Sejarah Hari Demam Berdarah Nasional & Jumlah Kasusnya Saat Ini
22 April 2024 |
07:23 WIB
Hari Demam Berdarah Nasional diperingati pada 22 April setiap tahunnya di Indonesia. Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam mencegah bahaya penyakit demam berdarah yang masih marak terjadi di dalam negeri.
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, tanggal 22 April pun akhirnya ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sebagai Hari Demam Berdarah Nasional. Harapannya, angka demam berdarah di Indonesia bisa terus turun setiap tahunnya.
Baca juga: 11 Ide Kegiatan Hari Kartini 2024 di Sekolah yang Seru & Edukatif
Demam berdarah (DBD) merupakan penyakit yang menular melalui nyamuk yang terjadi di daerah tropis dan subtropis di dunia, termasuk Indonesia. Dua nyamuk yang bisa menularkan virus ini adalah Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Nyamuk-nyamuk penyebab DBD ini bisa menyebar dan berkembang biak dengan mudah. Sebab, mereka bisa hidup di pemukiman masyarakat yang beragam jenis, dari yang lingkungannya bersih maupun kotor sekali pun.
Kasus demam berdarah biasanya meningkat ketika musim hujan karena genangan air merupakan tempat ideal bagi nyamuk penyebab demam berdarah untuk berkembang biak.
Proses penularannya pun bisa berlangsung dua arah. Virus dengue dapat menular lewat gigitan nyamuk betina Aedes aegypti yang terinfeksi biang penyakit. Setelah masuk ke tubuh penderita, virus akan berkembang ke sejumlah organ.
Nyamuk juga dapat tertular DBD dari penderita yang sebelumnya telah terinfeksi virus dengue. Penularan demam berdarah dari manusia ke nyamuk ini bahkan dapat terjadi sebelum gejala penyakit muncul atau setelah demam mereda.
Dengan pola penyebaran yang masif, tak mengherankan bila dengue masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia terutama di wilayah tropis dan subtropis. Tak terkecuali Indonesia yang masih sebagai salah satu negara endemis dengue.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan, dalam pekan ke-22 atau sekitar di periode Januari-Mei 2023 terdapat 35.694 kasus demam berdarah dengue (DBD) di seluruh Indonesia. Untuk tahun ini, per 1 Maret 2024, setidaknya terdapat hampir 16.000 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di 213 Kabupaten/Kota di Indonesia dengan 124 kematian.
Kasus DBD terbanyak tercatat terjadi di Tangerang, Bandung Barat, Kota Kendari, Subang, dan Lebak. Mengingat ini masih Maret, kasus DBD bisa terus meningkat karena beberapa bulan ke depan masih akan memasuki musim hujan.
Meskipun DBD dapat disembuhkan, masyarakat diminta tetap waspada karena penyakit ini memiliki kemungkinan terjaidnya komplikasi medis, istilahnya adalah Dengue Shock Syndrome (DSS). Syok dapat terjadi karena penderita DBD terlambat mendapatkan penanganan, termasuk kurangnya kewaspadaan terhdap tanda-tanda dini.
Beberapa tanda-tanda penting dari DSS adalah muntah terus-menerus nyeri perut hebat, kaki dan tangan (akral) pucat, dingin dan lembab, nadi melemah, lesu, gelisah, perdarahan, dan jumlah urin menurun.
Jika mengalami gejala demam lebih dari 3 hari disertai mual, muntah, nyeri otot, nyeri di belakang telinga, dan sakit kepala, lebih baik segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
Untuk mencegah penyakit DBD secara menyeluruh, Kemenkes menyarankan masyarakat untuk melakukan 3M Plus. M pertama adalah menguras tempat yang sering menjadi penampungan air seperti bak mandi, kendi, toren air, drum dan tempat penampungan air lainnya. Kegiatan ini harus dilakukan setiap hari untuk memutus siklus hidup nyamuk yang dapat bertahan di tempat kering selama 6 bulan.
Kedua adalah menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi maupun drum. Hal ini dilakukan agar tidak membuat lingkungan makin kotor dan berpotensi menjadi sarang nyamuk. M ketiga adalah memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang-barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk demam berdarah.
Sementara itu, kegiatan plus yang bisa dilakukan, seperti memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menggunakan obat nyamuk, gotong royong membersihkan lingkungan, memeriksa tempat penampung air, memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar, hingga menanam tanaman pengusir nyamuk.
Editor: Fajar Sidik
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, tanggal 22 April pun akhirnya ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sebagai Hari Demam Berdarah Nasional. Harapannya, angka demam berdarah di Indonesia bisa terus turun setiap tahunnya.
Baca juga: 11 Ide Kegiatan Hari Kartini 2024 di Sekolah yang Seru & Edukatif
Demam berdarah (DBD) merupakan penyakit yang menular melalui nyamuk yang terjadi di daerah tropis dan subtropis di dunia, termasuk Indonesia. Dua nyamuk yang bisa menularkan virus ini adalah Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Nyamuk-nyamuk penyebab DBD ini bisa menyebar dan berkembang biak dengan mudah. Sebab, mereka bisa hidup di pemukiman masyarakat yang beragam jenis, dari yang lingkungannya bersih maupun kotor sekali pun.
Kasus demam berdarah biasanya meningkat ketika musim hujan karena genangan air merupakan tempat ideal bagi nyamuk penyebab demam berdarah untuk berkembang biak.
Ilustrasi virus (Sumber gambar: Unsplash/National Institute of Allergy and Infectious Diseases)
Proses penularannya pun bisa berlangsung dua arah. Virus dengue dapat menular lewat gigitan nyamuk betina Aedes aegypti yang terinfeksi biang penyakit. Setelah masuk ke tubuh penderita, virus akan berkembang ke sejumlah organ.
Nyamuk juga dapat tertular DBD dari penderita yang sebelumnya telah terinfeksi virus dengue. Penularan demam berdarah dari manusia ke nyamuk ini bahkan dapat terjadi sebelum gejala penyakit muncul atau setelah demam mereda.
Dengan pola penyebaran yang masif, tak mengherankan bila dengue masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia terutama di wilayah tropis dan subtropis. Tak terkecuali Indonesia yang masih sebagai salah satu negara endemis dengue.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan, dalam pekan ke-22 atau sekitar di periode Januari-Mei 2023 terdapat 35.694 kasus demam berdarah dengue (DBD) di seluruh Indonesia. Untuk tahun ini, per 1 Maret 2024, setidaknya terdapat hampir 16.000 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di 213 Kabupaten/Kota di Indonesia dengan 124 kematian.
Kasus DBD terbanyak tercatat terjadi di Tangerang, Bandung Barat, Kota Kendari, Subang, dan Lebak. Mengingat ini masih Maret, kasus DBD bisa terus meningkat karena beberapa bulan ke depan masih akan memasuki musim hujan.
Meskipun DBD dapat disembuhkan, masyarakat diminta tetap waspada karena penyakit ini memiliki kemungkinan terjaidnya komplikasi medis, istilahnya adalah Dengue Shock Syndrome (DSS). Syok dapat terjadi karena penderita DBD terlambat mendapatkan penanganan, termasuk kurangnya kewaspadaan terhdap tanda-tanda dini.
Beberapa tanda-tanda penting dari DSS adalah muntah terus-menerus nyeri perut hebat, kaki dan tangan (akral) pucat, dingin dan lembab, nadi melemah, lesu, gelisah, perdarahan, dan jumlah urin menurun.
Jika mengalami gejala demam lebih dari 3 hari disertai mual, muntah, nyeri otot, nyeri di belakang telinga, dan sakit kepala, lebih baik segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
Untuk mencegah penyakit DBD secara menyeluruh, Kemenkes menyarankan masyarakat untuk melakukan 3M Plus. M pertama adalah menguras tempat yang sering menjadi penampungan air seperti bak mandi, kendi, toren air, drum dan tempat penampungan air lainnya. Kegiatan ini harus dilakukan setiap hari untuk memutus siklus hidup nyamuk yang dapat bertahan di tempat kering selama 6 bulan.
Kedua adalah menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi maupun drum. Hal ini dilakukan agar tidak membuat lingkungan makin kotor dan berpotensi menjadi sarang nyamuk. M ketiga adalah memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang-barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk demam berdarah.
Sementara itu, kegiatan plus yang bisa dilakukan, seperti memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menggunakan obat nyamuk, gotong royong membersihkan lingkungan, memeriksa tempat penampung air, memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar, hingga menanam tanaman pengusir nyamuk.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.