NASA Ungkap Juli 2023 sebagai Bulan Terpanas dalam Sejarah
16 August 2023 |
18:21 WIB
1
Like
Like
Like
Para ilmuwan NASA di Goddard Institute for Space Studies (GISS) di New York mencatat Juli 2023 sebagai bulan terpanas dalam sejarah suhu global. Dengan meningkatnya suhu dan bencana alam yang semakin sering terjadi, menggaungkan tentang kesadaran isu perubahan iklim pun menjadi penting.
Secara keseluruhan, Juli 2023 memiliki suhu dengan 0,24 derajat Celsius lebih hangat daripada sebelumnya yang pernah tercatat oleh NASA. Selain itu, Juli lalu lebih hangat 1,18 derajat Celcius daripada rata-rata suhu di Juli antara 1951 dan 1980.
Baca juga: Gunakan Animasi, NASA Rilis Potret Bumi Diselimuti Karbon Dioksida
Rekor di Juli tersebut menunjukkan tren jangka panjang pemanasan yang dilakukan oleh manusia, khususnya karena manusia menghasilkan emisi gas rumah kaca. Berdasarkan data oleh NASA, lima bulan Juli terpanas sejak 1880 terjadi dalam lima tahun terakhir.
Berbagai kawasan pun telah mengalami cuaca panas yang ekstrem, seperti beberapa bagian di Amerika yang merasakan peningkatan suhu hingga 4 derajat Celsius di atas rata-rata. Adapun cuaca panas ekstrem tersebut telah mengancam jutaan manusia terhadap berbagai penyakit yang berhubungan dengan panas dan kematian.
Mengutip dari laporan NASA, Katherine Calvin selaku Chief Scientist and Senior Climate Advisor mengatakan, perubahan iklim berdampak pada semua orang dan ekosistem di seluruh dunia. Diprediksi bahwa akan ada lebih banyak dampak buruk yang bisa terjadi jika pemanasan terus berlanjut.
Katherine pun mengaku pihaknya sedang mengobservasi terkait perubahan iklim, dampak dan penyebabnya, serta berkomitmen untuk menyediakan informasi yang bisa membantu masyarakat dalam perencanaan ke depannya.
Adapun cara NASA menyusun catatan suhunya adalah melalui data suhu udara permukaan dari puluhan ribu stasiun metrologi, serta data suhu permukaan laut yang diperoleh dari instrumen berbasis kapal dan pelampung.
Data-data dianalisis dengan melakukan pencatatan terkait bagaimana stasiun suhu ditempatkan dan bagaimana kota mungkin membuat suhu menjadi lebih panas.
Gavin Schmidt, GISS Director mengatakan bahwa fenomena ini tidaklah normal. Pemanasan yang drastis di seluruh dunia terutama didorong oleh emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh manusia.
Tak hanya itu, suhu permukaan air laut yang meningkat juga menjadi faktor pendorong panasnya Juli 2023. Adanya fenomena El Nino dan La Nina menambah variasi dari tingkat suhu tiap tahunnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Secara keseluruhan, Juli 2023 memiliki suhu dengan 0,24 derajat Celsius lebih hangat daripada sebelumnya yang pernah tercatat oleh NASA. Selain itu, Juli lalu lebih hangat 1,18 derajat Celcius daripada rata-rata suhu di Juli antara 1951 dan 1980.
Baca juga: Gunakan Animasi, NASA Rilis Potret Bumi Diselimuti Karbon Dioksida
Rekor di Juli tersebut menunjukkan tren jangka panjang pemanasan yang dilakukan oleh manusia, khususnya karena manusia menghasilkan emisi gas rumah kaca. Berdasarkan data oleh NASA, lima bulan Juli terpanas sejak 1880 terjadi dalam lima tahun terakhir.
Berbagai kawasan pun telah mengalami cuaca panas yang ekstrem, seperti beberapa bagian di Amerika yang merasakan peningkatan suhu hingga 4 derajat Celsius di atas rata-rata. Adapun cuaca panas ekstrem tersebut telah mengancam jutaan manusia terhadap berbagai penyakit yang berhubungan dengan panas dan kematian.
Mengutip dari laporan NASA, Katherine Calvin selaku Chief Scientist and Senior Climate Advisor mengatakan, perubahan iklim berdampak pada semua orang dan ekosistem di seluruh dunia. Diprediksi bahwa akan ada lebih banyak dampak buruk yang bisa terjadi jika pemanasan terus berlanjut.
Katherine pun mengaku pihaknya sedang mengobservasi terkait perubahan iklim, dampak dan penyebabnya, serta berkomitmen untuk menyediakan informasi yang bisa membantu masyarakat dalam perencanaan ke depannya.
Adapun cara NASA menyusun catatan suhunya adalah melalui data suhu udara permukaan dari puluhan ribu stasiun metrologi, serta data suhu permukaan laut yang diperoleh dari instrumen berbasis kapal dan pelampung.
Data-data dianalisis dengan melakukan pencatatan terkait bagaimana stasiun suhu ditempatkan dan bagaimana kota mungkin membuat suhu menjadi lebih panas.
Gavin Schmidt, GISS Director mengatakan bahwa fenomena ini tidaklah normal. Pemanasan yang drastis di seluruh dunia terutama didorong oleh emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh manusia.
Tak hanya itu, suhu permukaan air laut yang meningkat juga menjadi faktor pendorong panasnya Juli 2023. Adanya fenomena El Nino dan La Nina menambah variasi dari tingkat suhu tiap tahunnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.