Begini Kiat Endah N Rhesa Tetap Kreatif & Bertahan 2 Dekade di Industri Musik
06 March 2024 |
16:58 WIB
Industri musik Indonesia terus mengalami perkembangan signifikan dalam beberapa waktu terakhir. Maraknya konser yang dihelat di kota-kota besar, perilisan album, dan munculnya musisi-musisi baru, juga semakin menyemarakkan blantika musik di Tanah Air.
Fenomena ini menandai fase anyar dari moncernya industri musik nasional yang terus bergeliat. Hadirnya Digital Service Provider (DSP) seperti Spotify, atau platform berbasis layanan musik video seperti YouTube juga menciptakan warna baru bagi penikmat musik.
Baca juga: Hypereport: Sajak Cinta dan Melodi Romantis Pasangan Musisi yang Berkarier Bersama
Endah Widiastuti, salah satu personel Endah N Rhesa mengatakan, dia sangat antusias dengan geliat tersebut. Namun, karena konser atau acara live music tidak berlangsung setiap hari, musisi yang mukim di Tangerang itu menyiasati pemasukan dengan membuat kegiatan kreatif lain.
"Kebetulan kami punya studio bernama Earspace yang menjadi tempat untuk rekaman memproduksi musik. Biasanya kami berdua melakukan kegiatan produksi musik seperti memproduseri musisi-musisi lain, aransemen, editing, mixing, hingga mastering," katanya pada Hypeabis.id.
Kendati baru serius membangun studio sejak pandemi Covid-19, tapi kegiatan tersebut cukup banyak membantu mereka hidup di luar panggung. Ihwal untuk membuat dapur tetap ngebul itu memang berangkat dari proses rekaman dan produksi musik bersama sang suami di rumah.
Menurut Endah, salah satu kiat untuk bertahan di industri musik memang harus melihat peluang dan memperluas berbagai kemungkinan agar tidak terpaku dari hasil panggung saja. Selain itu, diperlukan juga penentuan prioritas bagaimana cara membagi waktu, energi, tenaga dan biaya, baik untuk kehidupan sehari-hari maupun untuk berkarya.
"Meskipun kami punya studio, tetap perlu disiplin menabung dan memiliki agenda rinci untuk produksi karya sendiri juga," jelas penyanyi Pulang Ke Pamulang itu.
Sebagai musisi yang sudah malang melintang hampir dua dekade di industri musik, Endah juga memiliki kiat tersendiri terkait royalti. Kendati jumlah yang diterima tidak terlalu besar, tapi hasil yang mereka terima dari dunia digital terbilang cukup terlihat progresnya dari tahun ke tahun.
Endah menjelaskan, nilai royalti dari streaming memang tergolong cukup kecil, atau sekitar US$1 per streaming lagu. Oleh karena itu secara nominal perlu jumlah streaming yang lumayan besar untuk dapat memberi keuntungan, sehingga musisi bisa menerima jumlah royalti yang cukup dari lagu yang diputar penggemar.
"Namun, kalau sisi 'menguntungkan' dilihat dari sisi mudahnya merilis dan bisa dijangkau khalayak luas tentu saja platform streaming cukup membantu, memudahkan, dan menguntungkan bagi para musisi," katanya.
Sementara, terkait pendistribusian royalti dari LMK, Endah berharap perlu ada pendataan yang lebih baik. Salah satunya mengenai pencipta lagu, pengguna lagu, pelaku pertunjukan dan orang-orang yang terkait yang sekiranya mendapatkan royalti. Sebab, ketika berbicara distribusi harus dilakukan secara transparan dan jelas.
Ke depannya dia ingin agar mekanisme perhitungan terkait royalti juga bisa lebih detail dan masuk akal. Sebab, dengan cara tersebut dapat membantu meningkatkan kepercayaan pengguna lagu, pencipta, pelaku pertunjukan, dan orang-orang yang terkait, agar tidak berlarut-larut menjadi polemik di industri musik.
Tak hanya itu, saat dikelola dengan sangkil dan mangkus, isu royalti juga akan menjadi peranan penting dalam meningkatkan kesadaran publik terhadap hak kekayaan intelektual. Endah melihat, saat ini LMKN memang sedang menggodok sistem penghimpunan dan pendistribusian royalti, yang diharap bisa memberi solusi yang terbaik bagi semua pihak.
"Sejauh ini konser fisik atau live concert masih menjadi pendapatan terbesar yang utama bagi Endah N Rhesa. Kemudian merchandise kalau ada artikel baru atau di event yang cukup mendukung penjualannya," jelas Endah.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Fenomena ini menandai fase anyar dari moncernya industri musik nasional yang terus bergeliat. Hadirnya Digital Service Provider (DSP) seperti Spotify, atau platform berbasis layanan musik video seperti YouTube juga menciptakan warna baru bagi penikmat musik.
Baca juga: Hypereport: Sajak Cinta dan Melodi Romantis Pasangan Musisi yang Berkarier Bersama
Endah Widiastuti, salah satu personel Endah N Rhesa mengatakan, dia sangat antusias dengan geliat tersebut. Namun, karena konser atau acara live music tidak berlangsung setiap hari, musisi yang mukim di Tangerang itu menyiasati pemasukan dengan membuat kegiatan kreatif lain.
"Kebetulan kami punya studio bernama Earspace yang menjadi tempat untuk rekaman memproduksi musik. Biasanya kami berdua melakukan kegiatan produksi musik seperti memproduseri musisi-musisi lain, aransemen, editing, mixing, hingga mastering," katanya pada Hypeabis.id.
Kendati baru serius membangun studio sejak pandemi Covid-19, tapi kegiatan tersebut cukup banyak membantu mereka hidup di luar panggung. Ihwal untuk membuat dapur tetap ngebul itu memang berangkat dari proses rekaman dan produksi musik bersama sang suami di rumah.
Menurut Endah, salah satu kiat untuk bertahan di industri musik memang harus melihat peluang dan memperluas berbagai kemungkinan agar tidak terpaku dari hasil panggung saja. Selain itu, diperlukan juga penentuan prioritas bagaimana cara membagi waktu, energi, tenaga dan biaya, baik untuk kehidupan sehari-hari maupun untuk berkarya.
"Meskipun kami punya studio, tetap perlu disiplin menabung dan memiliki agenda rinci untuk produksi karya sendiri juga," jelas penyanyi Pulang Ke Pamulang itu.
Royalti Musik
Sebagai musisi yang sudah malang melintang hampir dua dekade di industri musik, Endah juga memiliki kiat tersendiri terkait royalti. Kendati jumlah yang diterima tidak terlalu besar, tapi hasil yang mereka terima dari dunia digital terbilang cukup terlihat progresnya dari tahun ke tahun.Endah menjelaskan, nilai royalti dari streaming memang tergolong cukup kecil, atau sekitar US$1 per streaming lagu. Oleh karena itu secara nominal perlu jumlah streaming yang lumayan besar untuk dapat memberi keuntungan, sehingga musisi bisa menerima jumlah royalti yang cukup dari lagu yang diputar penggemar.
"Namun, kalau sisi 'menguntungkan' dilihat dari sisi mudahnya merilis dan bisa dijangkau khalayak luas tentu saja platform streaming cukup membantu, memudahkan, dan menguntungkan bagi para musisi," katanya.
Sementara, terkait pendistribusian royalti dari LMK, Endah berharap perlu ada pendataan yang lebih baik. Salah satunya mengenai pencipta lagu, pengguna lagu, pelaku pertunjukan dan orang-orang yang terkait yang sekiranya mendapatkan royalti. Sebab, ketika berbicara distribusi harus dilakukan secara transparan dan jelas.
Ke depannya dia ingin agar mekanisme perhitungan terkait royalti juga bisa lebih detail dan masuk akal. Sebab, dengan cara tersebut dapat membantu meningkatkan kepercayaan pengguna lagu, pencipta, pelaku pertunjukan, dan orang-orang yang terkait, agar tidak berlarut-larut menjadi polemik di industri musik.
Tak hanya itu, saat dikelola dengan sangkil dan mangkus, isu royalti juga akan menjadi peranan penting dalam meningkatkan kesadaran publik terhadap hak kekayaan intelektual. Endah melihat, saat ini LMKN memang sedang menggodok sistem penghimpunan dan pendistribusian royalti, yang diharap bisa memberi solusi yang terbaik bagi semua pihak.
"Sejauh ini konser fisik atau live concert masih menjadi pendapatan terbesar yang utama bagi Endah N Rhesa. Kemudian merchandise kalau ada artikel baru atau di event yang cukup mendukung penjualannya," jelas Endah.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.