemaah haji. (Sumber gambar: Hafiz Umayun Khan/Pexels)
Tak hanya itu, dokter yang karib disapa Dokter Leks itu juga memaparkan terdapat sejumlah penyakit kronis yang bisa dialami jemaah. Kondisi seperti hipertensi, diabetes, atau penyakit jantung bisa menjadi lebih sulit dikontrol selama menjalankan ibadah haji karena perubahan pola makan, kurang istirahat, dan stres selama perjalanan.
"Serta trauma atau cedera, terutama karena kerumunan besar dalam melakukan ritual seperti tawaf dan melempar jumrah," imbuh dia.
Oleh karena itu, Untuk itu, Dokter Leksmana pun merekomendasikan beberapa obat yang disarankan untuk dibawa oleh jemaah haji yakni sebagai berikut.
- Obat Antidiare
- Obat Pencernaan
- Obat Pereda Nyeri
- Obat Alergi
- Obat untuk Masalah Kulit
- Obat flu dan batuk
- Obat Pribadi: Obat-obatan yang biasa dikonsumsi untuk kondisi kesehatan tertentu, seperti obat untuk tekanan darah tinggi, diabetes, jantung atau kondisi medis lainnya.
Melakukan Amalan Haji Sesuai Kondisi Kesehatan
Pembimbing Ibadah yang tergabung dalam Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja Madinah, Prof. KH. Aswadi menjelaskan selama di Madinah, aktivitas utama jemaah adalah beribadah. Hal ini bisa dilakukan baik di Masjid Nabawi atau di hotel, disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi kesehatan jemaah.
Aswadi menuturkan nilai pahala salat di Masjid Nabawi mencapai 1.000 kali lipat. Selain salat wajib, jemaah juga bisa melakukan ibadah sunnah lainnya seperti salat sunnah, membaca Al-Qur'an, bahkan jika mampu hingga menghatamkannya.
“Jemaah haji selama berada di Kota Madinah diharapkan memperbanyak bacaan Salawat kepada Rasulullah. Kita semua berharap bisa mendapatkan syafaat Rasulullah kelak di Yaumul Akhir," ujarnya.
Meski banyak keistimewaan, Aswadi menekankan bahwa amalan yang dilakukan harus tetap sesuai kemampuan. Jemaah pun diimbau tidak memaksakan diri, khususnya untuk mereka yang telah lanjut usia.
Jika kondisi kesehatannya fit dan merasa sanggup, bisa beribadah di Masjid Nabawi. Namun, jika kondisi kesehatannya tidak mendukung untuk berangkat ke Masjid Nabawi, disarankan untuk tetap melakukan amalan di hotel tempat menginap.
“Jemaah haji lansia dengan beribadah di hotel dapat menjaga kondisi hingga puncak haji. Meskipun demikian, fadilah dan pahala yang didapatkan sama dengan ibadah yang dilakukan di Masjid Nabawi,” terang Aswadi.
Baca juga: Anak Muda Simak, Begini Cara Menyusun Rencana Keuangan untuk Naik Haji
Editor: Dika Irawan
Baca juga: Anak Muda Simak, Begini Cara Menyusun Rencana Keuangan untuk Naik Haji
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.