Tomas Bata, pendiri jenama sepatu Bata asal Cekoslovakia. (sumber gambar: Dok Bata)

Profil Tomas Bata: Raja Sepatu Asal Ceko yang Jadi Merek Legendaris di Indonesia

11 May 2024   |   15:18 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Jenama sepatu Bata belakangan ini tengah menjadi perbincangan netizen setelah pabriknya di Purwakarta, Jawa Barat  tutup. Pabrikan alas kaki ini masuk ke Indonesia sejak 1931 hingga pabrik sepatu asal Ceko ini terpaksa harus berhenti beroperasi per 30 April 2024.

Penutupan pabrik tersebut terjadi karena perusahaan terus mengalami penyusutan permintaan sepatu hingga merugi selama 4 tahun terakhir. Berhentinya operasional pabrik juga membuat 230 pekerja mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK).

Baca juga: Perjalanan Satu Abad Bata: Merek Sepatu Ceko yang Melekat di Kalangan Gen X Indonesia

Sebagai salah satu merek sepatu legendaris, Bata memang cukup lekat bagi generasi X Indonesia dengan produknya yang dikenal berkualitas baik sehingga awet digunakan bertahun-tahun. Bahkan, tak jarang yang mengira Bata sebagai merek alas kaki lokal. Padahal, Bata merupakan merek sepatu luar negeri.

Gemilangnya kiprah sepatu Bata juga tak bisa lepas dari salah satu sosok pendirinya, Tomas Bata. Pria kelahiran 3 April 1876 asal Zlin, Republik Ceko itu memang menjadi penggawa sepatu ikonik ini, hingga kelak juga dijuluki si Raja Sepatu karena kesuksesannya membangun jenama Bata.

Besar di keluarga pebisnis sepatu, Tomas Bata sudah tertarik terhadap dunia sepatu sejak kanak-kanak. Beberapa sumber menyebut, pada usia 12 tahun dia juga sudah belajar cara membuat sepatu hingga strategi menjualnya ke masyarakat. Saat remaja, dia juga merantau ke Prostejov untuk bekerja di pabrik sepatu.

Namun, di tempat tersebut dia tidak bertahan lama dan memutuskan kembali ke Zlin. Dari sinilah bersama dua saudaranya, Antonin dan Anna Bata, mereka membuka pabrik sepatu dengan dibantu 10 orang pekerja pada 1894. Saat itu, mereka bertiga hanya memproduksi jenis sepatu kulit yang digemari masyarakat.

Arkian, Antonin sebagai kakak tertua mendapat tugas untuk dinas militer. Oleh karena itu, Tomas menjadi pemimpin perusahaan untuk sementara dengan dibantu sang adik sebagai penjaga kas pabrik. Namun, bantuan dari Anna juga tak berlangsung lama, sebab dia memutuskan berhenti bekerja di pabrik setelah menikah pada 1898.

Berkat usaha kerasnya, pada 1899, Tomas berhasil membuka toko Bata pertamanya di Kota Zlin. Tak hanya itu, dari yang semula hanya mempekerjakan belasan buruh, dia juga membuka pabrik yang lebih besar dengan ratusan pekerja, dan produksinya pun terus meningkat.


Belajar ke Luar Negeri

Perlahan tapi pasti, kiprah sepatu Bata mulai populer di Ceko. Namun, impian Tomas untuk melakukan ekspansi yang lebih besar juga ingin dicapai terutama di pasar Eropa. Dari sinilah dia pergi ke Amerika untuk belajar tentang metode kerja, sistem gaji, dan penyimpanan bahan agar lebih awet saat ditaruh di gudang.

Sekembalinya dari Negeri Paman Sam, Tomas kemudian mempraktikkan ilmu barunya. Hasilnya, pada 1905, Bata mampu memproduksi sekitar 2.000 pasang sepatu setiap harinya. Tak ayal, dengan kuantitas produksi ini membuatnya menjadi perusahaan alas kaki terbesar di Eropa. Kurang dari sewindu, Bata juga sudah memiliki sekitar 600 buruh pabrik.

Seiring waktu, Bata juga terus melebarkan skala bisnisnya. Ini terbukti pada 1926-1928, mereka telah menguasai lebih dari setengah dari seluruh ekspor di Cekoslowakia. Pada dekade 1930-an merek sepatu ini juga memiliki beberapa pabrik di luar negeri seperti Jerman, Prancis, Swiss, Polandia, Yugoslavia, dan India.

Pada 1935, pabrik Bata mampu memproduksi sebanyak 168.000 pasang sepatu setiap hari. Pada 1938, Bata memiliki 65.000 pekerja penuh waktu, naik dari 8.300 pekerja dalam kurun waktu 10 tahun. Pada tahun itu, Bata telah hadir di lebih dari 30 negara, mengoperasikan 63 perusahaan di berbagai industri, serta memiliki 5.300 toko yang tersebar di Eropa, Asia dan Amerika Utara.

Sementara itu, di Indonesia Bata mulai beroperasi pada 1931, atau 14 tahun sebelum proklamasi kemerdekaan. Pada masa tersebut, Bata bekerja sama dengan NV, Netherlandsch-Indisch, sebagai importir sepatu yang beroperasi di Tanjung Priok. Enam tahun kemudian, perusahaan juga mendirikan pabrik sepatu di Kalibata.

Namun, momen tersebut tidak dapat dilihat oleh empunya perusahaan. Sebab, pada 12 Juli 1932, Tomas Bata meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat pribadi jenis Junkers F13. Saat itu, Tomas hendak ke Swiss untuk menghadiri acara pembukaan cabang baru di Kota Mohlin. Jenazahnya lalu dikebumikan di Zlin. 

Meski begitu, perjalanan bisnis Bata di Indonesia juga bisa dibilang meraup kesuksesan sejak 1940-2000an. Bahkan sebagian besar kelas menengah ke bawah pada masa itu cukup akrab dengan sepatu dan sandal merek Bata, lantaran dikenal kuat dan tahan lama. 

Baca juga: Sejarah & Perkembangan Model Desain Sepatu Bata Selama Satu Abad

Dengan perjalanan bisnis Bata di Indonesia yang mencapai lebih dari 1 abad itu merupakan legasi berharga dari Tomas Bata, yang tercatat sejarah sebagai salah satu sosok pengusaha alas kaki sukses di dunia.

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

Cek Jadwal Braga Beken dan Car Free Day di Kota Bandung

BERIKUTNYA

5 Destinasi Glamping di Pangalengan Bandung yang Lagi Viral

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: