Cerita Laila Nurazizah Sering Diskusi dengan SimpleMan saat Meramu Naskah Film Badarawuhi
13 April 2024 |
15:54 WIB
Setelah sukses dengan film KKN di Desa Penari, Laila Nurazizah atau akrab disapa dengan nama Lele Laila kembali dipercaya untuk meramu naskah cerita prekuelnya, yakni Badarawuhi di Desa Penari. Bagi Lele Laila, proses pembuatan naskah kedua ini jauh lebih menantang, tetapi sekaligus seru.
Lele mengatakan jarak rilis KKN di Desa Penari dan Badarawuhi di Desa Penari yang berkisar dua tahun cukup memberinya waktu untuk pematangan cerita. Hal ini membuat eksplorasi cerita jadi jauh lebih dalam.
Baca juga: Review Badarawuhi di Desa Penari: Penuh Mistik Berbalut Folklor yang Kuat
Berbeda dari film pertamanya yang lebih menceritakan perjalanan mahasiswa yang sedang KKN di sebuah desa, cerita Badarawuhi di Desa Penari lebih mengisahkan hal besar yang terjadi sebelum peristiwa pertama tersebut.
Kejadian besar itu akan berkutat pada misteri desa terpencil di ujung timur Pulau Jawa yang selalu memiliki penari hebat. Selain itu, ceritanya juga akan berfokus pada hubungan antara desa tersebut dengan Badarawuhi.
“Cerita Badarawuhi ini saya dapatkan langsung dari SimpleMan, satu kisah yang menurut saya luar biasa,” ungkap Lele Laila kepada Hypeabis.id.
Lele mengatakan, cerita ini memang didapat dari penuturan SimpleMan. Oleh karena itu, film ini masih punya benang merah yang begitu kuat dengan apa yang terjadi di film pertamanya.
Dari diskusi keduanya, Lele kemudian mulai menjahit potongan cerita dari SimpleMan untuk jadi sebuah naskah film yang lebih utuh. Diskusi, kata Lele, ada hal penting dalam naskah ini.
Sebab, berbeda dari naskah film pertama, naskah kedua ini tidak memiliki thread. Jadi, cerita aslinya memang sengaja dipendam oleh SimpleMan, lalu kemudian baru digali saat ini.
“Jadi, secara cerita kami berharap nantinya bisa melengkapi apa yang masih jadi pertanyaan dari film sebelumnya,” imbuhnya.
Dalam proses pembuatan naskah, Lele mengaku sangat menikmati setiap prosesnya. Setiap kali menulis, Lele kerap kali harus menengok ke belakang untuk melihat lagi apa yang masih kurang dan sudah baik di film sebelumnya.
Hal ini dilakukan naskah keduanya ini tidak mengulangi kesalahan yang pertama, sekaligus tetap mempertahankan ciri khas kuatnya. Lele cukup optimistis hal itu sudah dilakukan oleh tim produksi ini dengan baik.
Kendati demikian, tak bisa dimungkiri ada semacam beban juga. Sebab, ini adalah naskah prekuel untuk film dengan label paling laris sepanjang masa di Indonesia. Dia hanya berharap film ini juga nantinya bisa terus diapresiasi dengan baik oleh penonton selama penayangannya di bioskop.
“Pastinya ada beban tersendiri karena kesuksesan film pertamanya. Namun, dari awal misi kita adalah untuk melanjutkan semesta ceritanya,” terangnya.
Film yang masih diproduksi oleh MD Pictures ini melakukan berbagai lompatan baru, terutama untuk memberikan sentuhan berbeda dibanding versi pertamanya.
Badarawuhi di Desa Penari menjadi film Indonesia dan Asia Tenggara pertama yang mendapatkan label Filmed for IMAX. Label ini menandakan bahwa film tersebut diproduksi dengan menggunakan kamera digital yang telah diverifikasi oleh IMAX. Saat ini ada 11 jenis kamera yang telah disertifikasi oleh IMAX untuk merekam gambarnya. Proses produksinya juga diawasi oleh IMAX.
Baca juga: Jumlah Penonton Badarawuhi di Desa Penari Unggul dari Siksa Kubur, Kamu Pilih Mana?
