Stasiun Kereta Cepat Whoosh Halim. (Sumber foto: JIBI/Hypeabis/Arief Hermawan P)

Tren Revenge Travel Menurun, Digitalisasi Wisata Diperlukan untuk Menggenjot Pelancong

07 May 2024   |   06:30 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Geliat kunjungan wisatawan lokal dan mancanegara terus mengalami kenaikan di Tanah Air. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada Februari 2024 mencapai 1,03 juta kunjungan, dan lokal terus meningkat seiring endemi Covid-19.

Adapun, jika dibandingkan pada periode yang sama sebelum pandemi, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara tercatat mencapai 1,27 juta. Artinya, jumlah kunjungan wisman mengalami peningkatan 38,24 persen secara tahunan.

Baca juga: Kangen Berat Liburan Memunculkan Fenomena Revenge Travel

Kendati  pertumbuhan wisman terus tumbuh, upaya penggencaran digitalisasi pariwisata disebut belum dilakukan dengan maksimal. Padahal, seiring zaman banyak masyarakat dunia mulai memanfaatkan teknologi digital untuk mencari sumber informasi dan prefrensi dalam berwisata.

Menurut data ITB Berlin Convention 2024, tren teknologi wisata dunia terus meningkat dimana 48 persen wisatawan mencari destinasi melalui smartphone. Lalu, sebanyak 47 persen mencari penerbangan melalui aplikasi, 40 persen melakukan pemesanan melalui mobile phone, dan 22 persen menggunakan AI.

Selain itu, media sosial juga menjadi inspirasi utama wisatawan global untuk berwisata. Sebab, sebanyak 40 persen wisatawan global menjadikan YouTube sebagai sumber sumber inspirasi untuk berwisata, 35 persen terinspirasi dari mulut ke mulut, dan 33 persen terinspirasi dari sosial media.

Menparekraf Sandiaga Uno mengatakan, potensi tersebut akan beriringan dengan fenomena Revenge Travel atau balas dendam wisata yang diperkirakan menurun pada 2024. Oleh karena itu upaya digitalisasi pariwisata penting dilakukan untuk kembali menggenjot kunjungan wisman ke Tanah Air.

Sandiaga menjelaskan, iklim wisata dipredikisi akan kembali normal, tapi tetap ada sejumlah tantangan yang dihadapi pariwisata global. Di antaranya adalah isu-isu terkait dengan geopolitik, perlambatan ekonomi atau inflasi, dan juga masalah mengenai staff shortage, atau manajemen sumber daya manusia.

"Industri pariwisata diperkirakan baru akan sepenuhnya pulih pada 2025. Namun, digitalisasi ini akan sangat berdampak pada keputusan wisatawan untuk bepergian. Jadi ini luar biasa, karena sosial media juga bisa menjadi inspirasi utama," kata Sandiaga.


Infrastruktur Teknologi

Terpisah, pengamat pariwisata Chusmeru mengatakan, tantangan terbesar dalam upaya digitalisasi pariwisata meliputi dua hal. Pertama, terkait dengan infrastruktur teknologi yang mendukung penerapan teknologi digital. Yaitu dengan masih banyaknya destinasi wisata di daerah yang tidak memiliki aksesibilitas jaringan internet yang baik.

Kedua, berkaitan dengan kemampuan SDM pariwisata di daerah yang belum familiar dengan dunia digital. Sebab, saat ini masih banyak destinasi wisata di daerah yang belum memiliki akun media sosial untuk melakukan promosi wisata. Oleh sebab itu perlu adanya pemberdayaan dan peningkatan kapasitas SDM pariwisata di daerah agar mampu menguasai pola ini.

Kendati demikian, infrastruktur yang belum terbangun secara merata, menurutnya juga masih menjadi kendala digitalisasi pariwisata di Tanah Air. Oleh karena itu perlu upaya yang serius dari pemerintah untuk memacu digitalisasi pariwisata, termasuk di bidang seni budaya daerah dan lingkungan.

"Wisatawan saat ini sangat tergantung pada internet dan media digital. Untuk itu perlu inovasi dengan menciptakan objek dan daya tarik wisata yang memanjakan wisatawan dengan suguhan objek dan atraksi wisata yang baru," katanya.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Eksklusif Guruh Sukarno Putra: Perjalanan Mendalam Memaknai Musik

BERIKUTNYA

Menjaring Fulus Lewat Jasa Pembuatan Situs

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: