Telemedicine Perlu Dikembangkan Jadi Telehealth, Apa Bedanya?
20 March 2024 |
09:30 WIB
Perkembangan teknologi saat ini nyatanya ikut merevolusi layanan di bidang kesehatan dengan hadirnya layanan aplikasi telemedicine, baik yang disediakan oleh perusahaan rintisan (startup) kesehatan maupun dari masing-masing rumah sakit.
Telemedicine merupakan layanan kesehatan berbasis teknologi yang memungkinkan para penggunanya berkonsultasi dengan dokter tanpa bertatap muka atau secara jarak jauh, dalam rangka memberikan konsultasi diagnostik dan tata laksana perawatan pasien.
Penggunaan telemedicine berkembang pesat pada saat pandemi Covid-19. Ketika itu, banyak masyarakat terutama pasien isolasi mandiri (isoman) yang memanfaatkan layanan tersebut untuk berkonsultasi jarak jauh dengan dokter.
Baca juga: Ini Keunggulan Telemedicine yang Kian Populer Selama Pandemi
Niko Azhari Hidayat, Sekjen Asosiasi Healthtech Indonesia (AHI) mengatakan sebetulnya layanan telemedicine tidak bisa hanya berhenti pada telekonsultasi untuk pengobatan saja, tetapi juga harus terkait dengan layanan telehealth atau tele-kesehatan secara menyeluruh.
Sebab, sambungnya, jika telemedicine hanya dipandang sekadar telekonsultasi antara dokter dan pasien, maka hal tersebut menjadi sangat sempit. Agar memiliki suatu nilai lebih. Cakupannya perlu diperluas sehingga ketika pasien sudah selesai dioperasi atau melakukan pengobatan dokter, maka ketika pulang ke rumah dia tetap bisa melakukan kontrol jarak jauh.
“Karena itu kami mengusulkan agar telemedicine ini menjadi telehealth yang juga bergerak mulai dari ranah preventif, rehabilitasi, tele-radiologi, kardiologi dan lain sebagainya, sehingga cakupannya menjadi lebih luas untuk berbagai hal yang terkait dengan kesehatan,” tuturnya.
Apalagi layanan telemedicine ini dibuat sekaligus untuk menjawab kebutuhan atas jumlah dokter yang masih terbatas dan penyebarannya yang belum merata. Jumlah dokter per kapita baru mencapai 4 per 10.000 penduduk, masih jauh di bawah rekomendasi WHO yang mencapai 10 per 10.000 penduduk atau satu per 1.000 penduduk di tiap negara.
Rasio dokter di Indonesia menjadi yang terendah kedua di Asia Tenggara setelah Kamboja. Tiga negara dengan rasio dokter tertinggi di kawasan ASEAN yakni Singapura dengan angka 2,3 per 1.000 penduduk; Brunei Darussalam 1,8 per 1.000 penduduk; dan Malaysia 1,5 per 1.000 penduduk.
Dengan proses penyebaran yang meluas melalui teknologi digital membuat harga layanan dokter jadi lebih terjangkau. Meski demikian, dia berharap dengan harga yang lebih terjangkau diharapkan jangan sampai menurunkan sisi kualitas.
“Karena itu perlu adanya koordinasi dari berbagai pihak mulai dari Kemenkes, Kemenkominfo, hingga Kemenperin untuk terus mengembangkan layanan telemedicine di Indonesia,” ucapnya.
Saat ini layanan telemedicine tidak hanya dikembangkan oleh startup kesehatan, tetapi juga mulai banyak rumah sakit swasta yang ikut menghadirkan layanan tersebut melalui pengembangan platform dan teknologi kesehatan.
Menurutnya, agar platform kesehatan yang dimiliki oleh perusahaan startup dapat terus bertahan dan berkembang, maka dibutuhkan inovasi baik dari sisi pelayanan maupun teknologi. Dari sisi pelayanan misalnya, platform telemedicine harus dapat menjalin kerjasama dengan fasilitas pelayanan kesehatan baik rumah sakit, klinik, maupun praktik dokter serta menyediakan rekam medis pasien.
Selain itu, ada pula yang mulai menjalin kerjasama dengan perusahaan asuransi dan menawarkan paket kesehatan untuk mendapatkan perawatan khusus dari dokter. Termasuk dengan menyediakan layanan informasi nutrisi gizi bagi masyarakat.
“Maka penyelenggara platform telemedicine itu tidak bisa sendiri harus dapat menjalin kerjasama dan berkolaborasi dengan berbagai pihak termasuk dengan media dan komunitas penyintas satu bidang penyakit tertentu,” ucapnya.
Adapun dari sisi teknologi, Niko mengatakan bahwa telemedicine terkait erat dengan artificial intelligence (AI) dan berbagai teknologi terkini lainnya, sehingga ada suatu kebaruan yang bisa dirasakan langsung oleh pasien sekaligus menjadi nilai lebih dari platform telemedicine tersebut.
Baca juga: Skin Age Detector, Teknologi Kesehatan Berbasis AI untuk Analisis Tanda Penuaan Dini & Masalah Kulit
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Telemedicine merupakan layanan kesehatan berbasis teknologi yang memungkinkan para penggunanya berkonsultasi dengan dokter tanpa bertatap muka atau secara jarak jauh, dalam rangka memberikan konsultasi diagnostik dan tata laksana perawatan pasien.
Penggunaan telemedicine berkembang pesat pada saat pandemi Covid-19. Ketika itu, banyak masyarakat terutama pasien isolasi mandiri (isoman) yang memanfaatkan layanan tersebut untuk berkonsultasi jarak jauh dengan dokter.
Baca juga: Ini Keunggulan Telemedicine yang Kian Populer Selama Pandemi
Niko Azhari Hidayat, Sekjen Asosiasi Healthtech Indonesia (AHI) mengatakan sebetulnya layanan telemedicine tidak bisa hanya berhenti pada telekonsultasi untuk pengobatan saja, tetapi juga harus terkait dengan layanan telehealth atau tele-kesehatan secara menyeluruh.
Sebab, sambungnya, jika telemedicine hanya dipandang sekadar telekonsultasi antara dokter dan pasien, maka hal tersebut menjadi sangat sempit. Agar memiliki suatu nilai lebih. Cakupannya perlu diperluas sehingga ketika pasien sudah selesai dioperasi atau melakukan pengobatan dokter, maka ketika pulang ke rumah dia tetap bisa melakukan kontrol jarak jauh.
“Karena itu kami mengusulkan agar telemedicine ini menjadi telehealth yang juga bergerak mulai dari ranah preventif, rehabilitasi, tele-radiologi, kardiologi dan lain sebagainya, sehingga cakupannya menjadi lebih luas untuk berbagai hal yang terkait dengan kesehatan,” tuturnya.
Apalagi layanan telemedicine ini dibuat sekaligus untuk menjawab kebutuhan atas jumlah dokter yang masih terbatas dan penyebarannya yang belum merata. Jumlah dokter per kapita baru mencapai 4 per 10.000 penduduk, masih jauh di bawah rekomendasi WHO yang mencapai 10 per 10.000 penduduk atau satu per 1.000 penduduk di tiap negara.
Rasio dokter di Indonesia menjadi yang terendah kedua di Asia Tenggara setelah Kamboja. Tiga negara dengan rasio dokter tertinggi di kawasan ASEAN yakni Singapura dengan angka 2,3 per 1.000 penduduk; Brunei Darussalam 1,8 per 1.000 penduduk; dan Malaysia 1,5 per 1.000 penduduk.
Dengan proses penyebaran yang meluas melalui teknologi digital membuat harga layanan dokter jadi lebih terjangkau. Meski demikian, dia berharap dengan harga yang lebih terjangkau diharapkan jangan sampai menurunkan sisi kualitas.
“Karena itu perlu adanya koordinasi dari berbagai pihak mulai dari Kemenkes, Kemenkominfo, hingga Kemenperin untuk terus mengembangkan layanan telemedicine di Indonesia,” ucapnya.
Saat ini layanan telemedicine tidak hanya dikembangkan oleh startup kesehatan, tetapi juga mulai banyak rumah sakit swasta yang ikut menghadirkan layanan tersebut melalui pengembangan platform dan teknologi kesehatan.
Menurutnya, agar platform kesehatan yang dimiliki oleh perusahaan startup dapat terus bertahan dan berkembang, maka dibutuhkan inovasi baik dari sisi pelayanan maupun teknologi. Dari sisi pelayanan misalnya, platform telemedicine harus dapat menjalin kerjasama dengan fasilitas pelayanan kesehatan baik rumah sakit, klinik, maupun praktik dokter serta menyediakan rekam medis pasien.
Selain itu, ada pula yang mulai menjalin kerjasama dengan perusahaan asuransi dan menawarkan paket kesehatan untuk mendapatkan perawatan khusus dari dokter. Termasuk dengan menyediakan layanan informasi nutrisi gizi bagi masyarakat.
“Maka penyelenggara platform telemedicine itu tidak bisa sendiri harus dapat menjalin kerjasama dan berkolaborasi dengan berbagai pihak termasuk dengan media dan komunitas penyintas satu bidang penyakit tertentu,” ucapnya.
Adapun dari sisi teknologi, Niko mengatakan bahwa telemedicine terkait erat dengan artificial intelligence (AI) dan berbagai teknologi terkini lainnya, sehingga ada suatu kebaruan yang bisa dirasakan langsung oleh pasien sekaligus menjadi nilai lebih dari platform telemedicine tersebut.
Baca juga: Skin Age Detector, Teknologi Kesehatan Berbasis AI untuk Analisis Tanda Penuaan Dini & Masalah Kulit
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.