Film ini juga akan melebarkan sayapnya dengan penayangan di Amerika Serikat. Penayangan film yang jadi bagian KKN di Desa Penari ini terjadi berkart kerja sama dengan Lionsgate. Belum lama ini, film judul global bertajuk Dancing Village: The Curse Begins juga telah menggelar premier di Los Angeles, Amerika Serikat.
Editor: Fajar Sidik
Lele mengatakan jarak rilis KKN di Desa Penari dan Badarawuhi di Desa Penari yang berkisar dua tahun cukup memberinya waktu untuk pematangan cerita. Hal ini membuat eksplorasi cerita jadi jauh lebih dalam.
Baca juga: Review Badarawuhi di Desa Penari: Penuh Mistik Berbalut Folklor yang Kuat
Berbeda dari film pertamanya yang lebih menceritakan perjalanan mahasiswa yang sedang KKN di sebuah desa, cerita Badarawuhi di Desa Penari lebih mengisahkan hal besar yang terjadi sebelum peristiwa pertama tersebut.
Still photo Badarawuhi di Desa Penari (Sumber gambar: Instagram/kknmovie)
Kejadian besar itu akan berkutat pada misteri desa terpencil di ujung timur Pulau Jawa yang selalu memiliki penari hebat. Selain itu, ceritanya juga akan berfokus pada hubungan antara desa tersebut dengan Badarawuhi.
“Cerita Badarawuhi ini saya dapatkan langsung dari SimpleMan, satu kisah yang menurut saya luar biasa,” ungkap Lele Laila kepada Hypeabis.id.
Lele mengatakan, cerita ini memang didapat dari penuturan SimpleMan. Oleh karena itu, film ini masih punya benang merah yang begitu kuat dengan apa yang terjadi di film pertamanya.
Dari diskusi keduanya, Lele kemudian mulai menjahit potongan cerita dari SimpleMan untuk jadi sebuah naskah film yang lebih utuh. Diskusi, kata Lele, ada hal penting dalam naskah ini.
Sebab, berbeda dari naskah film pertama, naskah kedua ini tidak memiliki thread. Jadi, cerita aslinya memang sengaja dipendam oleh SimpleMan, lalu kemudian baru digali saat ini.
“Jadi, secara cerita kami berharap nantinya bisa melengkapi apa yang masih jadi pertanyaan dari film sebelumnya,” imbuhnya.
Dalam proses pembuatan naskah, Lele mengaku sangat menikmati setiap prosesnya. Setiap kali menulis, Lele kerap kali harus menengok ke belakang untuk melihat lagi apa yang masih kurang dan sudah baik di film sebelumnya.
Hal ini dilakukan naskah keduanya ini tidak mengulangi kesalahan yang pertama, sekaligus tetap mempertahankan ciri khas kuatnya. Lele cukup optimistis hal itu sudah dilakukan oleh tim produksi ini dengan baik.
Kendati demikian, tak bisa dimungkiri ada semacam beban juga. Sebab, ini adalah naskah prekuel untuk film dengan label paling laris sepanjang masa di Indonesia. Dia hanya berharap film ini juga nantinya bisa terus diapresiasi dengan baik oleh penonton selama penayangannya di bioskop.
“Pastinya ada beban tersendiri karena kesuksesan film pertamanya. Namun, dari awal misi kita adalah untuk melanjutkan semesta ceritanya,” terangnya.
Film yang masih diproduksi oleh MD Pictures ini melakukan berbagai lompatan baru, terutama untuk memberikan sentuhan berbeda dibanding versi pertamanya.
Badarawuhi di Desa Penari menjadi film Indonesia dan Asia Tenggara pertama yang mendapatkan label Filmed for IMAX. Label ini menandakan bahwa film tersebut diproduksi dengan menggunakan kamera digital yang telah diverifikasi oleh IMAX. Saat ini ada 11 jenis kamera yang telah disertifikasi oleh IMAX untuk merekam gambarnya. Proses produksinya juga diawasi oleh IMAX.
Baca juga: Jumlah Penonton Badarawuhi di Desa Penari Unggul dari Siksa Kubur, Kamu Pilih Mana?
Film ini juga akan melebarkan sayapnya dengan penayangan di Amerika Serikat. Penayangan film yang jadi bagian KKN di Desa Penari ini terjadi berkart kerja sama dengan Lionsgate. Belum lama ini, film judul global bertajuk Dancing Village: The Curse Begins juga telah menggelar premier di Los Angeles, Amerika Serikat.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.