Ternyata Ini Penyebab Animo Masyarakat Belanja di Mal Tinggi Jelang Lebaran
06 April 2024 |
15:27 WIB
Animo masyarakat berbelanja di pusat perbelanjaan cukup tinggi menjelang Idulfitri 2024. Terlihat dari ramainya kunjungan di mal-mal Ibu Kota hingga menimbulkan kemacetan di jalan raya sekitarnya. Kondisi ini tidak lepas dari sudah cairnya tunjangan hari raya (THR) ditambah diskon yang ditawarkan pengelola.
Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonsus Widjaja mengatakan rata-rata tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan pada saat Ramadan 2024 diprediksi akan lebih tinggi dari tahun lalu. Diperkirakan terjadi peningkatan sekitar 15 persen sampai 20 persen dibandingkan dengan tahun lalu,” ujarnya kepada Hypeabis.id.
Baca juga: Tren Belanja Konsumen Setelah Pandemi, Apakah Online Masih Diminati?
Salah satu faktor utama dari animo ‘kembalinya’ masyarakat berbelanja di pusat perbelanjaan yakni kondisi hasill Pemilu 2024 yang relatif kondusif dan dapat dipertahankan terus sampai dengan Ramadan dan Idulfitri. Selain itu, rata-rata semua pusat perbelanjaan baik yang berlokasi di kota besar maupun yang ada di luar kota besar didukung adanya pembangunan infrastruktur.
Menurut Alphonsus ada dampak positif dari dukungan infrastruktur ini. Sebab, terjadi pertukaran kunjungan di mana masyarakat kota besar melakukan mudik dan sebaliknya, masyarakat di luar kota besar berkunjung ke kota besar pada saat liburan Idulfitri. Ketika berkunjung, pusat perbelanjaan menjadi salah satu tujuannya.
Sejumlah pusat perbelanjaan pun telah mengatur strategi guna meningkatkan okupansi pada saat Ramadan dan menjelang Idulfitri. Alphonsus menyebut kegiatan dan acara yang bersifat hiburan, keagamaan dan kebudayaan yang terkait dengan Ramadan serta Idulfitri, juga berbagai program promo belanja seperti midnight sale lantas digelar.
Dari strategi ini, hampir semua kategori produk akan mengalami peningkatan. Pada saat Idulfitri dan liburan nanti maka kategori makanan dan minuman serta hiburan yang akan mengalami peningkatan lebih tinggi dibandingkan kategori lainnya,” tutur Alphonsus.
Corporate Communications Grand Indonesia Annisa Hazarini menyampaikan pihaknya mengajak para tenant di Grand Indonesia untuk memberikan penawaran terbaiknya pada periode menjelang Lebaran tahun ini. “Di tanggal 5 dan 6 April kami juga mengadakan midnight sale dengan penawaran diskon hingga 70 persen,” jelasnya.
Program midnight shopping menurutnya sangat membantu penjualan tenant karena pada momen tersebut, traffic pengunjung meningkat lumayan signifikan meskipun belum sama dengan masa pre-pandemi. Adapun untuk rata-rata pengunjung di Grand Indonesia pada minggu pertama sampai minggu ketiga Ramadan tahun ini mencapai 53.000 saat weekday dan 68.000 pengunjung keika weekend.
“Target peningkatan jumlah pengunjung di periode Ramadan dan Lebaran kali ini sebesar 15 persen dibandingkan dengan tahun lalu,” sebut Annisa.
Animo masyarakat yang tampak berbelanja ke mal menurutnya tidak lepas dari pengalaman menikmati keseruan yang ada pusat perbelanjaan ini. Selain berbelanja, masyarakat yang datang bertujuan untuk bertemu dengan teman dan berkumpul dengan keluarga atau sanak saudara untuk buka puasa bersama.
Dekorasi yang cantik membantu menarik masyarakat untuk berswafoto, selain promo menarik dari tenant, program belanja berhadiah menarik, serta event-event tematik yang diselenggarakan.
Annisa menyebut pihaknya menyelenggarakan program belanja untuk para loyalty member Grand Indonesia selama periode Ramadan. Jadi, tidak hanya berbelanja dan mendapatkan penawaran menarik dari tenant, member loyal ini juga berkesempatan untuk memenangkan hadiah langsung tanpa diundi dari Grand Indonesia.
Terpisah, Ekonom Bhima Yudhistira menilai masyarakat menjadikan pusat perbelanjaan sebagai salah satu destinasi utama baik belanja baju lebaran, aksesori, kosmetik hingga membeli makanan dan minuman pada Ramadan tahun ini. Polanya bisa dikatakan kembali lagi pada era sebelum Covid-19, yakni 2019 lalu.
Kondisi ini juga dibantu oleh berbagai event seperti midnight sale yang menarik kelas menengah perkotaan. “Paska pandemi, banyak pusat perbelanjaan berbenah dengan menambah fasilitas dan dekorasi, sehingga menarik lagi minat masyarakat membelanjakan uang saat momen Ramadan di mal,” sebutnya.
Fenomena Balas Dendam
Pengamat Marketing Yuswohady menilai meningkatkan jumlah pengunjung di pusat perbelanjaan dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Ada fenomena balas dendam masyarakat untuk berbelanja di mal setelah beberapa tahun khawatir datang ke tempat ini karena adanya Covid-19.
Terkait dengan momentum Lebaran, mal menjadi tujuan untuk para perantau membeli fesyen hingga aksesori bermerek untuk tampil di kampung halaman. Didukung tunjangan hari raya (THR) yang mayoritas tahun ini dibayarkan penuh mengingat perekonomian yang mulai bangkit.
“Montumnya jadi satu. Hanya terjadi di Ramadan. Ada THR, ada yang ingin tampil prima, ada kebutuhan kasih oleh-oleh, ditambah promo, termasuk midnight sale,” tutur Yuswohady.
Yuswohady menambahkan, mal di Indonesia memang bukan sekadar tempat belanja. Jika mal di Eropa banyak yang kolaps dan tergantikan dengan belanja online, di Indonesia mal akan tetap eksis. Hal ini karena struktur masyarakat Indonesia yang sangat suka bersosialisasi.
Baca juga: Sambut Ramadan, Tren Belanja Konsumen Indonesia Bakal Capai Puncaknya
Oleh karena itu, dia optimis euforia masyarakat yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir ini menjadi sinyal terjadinya kebangkitan industri pusat perbelanjaan pasca pandemi.
Editor: Fajar Sidik
Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonsus Widjaja mengatakan rata-rata tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan pada saat Ramadan 2024 diprediksi akan lebih tinggi dari tahun lalu. Diperkirakan terjadi peningkatan sekitar 15 persen sampai 20 persen dibandingkan dengan tahun lalu,” ujarnya kepada Hypeabis.id.
Baca juga: Tren Belanja Konsumen Setelah Pandemi, Apakah Online Masih Diminati?
Salah satu faktor utama dari animo ‘kembalinya’ masyarakat berbelanja di pusat perbelanjaan yakni kondisi hasill Pemilu 2024 yang relatif kondusif dan dapat dipertahankan terus sampai dengan Ramadan dan Idulfitri. Selain itu, rata-rata semua pusat perbelanjaan baik yang berlokasi di kota besar maupun yang ada di luar kota besar didukung adanya pembangunan infrastruktur.
Menurut Alphonsus ada dampak positif dari dukungan infrastruktur ini. Sebab, terjadi pertukaran kunjungan di mana masyarakat kota besar melakukan mudik dan sebaliknya, masyarakat di luar kota besar berkunjung ke kota besar pada saat liburan Idulfitri. Ketika berkunjung, pusat perbelanjaan menjadi salah satu tujuannya.
Sejumlah pusat perbelanjaan pun telah mengatur strategi guna meningkatkan okupansi pada saat Ramadan dan menjelang Idulfitri. Alphonsus menyebut kegiatan dan acara yang bersifat hiburan, keagamaan dan kebudayaan yang terkait dengan Ramadan serta Idulfitri, juga berbagai program promo belanja seperti midnight sale lantas digelar.
Dari strategi ini, hampir semua kategori produk akan mengalami peningkatan. Pada saat Idulfitri dan liburan nanti maka kategori makanan dan minuman serta hiburan yang akan mengalami peningkatan lebih tinggi dibandingkan kategori lainnya,” tutur Alphonsus.
Corporate Communications Grand Indonesia Annisa Hazarini menyampaikan pihaknya mengajak para tenant di Grand Indonesia untuk memberikan penawaran terbaiknya pada periode menjelang Lebaran tahun ini. “Di tanggal 5 dan 6 April kami juga mengadakan midnight sale dengan penawaran diskon hingga 70 persen,” jelasnya.
Program midnight shopping menurutnya sangat membantu penjualan tenant karena pada momen tersebut, traffic pengunjung meningkat lumayan signifikan meskipun belum sama dengan masa pre-pandemi. Adapun untuk rata-rata pengunjung di Grand Indonesia pada minggu pertama sampai minggu ketiga Ramadan tahun ini mencapai 53.000 saat weekday dan 68.000 pengunjung keika weekend.
“Target peningkatan jumlah pengunjung di periode Ramadan dan Lebaran kali ini sebesar 15 persen dibandingkan dengan tahun lalu,” sebut Annisa.
Animo masyarakat yang tampak berbelanja ke mal menurutnya tidak lepas dari pengalaman menikmati keseruan yang ada pusat perbelanjaan ini. Selain berbelanja, masyarakat yang datang bertujuan untuk bertemu dengan teman dan berkumpul dengan keluarga atau sanak saudara untuk buka puasa bersama.
Dekorasi yang cantik membantu menarik masyarakat untuk berswafoto, selain promo menarik dari tenant, program belanja berhadiah menarik, serta event-event tematik yang diselenggarakan.
Annisa menyebut pihaknya menyelenggarakan program belanja untuk para loyalty member Grand Indonesia selama periode Ramadan. Jadi, tidak hanya berbelanja dan mendapatkan penawaran menarik dari tenant, member loyal ini juga berkesempatan untuk memenangkan hadiah langsung tanpa diundi dari Grand Indonesia.
Terpisah, Ekonom Bhima Yudhistira menilai masyarakat menjadikan pusat perbelanjaan sebagai salah satu destinasi utama baik belanja baju lebaran, aksesori, kosmetik hingga membeli makanan dan minuman pada Ramadan tahun ini. Polanya bisa dikatakan kembali lagi pada era sebelum Covid-19, yakni 2019 lalu.
Kondisi ini juga dibantu oleh berbagai event seperti midnight sale yang menarik kelas menengah perkotaan. “Paska pandemi, banyak pusat perbelanjaan berbenah dengan menambah fasilitas dan dekorasi, sehingga menarik lagi minat masyarakat membelanjakan uang saat momen Ramadan di mal,” sebutnya.
Fenomena Balas Dendam
Pengamat Marketing Yuswohady menilai meningkatkan jumlah pengunjung di pusat perbelanjaan dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Ada fenomena balas dendam masyarakat untuk berbelanja di mal setelah beberapa tahun khawatir datang ke tempat ini karena adanya Covid-19.
Terkait dengan momentum Lebaran, mal menjadi tujuan untuk para perantau membeli fesyen hingga aksesori bermerek untuk tampil di kampung halaman. Didukung tunjangan hari raya (THR) yang mayoritas tahun ini dibayarkan penuh mengingat perekonomian yang mulai bangkit.
“Montumnya jadi satu. Hanya terjadi di Ramadan. Ada THR, ada yang ingin tampil prima, ada kebutuhan kasih oleh-oleh, ditambah promo, termasuk midnight sale,” tutur Yuswohady.
Yuswohady menambahkan, mal di Indonesia memang bukan sekadar tempat belanja. Jika mal di Eropa banyak yang kolaps dan tergantikan dengan belanja online, di Indonesia mal akan tetap eksis. Hal ini karena struktur masyarakat Indonesia yang sangat suka bersosialisasi.
Baca juga: Sambut Ramadan, Tren Belanja Konsumen Indonesia Bakal Capai Puncaknya
Oleh karena itu, dia optimis euforia masyarakat yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir ini menjadi sinyal terjadinya kebangkitan industri pusat perbelanjaan pasca pandemi.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.