Gula Darah Tinggi Bisa Memicu Penyakit Ginjal Kronis, Bagaimana Kaitannya?
22 January 2024 |
20:30 WIB
Gaya hidup masih menjadi faktor pertama yang mendorong melonjaknya kasus penyakit degeneratif di Indonesia saat ini. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sebanyak 7,03 juta kasus kematian terjadi akibat penyakit tidak menular hingga 2022 lalu.
Tak jarang, beberapa penyakit tak menular ini muncul sebagai efek domino dari penyakit lainnya pada tubuh atau yang disebut dengan komplikasi. Faktor penyakit yang bertumpuk ini pun akan mendorong daya tahan tubuh menurun dan makin rentan.
Baca juga: Hadir Dalam Senyap, Waspada Penyakit Ginjal Kronik
Salah satunya adalah tingginya gula darah (hiperglikemia) yang terjadi pada pasien dengan penyakit ginjal kronis. Kadar gula darah yang tinggi bisa mendorong penyakit diabetes yang memiliki pengaruh langsung pada organ ginjal. Melansir National Center for Biotechnology Information, lebih dari 422 juta orang dewasa di dunia terdiagnosa diabetes melitus. Sebanyak 40% diantaranya akan berkembang menjadi penyakit ginjal kronis.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal & Hipertensi Pringgodigdo Nugroho mengatakan, penyakit ginjal kronis akan menyebabkan fungsi ginjal hilang secara bertahap. Meski tidak terjadi dalam waktu cepat, mengikisnya fungsi ginjal secara perlahan ini akan berdampak pada proses menyaring kotoran dan kelebihan cairan dari darah yang kemudian akan dibuang melalui urin.
Perlu menjadi perhatian khusus, penyakit ginjal selalu minim gejala. Akibatnya, banyak orang yang tidak mengetahui jika ada masalah pada ginjalnya. Bagi pasien diabetes tipe 2, Pringgodigdo menyebutkan kesadaran akan pentingnya memelihara kesehatan ginjal ini masih rendah. Banyak yang tidak menyadari jika diabetes bisa menyebabkan fungsi ginjal menurun.
Pringgodigdo menyambung, inflamasi dan fibrosis pada ginjal menjadi penyebab utama yang menyebabkan penyakit ginjal kronis. Fibrosis menandai adanya kegagalan dari respon fungsi penyembuhan dan perbaikan yang ada pada ginjal. Hal ini akan menyebabkan progresi menuju ginjal menjadi makin cepat.
“Ada 3 efek gabungan yang bisa membuat penyakit ginjal kronis makin buruk yaitu faktor metabolik, hemodinamik, serta inflamasi & fibrosis tadi,” kata Pringgodigdo.
Lama kelamaan, ginjal tidak mampu berfungsi menyaring darah sebagaimana mestinya. Utamanya bagi pasien diabetes, Ketut berpendapat diperlukan perhatian khusus untuk memperhatikan tanda-tanda penyakit ginjal kronis akibat hiperglikemia.
“Tanda awal penyakit ginjal pada pasien diabetes adalah peningkatan pengeluaran albumin dalam urin,” kata Ketut.
Albumin merupakan protein pada darah yang membentuk sebagian besar plasma darah. Albumin yang sangat penting ini dapat menjaga tekanan pada pembuluh darah dan mengangkut zat seperti hormon dan obat-obatan. Ketut menyambung, pengeluaran albumin dalam urin ini biasanya terjadi jauh sebelum tes yang dilakukan oleh dokter untuk menunjukkan bukti bahwa pasien menderita penyakit ginjal.
Ketut berpendapat, jika terlambat ditangani, penyakit ginjal kronis pada pasien diabetes tipe 2 bisa menjadi penyebab utama yang mendorong penyakit ginjal stadium akhir. Saat sudah tahap akhir, pasien mungkin memerlukan dialisis atau transplantasi ginjal yang dapat memperpendek harapan hidup hingga 16 tahun.
Menurut Ketut, meredam laju prevalensi penyakit ginjal kronis juga perlu tindakan proaktif dari dokter. “Dokter harus proaktif melakukan skrining penyakit ginjal kronis pada pasien diabetes tipe 2. Ada baiknya awareness dokter khususnya di bidang endokrin lebih ditingkatkan mengenai ini,” katanya.
Saat menghadapi pasien dengan diagnosa diabetes tipe 2, ada baiknya dokter melakukan skrining penyakit ginjal kronis secara rutin minimal sekali dalam setahun. Hal ini bisa membuat penyakit terdeteksi lebih awal sehingga dokter bisa memberikan pengobatan yang lebih tepat untuk menghindari progresi.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Tak jarang, beberapa penyakit tak menular ini muncul sebagai efek domino dari penyakit lainnya pada tubuh atau yang disebut dengan komplikasi. Faktor penyakit yang bertumpuk ini pun akan mendorong daya tahan tubuh menurun dan makin rentan.
Baca juga: Hadir Dalam Senyap, Waspada Penyakit Ginjal Kronik
Salah satunya adalah tingginya gula darah (hiperglikemia) yang terjadi pada pasien dengan penyakit ginjal kronis. Kadar gula darah yang tinggi bisa mendorong penyakit diabetes yang memiliki pengaruh langsung pada organ ginjal. Melansir National Center for Biotechnology Information, lebih dari 422 juta orang dewasa di dunia terdiagnosa diabetes melitus. Sebanyak 40% diantaranya akan berkembang menjadi penyakit ginjal kronis.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal & Hipertensi Pringgodigdo Nugroho mengatakan, penyakit ginjal kronis akan menyebabkan fungsi ginjal hilang secara bertahap. Meski tidak terjadi dalam waktu cepat, mengikisnya fungsi ginjal secara perlahan ini akan berdampak pada proses menyaring kotoran dan kelebihan cairan dari darah yang kemudian akan dibuang melalui urin.
Perlu menjadi perhatian khusus, penyakit ginjal selalu minim gejala. Akibatnya, banyak orang yang tidak mengetahui jika ada masalah pada ginjalnya. Bagi pasien diabetes tipe 2, Pringgodigdo menyebutkan kesadaran akan pentingnya memelihara kesehatan ginjal ini masih rendah. Banyak yang tidak menyadari jika diabetes bisa menyebabkan fungsi ginjal menurun.
Pringgodigdo menyambung, inflamasi dan fibrosis pada ginjal menjadi penyebab utama yang menyebabkan penyakit ginjal kronis. Fibrosis menandai adanya kegagalan dari respon fungsi penyembuhan dan perbaikan yang ada pada ginjal. Hal ini akan menyebabkan progresi menuju ginjal menjadi makin cepat.
“Ada 3 efek gabungan yang bisa membuat penyakit ginjal kronis makin buruk yaitu faktor metabolik, hemodinamik, serta inflamasi & fibrosis tadi,” kata Pringgodigdo.
Pentingnya Cek Gula Darah & Skrining Ginjal
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Metabolik & Endokrinologi Ketut Suastika mengatakan, faktor tersebut bisa makin bertumpuk jika seseorang tidak menyadari kondisi kesehatannya. Sebab, penyakit ginjal kronis bisa saja terjadi karena seseorang tidak rutin melakukan pengecekan gula darah. Hiperglikemia bisa merusak ginjal secara perlahan.Lama kelamaan, ginjal tidak mampu berfungsi menyaring darah sebagaimana mestinya. Utamanya bagi pasien diabetes, Ketut berpendapat diperlukan perhatian khusus untuk memperhatikan tanda-tanda penyakit ginjal kronis akibat hiperglikemia.
“Tanda awal penyakit ginjal pada pasien diabetes adalah peningkatan pengeluaran albumin dalam urin,” kata Ketut.
Albumin merupakan protein pada darah yang membentuk sebagian besar plasma darah. Albumin yang sangat penting ini dapat menjaga tekanan pada pembuluh darah dan mengangkut zat seperti hormon dan obat-obatan. Ketut menyambung, pengeluaran albumin dalam urin ini biasanya terjadi jauh sebelum tes yang dilakukan oleh dokter untuk menunjukkan bukti bahwa pasien menderita penyakit ginjal.
Ketut berpendapat, jika terlambat ditangani, penyakit ginjal kronis pada pasien diabetes tipe 2 bisa menjadi penyebab utama yang mendorong penyakit ginjal stadium akhir. Saat sudah tahap akhir, pasien mungkin memerlukan dialisis atau transplantasi ginjal yang dapat memperpendek harapan hidup hingga 16 tahun.
Menurut Ketut, meredam laju prevalensi penyakit ginjal kronis juga perlu tindakan proaktif dari dokter. “Dokter harus proaktif melakukan skrining penyakit ginjal kronis pada pasien diabetes tipe 2. Ada baiknya awareness dokter khususnya di bidang endokrin lebih ditingkatkan mengenai ini,” katanya.
Saat menghadapi pasien dengan diagnosa diabetes tipe 2, ada baiknya dokter melakukan skrining penyakit ginjal kronis secara rutin minimal sekali dalam setahun. Hal ini bisa membuat penyakit terdeteksi lebih awal sehingga dokter bisa memberikan pengobatan yang lebih tepat untuk menghindari progresi.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.