Tak Boleh Asal, Simak Panduan Penting Berpuasa Bagi Penderita Diabetes & Jantung
25 March 2024 |
18:00 WIB
Berpuasa merupakan ibadah wajib umat Islam pada bulan Ramadan. Menahan haus dan lapar sepanjang hari, tentu diperlukan strategi dalam mengatur pola makan dan aktivitas lainnya agar tetap bugar selama berpuasa. Khususnya bagi penderita penyakit degeneratif seperti diabetes, gangguan jantung, dan lainnya.
Misalnya bagi penderita diabetes, di mana aktivitas puasa akan mempengaruhi gula darah maka diperlukan sejumlah persiapan. Dokter Penyakit Dalam RS Fatmawati M. Ikhsan Mokoagow mengatakan, kegiatan berpuasa bagi penderita diabetes perlu dikontrol agar tidak menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
Baca juga: Simak Tip Puasa yang Ramah Bagi Penderita Gangguan Lambung
Penderita diabetes tetap diperbolehkan berpuasa asalkan memperhatikan kondisi kesehatan dan faktor risiko. Ikhsan menjelaskan, bagi mereka yang kondisi tubuhnya sudah mampu beradaptasi bisa saja menjalan puasa secara normal.
Namun bagi mereka yang penyakit diabetesnya belum terkontrol, bisa jadi menyebabkan gangguan ringan dan berat yang bisa mengganggu kesehatan.
“Jadi ini terkait risiko seseorang. Maka sebulan sebelumnya memang dianjurkan untuk memeriksakan ke dokter terkait risiko. Kalau risikonyo tinggi tentu tidak disarankan berpuasa, sementara yang diabetesnya terkendali dianjurkan tetap puasa,” kata Ikhsan.
Penting bagi pasien diabetes mempersiapkan diri sebelum berpuasa. Sebab puasa mempengaruhi kadar gula darah, di mana pada pasien diabetes kadar gula darah cenderung tidak stabil serta adanya risiko tambahan karena tidak minum selama kurang lebih 12 jam yang bisa saja menyebabkan dehidrasi.
Untuk menentukan apakah diabetesi bisa berpuasa, dokter akan memeriksa risiko penderita dari berbagai faktor. Penderita yang menggunakan obat oral dengan pantauan gula darh yang terkendali selama 2-3 bulan terakhir bisa dianjurkan tetap berpuasa.
Sementara bagi pasien yang mengonsumsi jenis obat yang lebih kompleks, serta menjalani treatment penyuntikan insulin sebanyak 2-4 kali masuk dalam kategori berisiko tinggi. Kemudian dokter juga akan mempertimbangkan faktor risiko lain dengan melihat ada atau tidaknya penyakit penyerta.
Menurut Ikhsan, ada beberapa risiko berpuasa bagi diabetes. Pertama, hipoglikemia atau gula darah yang terlalu rendah karena tidak mengonsumsi apapun dalam kurun waktu kurang lebih 12 jam. Namun, risiko lainnya bisa saja berbalik dengan risiko hiperglikemia atau gula darah yang tinggi. Kemudian faktor lainnya adalah dehidrasi, di mana penderita memiliki waktu yang lebih terbatas dan lupa mengganti cairannya dengan mencukupi minum air.
“Kita akan periksa bagaimana kendali gula darah, kemudian fungsi ginjal juga,” katanya.
Dari pemeriksaan ini, dokter akan menilai apakah gula darah diabetes cenderung stabil dari waktu pagi hingga sore. Hal tersebut juga menjadi parameter umum untuk menilai apakah pasien bisa berpuasa dengan aman. Dokter juga akan menanyakan bagaimana pengalaman berpuasa pada tahun lalu dan mengingatkan pasien untuk rutin memeriksakan gula darah.
Sebagaimana yang dikatakan Ikhsan, bahwa mengatur gaya hidup saat berpuasa bagi diabetesi bertujuan untuk menurunkan risiko komplikasi penyakit yang bisa saja timbul. Salah satu faktor risiko diabetes dapat mempengaruhi gangguan pada jantung.
Dokter Spesialis Jantung & Pembuluh Darah RS Hermina Ciputat Mega Febrianora mengatakan, pasien perlu mengenai manfaat berpuasa khususnya dalam hal metabolisme pencernaan yang juga memberi benefit pada kesehatan jantung.
“Beberapa studi terbukti mengatakan puasa atau sistem intermittent fasting yang bermanfaat bagi pasien jantung. Benefitnya penurunan kolesterol dan trigliserida, termasuk juga gula darah dan metabolisme yang terkontrol,” kata Mega.
Sebab, gangguan pada jantung paling sering terjadi karena faktor pola hidup dan makanan. Berkaitan dengan kesehatan jantung, Mega mengatakan jika berpuasa membantu menurunkan kolesterol dan mengendalikan gula darah. Kemudian dari sisi peradangan atau inflamasi, puasa bisa meredam risiko jantung koroner. Maka berpuasa bisa membantu meredam risiko komplikasi dari berbagai penyakit yang bersifat degeneratif.
Meski demikian, Mega mengingatkan tak semua pasien dengan gangguan jantung bisa berpuasa. Menurut Mega, pasien harus dalam keadaan stabil dan terkontrol sesuai dengan rekomendasi dokter saat melakukan kontrol atau rawat jalan tiap bulan.
“Nantinya dokter bisa melihat apakah pasien dalam kondisi stabil. Artinya penyakitnya relatif aman, tidak ada keluhan berarti seperti sesak, berdebar, hingga rasa hampir pingsan,” katanya.
Dokter akan menilai tanda vital pasien melalui 3 parameter, yakni nadi, pernapasan, dan tekanan darah. “Kalau ada penurunan tensi, lalu nadinya pelan sekali disertai lemas dan sesak, itu tanda tidak stabil. Mereka sebaiknya tidak dianjurkan ikut berpuasa dulu," kata Mega.
Sementara bagi pasien yang tidak memiliki keluhan berarti dan mampu melakukan aktivitas ringan dan sedang, maka pasien boleh saja dianjurkan berpuasa.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Misalnya bagi penderita diabetes, di mana aktivitas puasa akan mempengaruhi gula darah maka diperlukan sejumlah persiapan. Dokter Penyakit Dalam RS Fatmawati M. Ikhsan Mokoagow mengatakan, kegiatan berpuasa bagi penderita diabetes perlu dikontrol agar tidak menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
Baca juga: Simak Tip Puasa yang Ramah Bagi Penderita Gangguan Lambung
Penderita diabetes tetap diperbolehkan berpuasa asalkan memperhatikan kondisi kesehatan dan faktor risiko. Ikhsan menjelaskan, bagi mereka yang kondisi tubuhnya sudah mampu beradaptasi bisa saja menjalan puasa secara normal.
Namun bagi mereka yang penyakit diabetesnya belum terkontrol, bisa jadi menyebabkan gangguan ringan dan berat yang bisa mengganggu kesehatan.
“Jadi ini terkait risiko seseorang. Maka sebulan sebelumnya memang dianjurkan untuk memeriksakan ke dokter terkait risiko. Kalau risikonyo tinggi tentu tidak disarankan berpuasa, sementara yang diabetesnya terkendali dianjurkan tetap puasa,” kata Ikhsan.
Penting bagi pasien diabetes mempersiapkan diri sebelum berpuasa. Sebab puasa mempengaruhi kadar gula darah, di mana pada pasien diabetes kadar gula darah cenderung tidak stabil serta adanya risiko tambahan karena tidak minum selama kurang lebih 12 jam yang bisa saja menyebabkan dehidrasi.
Untuk menentukan apakah diabetesi bisa berpuasa, dokter akan memeriksa risiko penderita dari berbagai faktor. Penderita yang menggunakan obat oral dengan pantauan gula darh yang terkendali selama 2-3 bulan terakhir bisa dianjurkan tetap berpuasa.
Sementara bagi pasien yang mengonsumsi jenis obat yang lebih kompleks, serta menjalani treatment penyuntikan insulin sebanyak 2-4 kali masuk dalam kategori berisiko tinggi. Kemudian dokter juga akan mempertimbangkan faktor risiko lain dengan melihat ada atau tidaknya penyakit penyerta.
Menurut Ikhsan, ada beberapa risiko berpuasa bagi diabetes. Pertama, hipoglikemia atau gula darah yang terlalu rendah karena tidak mengonsumsi apapun dalam kurun waktu kurang lebih 12 jam. Namun, risiko lainnya bisa saja berbalik dengan risiko hiperglikemia atau gula darah yang tinggi. Kemudian faktor lainnya adalah dehidrasi, di mana penderita memiliki waktu yang lebih terbatas dan lupa mengganti cairannya dengan mencukupi minum air.
“Kita akan periksa bagaimana kendali gula darah, kemudian fungsi ginjal juga,” katanya.
Dari pemeriksaan ini, dokter akan menilai apakah gula darah diabetes cenderung stabil dari waktu pagi hingga sore. Hal tersebut juga menjadi parameter umum untuk menilai apakah pasien bisa berpuasa dengan aman. Dokter juga akan menanyakan bagaimana pengalaman berpuasa pada tahun lalu dan mengingatkan pasien untuk rutin memeriksakan gula darah.
Risiko Komplikasi
llustrasi jantung (Sumber gambar: Ali Hajiluyi/Unsplas)
Sebagaimana yang dikatakan Ikhsan, bahwa mengatur gaya hidup saat berpuasa bagi diabetesi bertujuan untuk menurunkan risiko komplikasi penyakit yang bisa saja timbul. Salah satu faktor risiko diabetes dapat mempengaruhi gangguan pada jantung.
Dokter Spesialis Jantung & Pembuluh Darah RS Hermina Ciputat Mega Febrianora mengatakan, pasien perlu mengenai manfaat berpuasa khususnya dalam hal metabolisme pencernaan yang juga memberi benefit pada kesehatan jantung.
“Beberapa studi terbukti mengatakan puasa atau sistem intermittent fasting yang bermanfaat bagi pasien jantung. Benefitnya penurunan kolesterol dan trigliserida, termasuk juga gula darah dan metabolisme yang terkontrol,” kata Mega.
Sebab, gangguan pada jantung paling sering terjadi karena faktor pola hidup dan makanan. Berkaitan dengan kesehatan jantung, Mega mengatakan jika berpuasa membantu menurunkan kolesterol dan mengendalikan gula darah. Kemudian dari sisi peradangan atau inflamasi, puasa bisa meredam risiko jantung koroner. Maka berpuasa bisa membantu meredam risiko komplikasi dari berbagai penyakit yang bersifat degeneratif.
Meski demikian, Mega mengingatkan tak semua pasien dengan gangguan jantung bisa berpuasa. Menurut Mega, pasien harus dalam keadaan stabil dan terkontrol sesuai dengan rekomendasi dokter saat melakukan kontrol atau rawat jalan tiap bulan.
“Nantinya dokter bisa melihat apakah pasien dalam kondisi stabil. Artinya penyakitnya relatif aman, tidak ada keluhan berarti seperti sesak, berdebar, hingga rasa hampir pingsan,” katanya.
Dokter akan menilai tanda vital pasien melalui 3 parameter, yakni nadi, pernapasan, dan tekanan darah. “Kalau ada penurunan tensi, lalu nadinya pelan sekali disertai lemas dan sesak, itu tanda tidak stabil. Mereka sebaiknya tidak dianjurkan ikut berpuasa dulu," kata Mega.
Sementara bagi pasien yang tidak memiliki keluhan berarti dan mampu melakukan aktivitas ringan dan sedang, maka pasien boleh saja dianjurkan berpuasa.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.